SENDU

64 14 18
                                    

"Jangan ngeliatin gue mulu, ntar suka lo." Goda Yoga.
"Apaan sih!" Kesal Sendu yang lagi-lagi terpegok.
"Udah jujur aja." Ucap Yoga.
"Yoga jalan yang bener, jangan liatin gue mulu." Ujar Sendu yang diangguki oleh Yoga.

Sekitar 30 menit akhirnya mereka sampai di tempat yang kemarin Sendu kunjungi. Mereka memarkirkan motornya terlebih dahulu lalu masuk ke dalam warungnya. Sendu pun tersenyum lebar lalu menarik tangan Etta.

"Aww" ringis Etta.
"Eh kenapa ta?" Tanya Sendu.
"Gak, gak papa kok." Elak Etta.
"Ayo masuk." Ajak Bumi yang diangguki oleh teman-temannya.

"Eh minumnya mau teh apa jeruk?" Tanya Pita.
"Gua jeruk aja," ucap Rindu.
"Oke, yang lain?" Tanya Pita lagi.
"Samain aja, biar gampang." Usul Bumi yang diangguki oleh teman-temannya.
Akhirnya Pita dan Sendu memesannya.

"Pak, kita mau pesen." Ujar Pita.
"Iya mbak berapa? Dimakan disini apa di bungkus aja?" Tanya bapak itu.
"Dimakan disini aja pak," jawab Pita.
"Mie ayamnya delapan mangkok sama es jeruknya ya pak." Tambah Sendu.

"Siap mbak di tunggu ya," ujarnya. "Eh kaya yang kemarin." Tambahnya sambil memperhatikan Sendu.
"Iya pak saya kemarin kesini sama cowok yang tinggi." Ucap Sendu sambil mengulas senyum.
"Oh pantes, yaudah duduk dulu mbak." Ujarnya, yang diangguki oleh mereka berdua.

"Lama bener," ucap Lino.
"Iya tadi di tanyain sama bapak yang jual." Jujur Pita.
"Di tanyain apa?" Tanya Etta.
"Sebenarnya bukan gue yang di tanyain tapi Sendu, Sendu sama Yoga kan kemarin kesini jadi bapaknya itu kek pernah liat Sendu. Jadi, bapaknya tanya biar gak salah orang." Jelas Pita yang di jawab anggukan dari mereka.

"Tangan lo kenapa ta?" Tanya Sendu tiba-tiba.
"Oh tangan si Etta gitu gara-gara-" Avi ingin menjelaskan tapi Etta menendang kaki Avi.
"Ini itu tangan gue kayak gini gara-gara kesenggol sama pintu, iya kan Vi." Bohong Etta sambil menendang kaki Avi.
"Ahh iya Ndu gitu maksud gue." Ucap Avi.

"Oh gitu, gue kira kenapa." Jawab Sendu yang tidak percaya.
"Permisi mas, mbak." Ucap seorang bapak paruh baya tersebut.
"Wah udah dateng, makasih ya pak." Ujar Pita antusias.
"Minumnya bentar ya lagi di buatin sama istri saya." Jelasnya yang diangguki oleh mereka.

"Lo semua kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Pita.
"Lo gak pernah makan mie ayam pit?" Tanya Lino.
"Enak aja lo! Pernah tau, ini gue kayak gini soalnya udah lama gak makan mie ayam." Jelasnya.

"Udah makan jangan berantem," ucap Rindu.
"Kalau gue tahu sekolah bakal mulangin kita lebih awal, gak akan kaya tadi tuh buru-buru. Iya kan Ndu?!" Ucap Lino.
"Iya tuh, mending tadi gue ngelanjutin tidur gue." Kesal Sendu.
"Maksudnya?" Tanya Yoga tak mengerti.

"Oh iya gue lupa cerita sama lo," jawab Lino.
"Cerita apa?" Tanya Yoga.
"Jadi tadi gue di hadang sama tuh, Sendu. Sendu nebeng sama gue." Jelas Lino.
"Lah, kok lo bisa kesiangan gitu?" Tanya Yoga.
"Iya semalem gue gak bisa tidur." Jujur Sendu.

"Pantes, biasanya pagi-pagi buta lo udah di sekolah, eh tadi ga ada." Ujar Pita.
"Nyesel gue bangun pagi." Tambah Etta.
"Udah makan jangan ngobrol mulu." Ujar Rindu yang setalah itu hening hanya ada suara bisingnya kendaraan yang berlalu-lalang.

Sendu menikmati semilir angin sambil menyeruput es jeruk yang ia pesan tadi. Lalu dia melihat seseorang menggunakan Hoodie berwarna merah sedang memperhatikan Sendu. Sendu membelakkan matanya dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Etta yang melihat Sendu seperti ketakutan mengikuti arah pandang Sendu. Tak berapa lama kemudian Etta dan Sendu saling menatap dan mengeluarkan ponselnya.

NzwSendu:
Ta, ada dia. Di depan ngeliatin gue!

Alettayam:
Ndu, dia Ndu.
Read.

SENDU (SELESAI)✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang