49

2.5K 277 3
                                    

Sore itu, Airin pulang meninggalkan Reverie menuju apartemennya seperti biasa. Membelokkan mobilnya ke jalan raya, mata Airin menemukan Dita yang sedang berjalan di trotoar. Sepertinya, perempuan itu sedang berjalan menuju halte bus yang tidak jauh dari Reverie. Menekan klakson mobilnya, Airin langsung mendapatkan perhatian Dita yang langsung memutar badan menghadap mobilnya. Airin menurunkan kaca pintu mobil kemudian memanggil Dita. Perempuan dengan blazer dan rok selutut berwarna hitam itu pun segera menghampiri mobil Airin.

"Masuk, Dit. Kakak anterin pulang." ucap Airin ketika Dita menundukkan wajahnya di kaca pintu mobil.

Dita yang awalnya tampak ragu pun akhirnya membuka pintu mobil dan duduk di samping Airin.

"Gimana magang di Reverie?" tanya Airin yang mulai melajukan mobilnya meninggalkan laju kiri.

Dita yang memang sudah dua minggu terakhir ini menjadi pegawai magang di Reverie pun menolehkan kepalanya menghadap Airin, "Lancar, Kak. Baru dua minggu tapi rasanya Dita belajar banyak banget di Reverie."

Airin tersenyum lega, "Betah, ya, di Reverie. Semoga nanti bisa jadi pegawai tetap."

Dita ikut tersenyum, "Aamiin, Kak. Makasih."

Walaupun mengakhiri hubungannya dengan Adi dengan tidak baik-baik, Airin tetap mencoba menjaga hubungan baik dengan Dita dan Tante Dania. Airin juga tidak pernah bertemu dengan Adi di luar masalah pekerjaan. Jika dirinya datang ke rumah Tante Dania, lelaki itu selalu sedang tidak ada di rumah. Mungkin Adi memang menghindarinya. Airin kira, Dita juga akan menjaga jarak dengan dirinya. Namun nyatanya, Dita tetaplah Dita yang sama yang pernah memintanya tetap berada di samping Adi. Seperti sekarang, Airin bahkan masih merasa nyaman bertukar obrolan ringan dengan Dita yang memiliki karakter cukup periang.

"Mampir dulu, Kak?" tanya Dita sebelum turun dari mobil Airin.

"Tante Dania di rumah?" tanya Airin balik.

Dita mengangguk, "Mampir dulu, yuk, Kak."

Termakan ajakan persuasif Dita, Airin pun melepas sabuk pengamannya dan mematikan mesin mobil, "Yuk."

Airin membiarkan mobilnya terparkir di jalan kompleks karena ia hanya ingin menyapa Tante Dania. Sudah lama juga dirinya tidak bertemu dengan Tante Dania. Perjalanan bisnis tanpa henti sejak satu bulan terakhir ini membuat Airin pun seperti tidak memiliki kehidupan. Harinya hanya dipenuhi dengan pekerjaan. Jelas rasanya sangat melelahkan. Apa yang menjadi rencana kerjanya di Reverie, harus diselesaikan sebelum Faisal kembali. Setidaknya, minggu ini akan jauh lebih tenang dari mingu-minggu sebelumnya.

"Assalamu'alaikum, Ma. Dita pulang." ucap Dita memasuki ruang tamu.

"Assalamu'alaikum." lanjut Airin yang mengikuti langkah Dita dari belakang.

Tante Dania yang sedang bersantai di ruang tengah sembari menonton televisi pun menoleh ketika mendengar suara Airin yang sudah sangat dirinya kenali, "Wa'alaikumsalam. Loh, ada Airin juga?"

Dita mencium punggung tangan ibunya kemudian langsung berlalu menuju dapur.

"Iya, Tante. Airin yang nganter Dita pulang. Sekalian mampir bentar." balas Airin yang langsung ikut duduk di samping Tante Dania di atas sofa.

"Kamu udah makan?" tanya Tante Dania.

"Belom, Tante." balas Airin.

"Makan di sini, ya?" ajak Tante Dania.

Airin melirik jam di pergelangan tangan kirinya, "Aduh, maaf, Tante. Malem ini, Airin udah janji sama Mama. Ini juga Airin mau langsung pulang. Lain kali, ya, Tante?"

Kini, Airin pindah untuk tinggal bersama dengan ibunya. Tentu Airin langsung setuju ketika ibunya megajak dirinya untuk tinggal bersama di sebuah rumah yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sang kakek. Membayangkan suasana rumah yang hangat dengan sang ibu, Airin sudah merasa senang. Airin merasa bahwa semuanya sudah lebih dari cukup.

Tante Dania tampak kecewa, namun kemudian senyum hangat terbit di wajahnya, "Ya, udah. Enggak apa-apa. Lain kali aja. Kalo kamu enggak sibuk ke sini lagi. Salam buat Mama kamu."

Airin mengangguk mantap, "Iya, Tante."

Setelah Airin berpamitan dengan Dita yang sedang bersantai di dapur, Tante Dania pun mengantar Airin sampai teras. Bersamaan dengan itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah. Airin jelas tahu jika pemilik mobil itu adalah Adi.

"Kalo gitu, Airin pamit, Tante." Airin kemudian mencium punggung tangan Tante Dania sebelum meninggalkan teras.

"Hati-hati di jalan, ya, Sayang." balas Tante Dania.

"Iya, Tante. Assalamu'alaikum." Airin pun memutar tubuh meninggalkan teras.

"Wa'alaikumsalam." balas Tante Dania yang juga kemudian beranjak kembali masuk ke dalam rumah.

Adi yang baru saja turun dari mobilnya menekan tombol kunci mobil, sementara Airin yang melewati lelaki itu hanya bisa memberi senyum sebelum meninggalkan halaman rumah. Dibanding dirinya yang merasa kaku, Adi selalu tampak baik-baik saja. Menggenggam tasnya dengan erat, perempuan yang dibalut dress selutu berwara hijau tua itu menyadari jika kini, keduanya benar-benar menjadi asing. Baru saja tangan Airin menyentuh pagar untuk membukanya, Adi memanggil namanya.

"Airin."

Airin memutar tubuhnya, "Ya? Kamu panggil saya?"

Adi yang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, melangkah menghampiri Airin, "Seberapa sering apa kamu dateng ke sini, ketemu Mama sama Dita?"

Airin hanya terdiam menatap Adi bingung.

"Jangan kasih harapan ke mereka karena nyatanya kita udah selesai." lanjut Adi dingin.

Airin membalas tatapan dingin Adi, "Kalo gitu, kasih tau ke saya gimana caranya nolak permintaan Tante Dania. Saya akan semakin merasa bersalah kalo saya juga harus menjauh dari Tante Dania sama Dita."

Airin menarik napas kemudian membuangnya pelan. Entah kenapa, semakin ditahan, semakin dirinya ingin meluapkan amarahnya yang juga dirinya tidak tahu harus ditujukan pada siapa. Airin jelas sadar jika dirinya juga bersalah. Namun, mendengar Adi yang seakan meminta dirinya untuk perlahan keluar dari kehidupan lelaki itu secara langsung, Airin juga merasa marah kecewa. Sebagian dalam dirinya masih ingin bersama Adi dan sepertinya semesta sedang tidak berpihak padanya.

"Saya pulang." Airin kemudian memutar tubuh menahan pedih di kedua matanya.

Finally, bisa lanjut nulis cerita ini. I'm so sorry for making you wait. Thanks for your patience.

Aku enggak bisa pastiin kapan aku bakal bisa update lagi karena mulai minggu ini aku udah UAS. Minggu depan, minggu terakhir semester ganjil. And still, I have so many deadlines coming. Wish me luck!

Enjoy!

Love, Sha.

Into Your SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang