Sampai di ruang kerjanya, Airin mengambil beberapa dokumen untuk pertemuan dengan partner hotel dengan tergesa. Ia juga bisa melihat wajah panik Haikal yang menyusulnya ke dalam ruangannya. Perempuan dengan kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan rok hitam sebetis itu sudah telat lima belas menit pada meeting pertamanya. Berjalan cepat dengan pointed heels berwarna hitamnya itu, Airin menanyakan beberapa informasi mengenai partner yang akan bekerja sama dengan Reverie. Ia memang tidak mengetahui apapun selain dirinya harus menghadiri meeting karena proyek kerja sama ini sebelumnya dijalankan oleh Faisal.
Airin menghentikan langkahnya begitu mendengar nama Mehana Entertainment disebutkan kemudian menoleh pada Haikal yang ikut berhenti di sampingnya, "Mehana Entertainment?"
Haikal mengangguk dan menambahkan, "Bapak Adi Tedja juga sudah berada di ruang meeting dengan dua orang lainnya dari Mehana Entertainment."
Airin merutuki dirinya yang lalai kali ini. Seharusnya ia bisa mencari tahu siapa pihak yang akan menjalin kerja sama dengan Reverie. Kembali melangkah dengan terburu menuju ruang meeting, Airin menyiapkan senyumnya sebelum membuka pintu. Datang telat dalam meeting tentu akan mempermalukan dirinya sendiri di hadapan rekan kerjanya dan dianggap tidak profesional. Haikal yang berdiri di belakangnya pun tampak gelisah. Membuka pintu ruangan semua mata tertuju pada Airin dan Haikal. Selain Adi dan dua rekannya dari Mehana Entertainment, sudah ada dua orang perwakilan dari tim yang ditugaskan oleh Faisal.
Mengehela napas lega, Airin berjalan memasuki ruangan menuju kursinya, "Sebelumnya, saya minta maaf karena saya datang telat." kemudian ia mengambil duduk dengan sikap sopannya dan menoleh pada Dena yang akan memberikan penjelasan pada presentasinya kali ini, "Silahkan, Dena. Bisa dimulai."
Adi yang duduk berbeda dua kursi dari Airin menatap perempuan itu tajam, "Saya kira, kamu cukup profesional dalam urusan pekerjaan. Sepertinya kamu juga enggak bisa serius dalam hal ini."
"Maaf?" Airin menjatuhkan tatapan bertanya pada Adi yang baru saja menyindirnya.
Tak memedulikan tanggapan Airin, Adi mempersilahkan Dena memulai rapat, "Bisa diumulai sekarang?"
Sementara Dena yang sudah berdiri di depan layar proyektor merasakan bahwa suasana rapat kali ini akan berjalan cukup tegang, "Bisa, Pak."
Selama Dena menjelaskan pelayanan yang akan ditawarkan Reverie pada Mehana Entertainment, tidak ada satu pun yang menginterupsi. Seisi ruangan juga bisa melihat jika Airin memberi tatapan tajam pada Adi yang tampak tak peduli. Hal ini pula yang membuat suasana rapat menjadi mencekam. Dena mencoba setenang mungkin memaparkan slide demi slide yang ditampilkan pada layar proyektor. Adi memang tampak santai dengan setelan kemeja hitam dan celana bahan kremnya, namun aura yang dipancarkan lelaki itu terasa lebih mengintimidasi setelah Airin bergabung di ruang meeting.
Adi mengangguk-anggukkan kepalanya setelah Dena selesai dengan paparannya kemudian memutar kursinya menghadap Airin, "Apa Reverie bisa jamin keamanan talent Mehana nantinya?" tanyanya.
Airin mengangguk dengan senyum tipis, "Tentu. Kenapa tidak?"
Adi mengangkat kedua lengannya ke atas meja tampak serius, "Mehana Entertainment dipercaya menjadi promotor tunggal konser salah satu bintang K-pop yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Apa Reverie menyanggupinya?"
Rekan Adi dari Mehana Entertainment yang duduk di samping Airin memberikan dokumen berisi beberapa informasi yang langsung membuat Airin sedikit terkejut. Sebesar itukah Mehana sampai bisa membawa salah satu bintang K-pop dunia yang sangat sulit diundang ke Indonesia itu? Sebelumnya, Airin pernah bertemu dengan boy band beranggotakan tujuh orang itu saat bekerja dengan NU:E. Walaupun tidak sempat mengobrol langsung, Airin cukup bangga bisa menjadi art director untuk salah satu music video mereka beberapa tahun yang lalu.
Airin mengangguk yakin, "Kami menyanggupinya."
Jawaban Airin yang bisa dibilang cukup nekat itu membuat Haikal, Dena, dan Raka terpaku di tempatnya. Walaupun Reverie disebut sebagai salah satu hotel berbintang yang mempunyai reputasi, belum pernah ada selebriti kelas dunia yang menginap di sana sebelumnya. Keputusan Airin menyanggupi permintaan dari Mehana Entertainment tentu akan menjadi tugas pertama yang cukup berat bagi Dena dan Raka selaku penanggung jawab proyek. Dena dan Raka kira, Faisal adalah tipe bos yang sudah cukup gila karena Reverie tumbuh pesat dalam kurun waktu 5 tahun. Namun ternyata Airin jauh lebih gila dengan keputusan tiba-tibanya.
Pertemuan antara Reverie Hotel dengan Mehana Entertainment pun ditutup dengan kesepakatan kedua belah pihak. Kontrak kerja akan dibahas pada pertemuan selanjutnya yang juga sudah dijadwalkan. Adi dan dua rekan kerjanya beranjak dari kursinya kemudian saling berjabat tangan dengan pihak Reverie sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. Adi benar-benar meninggalkan ruangan setelah berjabat tangan dengan Airin. Melihat punggung Adi hilang di balik pintu, sebuah ide terlintas dalam benaknya. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Menggenggam erat ponsel di genggamannya, Airin kemudian langsung menyusul Adi dan dua rekannya yang ternyata masih menunggu di depan pintu lift.
"Pak Adi!" seru Airin membuat Adi dan dua rekannya itu memutar tubuh berbalik menghadapnya, "Saya perlu bicara sebentar dengan Pak Adi."
Pintu lift terbuka dan Adi akhirnya membiarkan dua rekan kerjanya turun lebih dulu, "Kalian duluan aja."
"Baik, Mas." balas salah satu dari mereka.
"Apa lagi yang perlu dibicarakan?" tanya Adi menghadap Airin.
Airin menyerahkan benda pipih yang berada di genggamannya pada Adi. Mendapati Adi yang membalas dengan tatapan bertanya, Airin pun menjelaskan, "Give me your phone number."
Adi menatap Airin datar karena sepertinya perempuan itu belum menyerah dan mungkin tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan, yaitu dirinya.
Sementara Airin yang ditatap membalasnya dengan tatapan penuh harap sembari menggerakkan ponselnya lebih dekat dengan Adi, "Kenapa? Saya minta nomer hp kamu sebagai rekan kerja."
"Fine." Adi meraih ponsel Airin dengan kasar kemudian mengetikkan nomor ponselnya.
Airin menerima kembali ponselnya kemudian menekan tombol panggil yang langsung membuat ponsel Adi berdering, "That's mine. You can save it, too."
Adi masih enggan membalas kalimat Airin dan memilih memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
"Kalau kamu lebih suka saya bersikap formal seperti sekarang, I'm gonna keep it that way. Once again, thank you. See you around, Pak Adi." ucap Airin sebelum meninggalkan Adi di depan pintu lift yang tak lama kemudian terbuka.
I'm trying my best to manage my time so I can update this story on time.
Enjoy!
Love, Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Your Soul
ChickLitGunadi Series #2 [COMPLETED] Selama ini, yang Airin lakukan hanyalah menghindar. Kepulangan yang diawali dengan keterpaksaan itu membuat Airin harus menghadapi kembali luka lamanya. Sikap arogan yang ia bangun sebagai pertahanan diri nyatanya tidak...