SRIK 🖤 1

39.6K 1.8K 107
                                    

Riko memijit pelipisnya pelan, dari tadi Cia membuat dia kewalahan.

Contohnya pada saat Cia ingin makan kue pengantin, katanya ngidam, padahal Riko tau kalau dia belum pernah diapa-apakan oleh pria manapun termasuk Riko.

"Erik!"

Riko berbalik dan mendapati Cia melepas high heels nya, kemudian menengadahkan tangan pada sang suami "Erik gendong" pintanya manja.

"Gendong yang bener aja! Kamu mau ngapain kalau aku gendong" Riko di buat menggelengkan kepalanya menghadapi tingkah Cia yang kadang suka aneh.

Cia mulai menampilkan wajah menggenaskan yang biasa ia lemparkan untuk mendapatkan simpati pada orang yang ingin dimintai pertolongan oleh gadis tersebut.

Dengan terpaksa dan masih memakai baju pengantin Riko menggendong tubuh mungil Cia dan hal itu tidak luput dari perhatian segala pengunjung acara.

Jika Riko merasa malu berbeda dengan kedua orangtuanya yang sangat bangga bahkan mengabadikan momen itu.

"Sekarang mau kemana Fel?" Cia menunjuk kue pengantin dengan tingkat tinggi pada Riko, tentu saja pria itu menggeleng keras.

"Ngapain sih, makan yang lain aja Fel!" Bujuk Riko dengan suara dingin.

"Cia hamil Erik, nih anak Erik lagi nendang-nendang" Cia menunjuk perut langsingnya.

"Jangan bohong, gak guna!" Ketus Riko seraya mendengus dan menurunkan tubuh sang istri.

Cia menghentakkan kakinya dan merengek seperti anak kecil kemudian mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangan seraya naik ke altar lalu membuang muka pada Riko.

"Feli!" Ujar Riko lembut membuat Cia langsung menoleh, bagaimanapun suara lembut pria itu hanya pernah dia dengan 2 kali seumur hidup.

Pertama saat Cia masuk rumah sakit dan Riko ingin menyuapinya, kedua saat di altar pernikahan ini.

"Jangan ngambek ya, aku pusing. Kamu kalau mau kue nanti saat acara potong kue bakal aku serahin sama kamu kok" ucap Riko lembut seraya mengelus puncak kepala Cia.

"Beneran?" Mata Cia berbinar-binar, seperti biasa jika dia senang, seperti ada kembang api yang meledak di dekat gadis itu.

Hooh kalau perlu aku kasih sama pisaunya dan aku masukin sekalian sampai kamu mati ditempat, Cia . lanjut Riko dalam hati.

"Yaudah deh Cia nungguin sampai acara potong kue" pasrah Cia dengan senyuman yang lebar.

Riko lagi-lagi melihat wajah Cia yang menopang dagu dan melihat ke arahnya entah kenapa, gadis ini fokus pada Riko dan membuat pria itu risih.

"Cia ngapain kamu liatin aku kayak gitu?" Bisik Riko menyelidik.

Cia menggeleng "gak pa-pa mas Erik sayang"

Sayang? Huwek Riko hampir muntah mendengar satu kata itu. Baginya kata itu sudah pasaran dan setiap wanita atau jalang yang ditemui Riko akan pria itu panggil dengan sebutan sayang.

"Kenapa sayang?" Balas Riko membuat Cia kelimpungan dan ingin terbang. Gadis itu lebih dari tahu kalau Riko adalah playboy bahkan saat mereka sekolah dulu pria ini selalu mempunyai berpuluh-puluh lusin pacar.

"Erik, perut aku ada kupu-kupu yang mau terbang"

"Keluarin aja" Riko menyalami tamu yang datang kearah mereka seraya bertos ria dengan pria yang sepertinya temannya.

"Duduk aja, aku tau kamu lelah" Cia tersenyum, dibalik sikap keras seorang Riko pada Cia sebenarnya pria itu adalah Erik yang dari dulu lembut dan pengertian bagi Cia.

"Makasih sayang"

"Hmm" gumam Riko seraya berbalik kemudian menyalami tamu yang mulai ingin pulang dengan senyuman.

Riko terkekeh melihat wajah tenang dan damai Cia yang sedang tertidur, ia menilik jam tangan yang melilit pergelangannya "jam 07.00" gumam Riko kemudian menggendong Cia dengan gaya bridal style menuju kamar pengantin mereka.

Cia bahkan tidak bangun ketika Riko mengangkatnya. Seperti biasa, Cia sangat mudah lelah.

Riko melepas heels Cia dan mengambil kapas sebagai pembersih make up gadis yang saat ini sudah resmi menjadi pasangan hidupnya.

"Eh mas Erik"

Riko mengintruksi Cia agar diam dan membiarkan pria itu membersihkan wajahnya.

"Shalat isya dulu yuk!" Ajak Riko.

Walaupun terlihat brengsek dan jauh dari kata alim. Riko sama sekali jarang meninggalkan shalat.

"Gak ah males" jawab Cia seraya kembali tidur.

"Erik... Turunin" rengek Cia yang merasakan tubuhnya mengambang diudara.

Byur.

Saat itu juga gaun pengantin yang dipakai gadis itu basah bersamaan dengan tubuhnya.

"Jadi nyonya Aditama harus rajin shalat" ujar Riko lalu menutup pintu kamar mandi "jangan lama mandinya, aku juga mau mandi"

"Iya iya" jawab Cia kesal kemudian melaksanakan ritual mandinya. Sementara menunggu gadis itu mandi, Riko membuka laptopnya dan mulai melaksanakan tugas kantor.

"Mas, Cia udah selesai" Cia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk milik Riko yang dia lilit sebatas paha yang lumayan jauh dari lutut dan leher.

Oh shit, Feli membuatku sesak. Batin Riko.

Mencoba berdamai dengan nafsunya, Riko mematikan laptop dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi Riko memakai bajunya dan mereka langsung melaksanakan shalat.

Riko mencium puncak kepala sang istri dan Cia mencium tangan sang suami "mulai saat ini aku bakal coba buat nerima kamu, begitupun sebaliknya aku harap kamu bisa nerima aku"

Cia mengangguk "semoga cinta Cia juga berlaku buat mas Erik"

"Semoga" balas Erik seraya tersenyum.

"Mau aku ajarin sesuatu?" Cia mengangguk dan pasrah saat Erik mencium bibirnya dengan lembut.

"Mphhs...shh..mas Erik" erang Cia. Tidak sadar satu tangannya mengalung di leher sang suami.

Riko melepaskan pangutan mereka dan mengangkat tubuh istri kecilnya masuk kedalam selimut.

"Tidur ya sayang, aku gak mau bikin kamu kelelahan" bisik Riko pelan pada Cia yang mulai tertidur dan melingkarkan tangannya pada perut Erik dan mendekat pada dada sang suami.

Aku harap bisa membuatmu bahagia Cia, seperti yang di inginkan kedua orangtuamu dan mama papa. Batin Riko tersenyum miris, baginya sangat sulit untuk menerima Cia.

Taburin bintang sayang ✨🖤

Si rapuh istri kecilku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang