SRIK 🖤 19

15.1K 686 17
                                    

"gue bakalan jadi om hahaha!! Semoga anak lo cowok Ci, biar bisa temenan sama anak gue yang cowok. Tapi kalau anak gue cewek kita bakalan jadi besan" ucap Bryan bangga membuat satu tabokan mentah dari Sandy melayang untuk laki-laki ini.

"Gak usah ngeyel, lo punya pacar aja enggak" celetuk Sandy menatap nanar sahabatnya satu ini.

"Iya bang" ucap Bryan pasrah.

Sandy memang yang tertua di antara mereka, setelah itu baru Bryan dan dilanjutkan dengan Cia sebagai yang terakhir, yang artinya Bryan ada ditengah-tengah.

"Bagus!" Puji Sandy enggan.

Huek.

Hoek..

"Eh lo gak pa-pa?" Cia memegangi pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit. Lendir muntahan mengenai bajunya tidak membuat Cia jijik, dia malah semakin banyak memuntahkan cairan bening yang hanya mau keluar sedikit.

Sebenarnya Cia ingin mengeluarkan semua yang ada di perutnya namun semuanya tidak bisa. Seakan, ada yang menahan semua itu.

"Bry, bawa dulu Cia ke mobil lo" titah Sandy yang langsung di ikuti Bryan. Cia mencengkeram erat leher Bryan rasanya sangat sakit.

"Maaf kami suruhan pak Riko. Kami akan membawa nona Cia ke rumah sakit" ucap salah satu dari gerombolan orang berpakaian medis yang mendekati mereka.

"Sejak kapan rumah sakit gak punya lambang, gak usah nipu" Sandy menyuruh Bryan agar lebih cepat membawa Cia, namun para orang itu langsung menghadangnya.

"Sudah saya bilang ini perintah pak Riko" sangkal orang itu kesal.

Sandy berdecak "lo mau buat Cia dan keponakan gue kenapa-kenapa? Gak ada Riko, Riko. Gue sama Bryan bisa urus Cia" kata Sandy lantang, setengah berteriak.

Saat salah satu dari mereka ingin mengambil Cia dari gendongan Bryan langsung saja Sandy menendang tangan dan perut orang itu hingga dia tersungkur.

"Wah, ngajak ribut" Sandy melepaskan almamater kampus tercintanya. Kalau kotor kan kasian Sandy harus nyuci. Menyisakan kaos oblong berwarna hitam yang mencetak otot sedangnya.

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Tiga dari mereka Sandy tumbangkan, ia menyuruh Bryan untuk langsung membawa Cia ke rumah sakit dan menelepon Riko. Sedangkan Sandy akan mengurus mereka.

"Siapa yang nyuruh lo?" Sandy mengikat rambutnya ke atas menatap mereka yang berlari, kearahnya satu-satu.

"Sandy Andrea jangan membuat keributan di area kampus" Sandy tidak mengindahkan pengumuman keras tersebut, dia memulai aksinya dengan berdoa dan mulai memelintir lengan lawan dan memiting lehernya.

"Makasih pak" ucap Sandy kala sang dosen pengganti, membantunya untuk melawan para penculik berkedok orang kedokteran ini.

Perkelahian semakin sengit, tidak ada yang mau mengalah diantara kedua kelompok tersebut.

"Pakai kekerasan man?" Sandy terkekeh menendang pistol yang mereka bawa dibantu oleh Gevan.

"Kamu memperlambat kerja kami saja" kata salah satu dari mereka kemudian memberikan pukulan tepat di belakang kepala Sandy ketika dia lengah, hingga kesadaran Sandy berangsur menghilang.

"Keparat!" Umpat Gevan kemudian menghabisi mereka dan menggendong Sandy menuju ruangannya.

•••

Sandy akhirnya bisa bernafas lega karena Cia dinyatakan tidak kenapa-napa. Kondisi bayi dalam kandungannya juga baik-baik saja, kata dokter ini normal, Cia hanya merasakan mual saja.

"Minum dulu vitaminnya" ujar Sandy lembut.

"Kenapa tupai bawa dia?" Cia menatap tidak suka pada Gevan yang berdiri di samping Sandy.

Gevan terkekeh "saya adalah dosen yang baik, makanya saya datang menjenguk mahasiswi yang saya sayang dan cintai" Cia berlagak muntah.

"Mau bikin mas Erik marah lagi?" Tuduh Cia memalingkan wajahnya.

"Nah pintar" puji Gevan dengan senyumannya.

"Pernah ngerasain ini gak pak?" Sandy menunjukkan kepalan tangannya.

Gevan bergidik ngeri tadi saja dia melihat bagaimana mahasiswi ralat mahasiswa satu ini menghajar lawan dengan membabi buta.

Brak.

Pintu dibuka dan menampilkan Riko dengan keringat dan kacamata yang hampir turun dari wajah tampannya.

"Feli kamu gak pa-pa?" Tanyanya seraya mengelus lembut puncak kepala sang istri kemudian mengecupnya sebentar.

"Gak pa-pa kok, Cia kuat. Anak kita juga" ucap Cia sambil melirik sang dosen yang membuang muka.

Riko mengikuti arah pandang Cia. Seketika, matanya membulat, rahangnya mengeras, dan kepalan tangannya menguat.

"Anda" ucap Riko mencengkeram kerah kemeja Gevan.

"Come on Riko. Saya mencintai istri ka-"

Bugh.

Pukulan yang dilayangkan oleh Riko membungkam mulut Gevan saat itu juga.

"Saya hanya bercanda Riko" Gevan terkekeh seraya memegangi rahangnya.

Bugh

Bugh

"Impas" ucap Sandy santai, gadis itu memukul punggung masing-masing kedua pria tersebut yang menyebabkan mereka diam dan meringis setelahnya.

"Sudahlah keluar" ucap Riko muak dengan segala tingkah laku Gevan yang pura-pura baik didepan istrinya.

"Maaf pak jangan ribut ini rumah sakit" seorang suster dengan tutup kepala bertanda plus menghampiri mereka dan mendekati Gevan.

"Apa bapak terluka biar saya obati" suster itu menarik tangan Gevan memasuki salah satu ruangan dengan banyak alat.

"Kenapa kamu bisa seperti ini, Aileen sedih kalau ada orang yang terluka" ucap Aileen sedih. Untuk masalah tentang pasien Aileen memang tidak bisa melihat orang terluka dia jadi sedih.

"Hei! Apa saya mengenal kamu?" Gevan menarik dagu Aileen agar menatapnya.

Aileen menggeleng "ini pertama kalinya Ai ketemu sama Gevan"

"Hmm" gumam Gevan lalu berterima kasih karena telah membantunya.

Sepertinya saya akan berhenti menjadi perebut istri orang. Gevan terkekeh, sebegitu kotornya kah dia?


Jangan lupa taburin bintang oke ✨

Si rapuh istri kecilku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang