SENDU

42 17 9
                                    

Matahari mulai tak nampak, pertanda malam akan datang. Sendu dan teman-temannya masih belum pulang dari danau.

"Pulang yuk," ujar Rindu sambil tersenyum

Mereka pun ke tempat di mana mereka memarkirkan kendaraannya. Sendu heran karena tidak ada mobil yang tadi ia tumpangi bersama ketiga sahabatnya.

Pita memperhatikan Sendu, seolah tahu apa yang di pikirkan Sendu. "Mobil nya udah di pulangkan," ujar Pita membuat Sendu tertegun. Bagaimana bisa dan kapan, batin Sendu.

Yoga yang mendengar itu, sama tertegun nya, "kapan lo pulang nya?" Yoga bertanya sambil memasukkan tangannya ke saku celananya.
"Iya gue juga gak tahu," timpal Sendu. Lino hanya menghela napasnya. "Dah lah, yang penting kita pulang!" ucapnya lalu melenggang pergi, gak jelas pikir Pita.

Yoga memperhatikan Sendu sambil tersenyum. "Lo pulang sama gue," Sendu tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban. Pita sedari tadi adu mulut dengan Etta. "Eh, udah jangan berantem," ucap Rindu sambil menggelengkan kepalanya.

"Hem, gimana kalau kita ke cafe punya Kak Raino?" Usul Pita, teman-temannya hanya beradu pandang tanpa berniat menjawab. Lino berpikir, Pita mulai lapar lagi. "Lo laper kan?" Tanya Lino, Pita hanya mengangguk seraya tersenyum geli.

"Kayaknya baru aja makan," ujar Sendu sambil tertawa kecil. "Nah, masa lo laper lagi?" Tanya Yoga, "pita tuh gitu, barusan makan terus di tinggal berantem sama Etta, yah laper lagi," timpal Rindu membuat semuanya tertawa. Akhirnya mereka menuruti Pita.

30 menit lamanya, akhirnya mereka sampai di sebuah cafe dekat dengan jalan raya. Cafe ini selalu rame pengunjung. Itu lah, alasannya mengapa Raino selalu pulang larut.

Saat memasuki cafe milik kakaknya, pegawai di sana menyapanya, mereka tak segan-segan untuk menyapa balik pegawai tersebut.

"Abang mana ya?" Tanya Sendu sambil memperhatikan setiap sudut cafe. Rindu yang memperhatikan Sendu, langsung menarik agar duduk di bangkunya. "Apa sih?!" Kesal Sendu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Eh, kenapa berantem?" Tanya Raino yang entah kapan datangnya.

Sendu dan Rindu mulai mengerucutkan bibirnya sambil melirik sinis ke arah kembarannya. "Tau tuh, nyebelin." Sendu semakin sinis terhadap Rindu. "Lo tuh, nyebelin!" ucap Rindu yang tak mau kalah.

Raino hanya menggelengkan kepalanya, melihat ke dua adik kembarnya yang mulai berperang. "Tumben kalian ke sini?" Tanya Raino sambil menarik bangku di belakangnya.

"Pita yang ngajak, mau kuliner katanya," bisik Etta sambil terkekeh geli. Pita yang mendengar itu mulai kesal, tapi memang begitu, ia sangat lapar setelah berantem dengan Etta.

Raino terkekeh melihat aksi teman-teman adiknya ini, begitu menggemaskan pikir Raino. "Ya udah Pita mau pesen apa?" Tanya Raino kepada Pita, Pita pun mulai memesan makanan tidak dengan teman-temannya yang kenyang, mereka hanya memesan minuman.

Sedari tadi Avi memperhatikan Etta tanpa henti. Senyum manisnya tercetak jelas di wajahnya. Cantik, itu lah pikir seorang playboy cap gajah yang tak lain adalah Avi. Setelah mengenal Etta, Avi berhenti menggoda adik kelas maupun kakak kelasnya.

"Ngapain lo ngeliatin gue?!" ujar Etta membuyarkan lamunan Avi. Avi hanya menggelengkan kepalanya, apakah Etta selalu begini? Tidak ada kelembutan saat dia berucap, hanya tatapan sinis yang ada di mata Etta, pikir Avi yang masih dengan senyumnya.

"Lo kalau ngomong, gak usah ngegas bisa gak?" Tanya Avi sambil menopang dagunya. Etta memutar bola matanya malas dan menyeruput minuman coklat yang ada di depannya.

"Besok, aku jemput kamu ya," ujar Bumi sambil mengusap kepala Rindu. Yang jomblo diem aja lah. Rindu hanya menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju. Sendu pun mengerucutkan bibirnya. "Terus gue berangkat sendiri?" Tanya Sendu, Rindu menganggukkan kepalanya kuat.

SENDU (SELESAI)✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang