CHAPTER 1

76.7K 2.4K 58
                                    


♥♥♥

"Jika Nanti kusanding dirimu, miliki aku dengan segala kelemahanku, dan bila nanti engkau disampingku, jangan pernah letih tuk mencintaiku"
Akhirnya kumenemukanmu
By : NAFF

"Makasih mbak" ucap Ali saat menerima uang logam 500an 2 keping di tangannya.

Hari ini ia merasa beruntung, sejak tadi pagi, uang hasil ngamen yang berhasil ia kumpulkan mencapai dua ratus ribu rupiah, lebih banyak dari hari biasanya.

Karena hari sedang hujan ia memutuskan untuk bernyanyi di kantin dekat kampus swasta elit di daerah Jakarta itu. Tak ada rasa malu yang ia hadapi saat harus bernyanyi di depan anak-anak sebayanya yang beruntung bisa menikmati bangku kuliah. Bagi Ali itu adalah sebuah motivasi yang membuatnya semakin gigih mengumpulkan pundi-pundi uangnya untuk biaya kuliahnya nanti.

Mungkin tidak di kampus sebagus dan semahal ini, tapi ia akan usahakan untuk meraih sarjana dari kampus negeri ternama karena kepandaiannya. Ali berjalan dengan senyum termanisnya menghampiri kumpulan mahasiswa yang sedang menikmati bakso hangat di sebuah kios disana. Kesabarannya ia dapat dari melihat sang ibu yang meskipun hanya seorang penjahit rumahan dan seorang orang tua tunggal membuat Ali malu untuk mengeluhkan hidupnya. Di rumah kontrakkan yang hanya memiliki 2 kamar, ruang tamu kecil, dapur sempit dan kamar mandi yang masih memiliki sumur, Ali tumbuh dewasa dengan sikap bijaksana, rendah hati dan penuh cita-cita.

Ali dikenal sebagai murid jenius dari SD hingga SMA, dengan segala kemampuannya di bidang akademik, olahraga, dan terutama musik tanpa ada les sama sekali, membuatnya cukup dihargai oleh teman-teman sekelas dan guru-gurunya. Dan meskipun saat ini ia hanya mengenakan kaos polos berwarna biru gelap, celana jeans yang sudah belel, sepatu kets biasa, dan topi berwarna senada dengan bajunya, tidak membuat wajah tampannya tertutupi.

Suatu keburuntungan ia dilahirkan dari ayah keturunan arab dan ibu keturunan padang yang cantik. Alis matanya yang tebal, bulu matanya yang lentik, giginya yang rapi, bibirnya yang merona tampak sempurna untuk dikatakan sebagai pria tampan.

Ali berdiri tepat di gerombolan gadis-gadis modis wangi dan berisik yang menunggu pesanan baksonya dihantarkan.

"Permisi mbak" ucap Ali basa basi dengan senyum lebar agar menarik perhatian mereka yang terlihat fokus bergosip terkait barang belanjaan para wanita. Tak ada yang menggubrisnya, hanya sepasang mata cokelat indah yang meliriknya sekilas,  lalu kembali fokus pada cerita temannya.

"Akhirnya kumenemukanmu, Saat hati ini mulai meragu, Akhirnya kumenemukanmu,
Saat raga ini ingin berlabuh.

Ku berharap engkaulah, Jawaban sgala risau hatiku, Dan biarkan diriku, Mencintaimu hingga ujung usiaku

Jika Nanti kusanding dirimu, miliki aku dengan segala kelemahanku, dan bila nanti engkau disampingku, jangan pernah letih tuk mencintaiku...."

Ali menyanyikan bait demi bait lagu yang merupakan favoritnya saat itu dengan penuh penghayatan. Tanpa ia sadari, semua mata gadis-gadis yang ada di hadapannya mulai terpana mendengar suaranya, apalagi saat memandang wajahnya.

"Ya ampun, suaranya bagus banget, trus ganteng pula, ko mau sih jadi pengamen, kamu pasti pangeran kaya yang nyamar jadi rakyat jelata untuk mencari cinta sejati kamu, ya kan?ngaku deh" celetuk Dita salah satu dari mereka yang memang terlihat paling "lebay" seperti seorang drama queen. Ali hanya tersenyum mendengar ucapannya.

Bukan Romeo & JulietWhere stories live. Discover now