Setelah memarkirkan mobilnya di Aditama company , perusahaan yang saat ini tengah dipimpin oleh sang suami . Cia memasuki kantor dengan sumringah sambil menenteng tas selempang dan sesekali melompat-lompat.
"Mas Erik!" Cia mendobrak pintu dan melengos melewati dua orang yang ada di dalam ruangan.
"Maaf siapa anda?" Tanya seorang laki-laki dengan kacamata dan beberapa berkas di tangannya.
"Cia siapa? Cia siapa? Kamu siapa ? kamu siapa? ~" Cia bernyanyi ngawur sambil cengengesan. Riko menepuk pelan dahinya. Cia dalam mode semangat.
"Dia istri saya" Alvin menoleh dan tersenyum pada Cia.
"Selamat siang Bu"
"Alvin ini Cia istri saya. Cia ini Alvin sekretaris saya" Cia menepis tangan Alvin yang terulur dan malah memeluknya.
"Jangan bikin suami Cia kelelahan okay! Alvin juga" Cia mengepalkan tangannya memberikan semangat. Sedangkan, Alvin mengatur pola detak jantungnya yang menggila.
"Mas kenapa gak cari sekretaris cewek? Udah tobat?" Alvin menelan ludah, kenapa pembicaraan kedua pasangan ini terkesan sangat terbuka.
"Mereka main hati" jawab Riko lempeng.
"Oh jadi kamu masih pacaran sama cewek-cewek lain. Terserah sih, malam ini gak ada jatah"
"Kalau kamu gak mau aku bisa maksa kok" Riko menyeringai membuat Cia tertawa pelan. Dia pikir dia siapa? Cia bisa ke rumah Sandy untuk meminta pertolongan kalau itu memang benar.
"Engh.. anu.. saya permisi bu pak" bisa-bisanya mereka membicarakan tentang itu didepan Alvin. Bisa mati karena serangan jantung mendadak dia. Pembicaraan mengenai suami-istri tidak cocok untuk seorang jomblo karatan seperti Alvin.
"Hmm" jawab Riko dia menutup laptopnya dan berjalan menuju Cia.
"Mau bermain di sini sayang?" Cia mendorong tubuh Riko dan langsung berlari keluar ruangan.
"Alvinnn tolongin Cia ada orang mesum. Om om" Cia bersembunyi di belakang Alvin membuat pria itu menghela nafas.
"Alvin minggir dan kamu bisa tulis berapapun di sini" Riko menyerahkan satu cek kosong sebagai sogokan untuk sang sekretaris yang langsung pergi tanpa banyak bicara tentu dengan hati yang gembira.
"Wah.. om om ini sangat licik" Cia menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian kembali berlari. Disepanjang jalan mereka berdua melewati pegawai yang sepertinya sangat menikmati sajian hiburan dimana bos mereka terlihat seperti pria yang sedang dimabuk asmara degan sang istri.
Bruk.
Cia terjatuh nyungsep di dekat meja resepsionis, membuat Riko tertawa "makanya jangan lari-lari" Riko membantu Cia bangun.
"Eh.. kenapa sayang?" Riko menghapus air mata Cia dan mencoba membuka bibirnya yang digigit, sepertinya Cia sangat menderita dan kesakitan.
"Hiks... Huaaaaa.. mas Erik!!" Cia menangis sejadi-jadinya. Detik selanjutnya kesadarannya hilang dengan banyaknya darah yang keluar dari bagian intimnya.
"Hei Feli. Kamu kenapa?" Riko langsung menggendong Cia menyuruh pegawainya untuk membersihkan darah yang ada di lantai dan langsung menjalankan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
"Hei.. sayang sebentar lagi" Riko menggenggam tangan Cia mengecupnya, berharap istrinya bisa mendapat tenaga dari sana.
Riko langsung menggendong Cia dan masuk ke dalam UGD yang untungnya tidak ada pasien di sana, sehingga Cia bisa menerima perawatan cepat.
Dokter berdatangan, membantu Cia bangun dari tidurnya. Sedangkan Riko mengurus administrasi.
Beberapa saat setelah itu dokter datang dengan membawa beberapa dokumen. Riko mencengkeram erat kerah kemeja dokter tersebut, apa maksudnya wajah murung itu? Mau Riko buat mati? "Jangan pernah mengatakan kabar buruk!" Ancam Riko melepaskan cengkeramannya kasar.
"Tidak. Maaf kalau saya terlihat murung pak, saya malah membawa kabar baik. Istri anda hamil dan kandungannya sudah memasuki usia 2 minggu"
Riko menyerahkan cek kosong untuk dokter itu sebagai ucapan terimakasih. Sungguh berita ini adalah salah satu kabar bahagia untuknya.
"Ada masalah karena istri saya tadi terjatuh?"
"Hmm tidak. Untung saja kejadian tadi tidak menyebabkan apa-apa, saya harap tidak ada kejadian seperti ini yang bisa membuat kondisi ibu dan bayi memburuk" Riko mengangguk.
Saat Riko ingin masuk ke dalam ruangannya. Punggungnya di tendang seseorang hingga ia terjerembab membentur pintu.
"Sandy" cicit Riko ketakutan. Melihat tatapan itu, sepertinya Riko harus menghilang dari dunia ini atau tidak Sandy akan membuatnya masuk rumah sakit seperti Cia bedanya semua tulangnya akan remuk.
Huh. Riko membenci situasi seperti ini, kenapa Sandy berubah menjadi orang yang sangat berbeda seperti ini? Dulu saja Sandy adalah gadis yang penakut bahkan tidak berani walau hanya sekedar menatap wajah Riko.
"Lo apain lagi sahabat gue?"
Bugh.
Riko menatap dokter yang cengo untuk meminta pertolongan. Sial! Dokter itu malah pergi sambil menenteng cek kosong dari Riko. Tidak berperikebalasbudian.
"Dy, Cia hamil" tanpa ba bi bu lagi Sandy melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Riko. Sebelum masuk kedalam kamar pasien, Sandy lebih dulu menendang kaki Riko. Sedikit memberi teguran, agar lebih berhati-hati lagi dalam menjaga Cia.
"Gue bakalan jadi bibi" Sandy tersenyum dan mengelus rambut Cia penuh sayang.
Cia membuka matanya dan langsung memeluk Sandy "Pai, Cia kenapa?" Sandy melepaskan pelukan mereka dan menyuruh Cia kembali beristirahat.
"Lo gak pa-pa Ci, lo hamil" Cia membelalakkan matanya dan tersenyum pada Sandy. Ia mengelus perut ratanya.
"Beneran disini ada anak Cia sama mas Erik" Cia tersenyum, ketika melihat sang suami, Cia merentangkan kedua tangannya meminta dipeluk.
"Manjanya istri kecilku" Riko terkekeh lalu memeluk Cia.
"Tupai kok disini?"
"Lo gak suka gue disini?" Sandy berlagak sedih dan terkekeh geli melihat Cia yang menggeleng dan memohon agar Sandy tidak marah padanya "gue tadi gak sengaja mau ke basecamp, gue lihat lo di mobil Riko kayak pingsan gitu gue samperin deh kesini" papar Sandy membuat Cia tersenyum dan mengucap syukur. Cia beruntung mendapatkan sahabat yang sangat peduli padanya, seperti Sandy.
"Makasih Pai"
"Makasih Dy"
Sandy mengangguk "gue cabut dulu. Kalau ada apa-apa jangan ragu untuk hubungin gue dan lo.." Sandy menunjuk Riko "kalau sampai sahabat gue kenapa-kenapa muka lo bonyok"
"Hayoloh" ejek Cia yang melihat wajah Riko seperti orang yang kedapatan mencuri.
"Makasih sayang" Riko meraih dagu Cia dan melumat bibirnya sebentar.
"Engh.. sama-sama" Cia memejamkan matanya saat Riko mengelus-elus perut ratanya penuh sayang.
Up lagi
Jangan lupa taburin bintang ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Si rapuh istri kecilku (Completed)
Romansa[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR BISA ENJOY READ DALAM VERSI LENGKAP] Warning!! Sebagian part mengandung 18+++!! [Harap bijak dalam memilih bacaan] Riko pria yang sangat membenci wanita lemah dan tidak bisa bergerak sendiri atau penyakitan seperti Cia n...