SRIK 🖤 17

15.2K 716 8
                                    

"huwaaa... Akhirnya tupai bisa temenin Cia lagi, Iyan juga. Kalian gak kangen Cia ya? Pergi lama banget" Cia memeluk Sandy dan Bryan bersamaan.

"Iya, maaf ya Ci. Ngomong-ngomong pas kita gak ada, lo ada cerita atau ada sesuatu yang bisa di ceritain sama kita gak?" Tanya Bryan melepaskan rangkulan Cia.

"Iya ada apa? Ada yang bully atau cari masalah sama lo gak Ci?" Tanya Sandy ikut-ikutan kepo.

Bukan apa-apa, kalau beneran ada yang cari masalah dengan cia. Sandy ada alasan untuk menghajar seseorang. Hitung-hitung buat pemanasan untuk menghajar atau sekedar berkelahi. Pasalnya, beberapa minggu dirumah, para abang-abangnya tidak membiarkan Sandy bergerak.

Cia menggeleng sebisa mungkin menyembunyikan masalah yang dia alami akhir-akhir ini.

"Gak ada apa-apa kok, semuanya beres" Cia membentuk jarinya membentuk 'ok'.

"Alhamdulillah" Sandy mengacak pelan rambut Cia.

"Cia bisa bicara sebentar. Saya mau minta maaf!" Sandy melirik Cia lagi.

"Lo ngumpetin apa lagi dari gue Ci? Apa lo beneran gak percaya sama gue?" Suara Sandy yang biasanya tegas, kali ini terdengar sangat lirih.

Cia menggeleng cepat "ayo Cia ceritain tapi bukan dihadapan dosen ini!" Cia menggandeng tangan Sandy dan Bryan menjauhi cafetaria.

Sandy memijit pelipisnya sedangkan Bryan hanya manggut-manggut saja sambil mendengarkan cerita dari Cia.

"Jujur gue gak kaget" celetuk Bryan.

Cia dan Sandy kompak menoleh ke arah satu-satunya laki-laki yang ada di lingkar pertemanan mereka.

"Kok gak kaget?" Tanya Cia, Bryan mengangkat bahu acuh.

"Gak tau. Mendingan pulang ini kita ke rumah lo aja. Suami lo pasti belum balik kan, nah nanti gue sama Sandy yang bakalan ajakin dia ngomong. Siapa tahu dia luluh, apalagi dengan jalur kekerasan" Bryan melirik Sandy yang memutar bola mata malas.

•••

Rumah Cia, kediaman keluarga Dwidarma. Mereka sekarang berada di sini setelah pulang kuliah.

"Wah rumah lo gede Ci" puji Bryan takjub.

Cia terkekeh "bukan rumah Cia kok, rumah mama sama papa" Cia menggandeng kedua tangan sang sahabat memasuki rumah.

"Kita langsung ke kamar Cia aja" ajak Cia seraya menarik lagi kedua lengan sahabatnya menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya bersama Riko.

"Gak berubah ya Ci" Sandy tersenyum menatap kamar Cia yang masih saja banyak dihiasi boneka-boneka mini milik wanita itu.

"Iya dong" sahut Cia bangga, jari jempol Cia menyentuh hidungnya merasa sangat tersanjung dengan perkataan Sandy yang menurutnya berisi pujian.

"Ci sekalian kerjain soal dari pak Bambang aja yuk! Gue minjem toilet bentar, mandi sekalian. Gerah!" Cia mengangguk dan meminjamkan bajunya yang berupa kaos oblong, kebiasaan Sandy dari beberapa tahun belakangan.

Sementara Sandy mandi Bryan berkeliling kamar Cia yang lumayan besar, pandangan terhenti pada satu buah pigura yang sangat sederhana dengan hiasan kelap-kelip Glitter yang ditambah beberapa kertas kado dan hiasan lainnya.

"Ci  ini siapa?" Bryan membawa pigura sederhana dengan gambar dua orang gadis dengan baju seragam.

"Liat belakangnya" titah Cia, Bryan menurut dan membalik pigura.

Si rapuh istri kecilku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang