05

4.3K 430 1
                                    

Malam ini, lobi Gunadi Tower sudah diramaikan oleh rekan-rekan bisnis Gunadi Group yang diundang ke acara serah terima jabatan manajer Reverie Hotel. Media yang diundang juga siap meliput tamu-tamu yang datang di area red carpet. Turun dari mobil yang sama dengan Yusuf Gunadi, sosok Airin langsung mengundang rasa ingin tahu dari awak media. Perempuan yang rambutnya disanggul ke atas itu nampak mempesona dengan dress tanpa lengan sepanjang betisnya itu. Merangkul lengan sang kakek yang ada di sampingnya, Airin menuruti sang kakek untuk menampilkan senyum terbaiknya pada awak media. Mengetahui Airin yang kadang bertindak seenaknya, Yusuf sengaja menyiapkan dress yang kini dipakai cucunya itu sejak jauh-jauh hari.

Memasuki hall, Airin mengikuti rencana sang kakek yang akan memperkenalkan dirinya pada rekan-rekan bisnis Gunadi Group. Bukan hanya rekan kerja, acara malam ini tentu dihadiri sebagian besar keluarga besarnya yang bergabung di bawah pimpinan Gunadi Group. Selepas menyapa rekan-rekan kerja kakeknya, Airin bertemu kembali dengan Pakde Rian dan Bude Erna yang sudah lama tak ditemuinya itu. Faisal dan Kinta juga ada di sana.

"Ya Allah, Airin. Udah lama enggak ketemu, kamu makin cantik, ya." puji Bude Erna melepas pelukan singkatnya dengan keponakannya itu.

Airin tersenyum, "Masa, sih, Bude? Bude juga makin cantik, kok."

Bude Erna menepuk lengan Airin, "Bisa aja kamu."

"Apa kabar, Pakde?" Airin kemudian mencium tangan Pakde Rian yang berada di samping Bude Erna.

"Alhamdulillah, baik. Kamu sudah ketemu sama Papa dan Mama kamu?" tanya Pakde tanpa basa-basi.

Air muka Airin langsung berubah, "Belum, Pakde. Memang Papa sama Mama udah dateng?"

Pakde Rian mengedarkan pandangannya pada penjuru ruangan kemudian menghentikan pencariannya ketika menemukan adik laki-laki dan mantan adik iparnya memasuki area hall bersama, "Mereka di sana."

Airin mengikuti arah pandang Pakde Rian. Entah sudah berapa lama Airin tidak melihat wajah kedua orang tuanya yang kehadirannya bahkan hampir tak pernah ia rasakan. Sejak usia 16, Airin merasa sudah tidak dipedulikan lagi oleh orang tuanya yang sekarang sedang bermain peran di hadapan tamu-tamu yang datang. Saat meninggalkan tanah air empat tahun yang lalu pun Airin hanya mendapat salam perpisahan melalui pesan singkat. Dan kini Airin hanya bisa terdiam di tempat ketika kedua orang tuanya berjalan mendekat ke arahnya. Perasaan senang karena akhirnya ia bisa bertatap muka dengan kedua orang tuanya bercampur aduk dengan perasaan benci.

Pakde Rian menepuk pundak kiri Airin menyakinkan, "Hadapi, Rin."

Airin menarik napas dalam ketika kedua orang tuanya berjalan mendekatinya. Kali ini, ia akan mencoba menghadapi luka lama yang kembali muncul di hadapannya. Dengan susah payah, Airin mengusahakan membalas senyum yang ibunya berikan padanya. Yang Airin harapkan, ketulusan di balik senyum kedua orang tuanya yang ditujukan pada dirinya tidaklah palsu. Merasakan kembali pelukan hangat sang ibu, Airin hanya bisa membeku di tempat dengan senyum canggung. Dilanjut pelukan sang ayah yang memang tak pernah dekat dengannya sejak kecil.

"Selamat, ya, Sayang." Wati menggenggam kedua lengan putrinya.

Airin memaksakan senyum di wajahnya.

"Mama sama Papa lanjut keliling dulu, ya. Nanti kita ngobrol lagi." pamit Wati langsung meninggalkan Airin.

Kadang, Airin ingin memiliki orang tua seperti orang tua Faisal dan Kintan. Selain kakenya, Pakde Rian dan Bude Erna lah yang selama ini perhatian padanya. Airin adalah bukti nyata dari perceraian kedua orangnya. Merasa sesak di dadanya tak juga pergi, Airin memilih memisahkan diri dari keluarganya untuk mencari udara segar. Mengambil satu gelas flute berisi minuman bersoda tanpa warna dari seorang pelayan yang sedang berkeliling membawa nampan berisi beberapa jenis minuman, Airin berdiam di tengah-tengah keramaian.

"Sebenernya lo itu siapa, sih?" tanya seseorang yang tiba-tiba berada di samping Airin.

Menolehkan kepalanya, Airin menemukan Adi berdiri di sampingnya. Lelaki itu juga memegang gelas yang sama sepertinya namun sudah tersisa setengah. Airin sendiri masih mengagumi Adi yang tampak effortlessly attractive dengan setelan jas abu-abu tua di sampingnya.

"Udah mulai penasaran ternyata." ucap Airin dengan senyum di wajahnya.

"Selamat malam, hadirin sekalian. Kami ucapkan selamat datang pada acara serah terima jabatan manajer Reverie Hotel. Saya Danu, akan memandu acara malam ini." suara MC dari atas panggung mengalihkan seluruh perhatian para tamu yang hadir, "Sebelum memulai acara, mari kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada kesempatan malam ini kita dapat berkumpul bersama. Pertama-tama, saya akan membacakan rangkaian acara malam ini yang akan dimulai dengan sambutan dari Bapak Yusuf Gunadi kemudian dilanjut sambutan dari Bapak Faisal Gunadi."

"Tapi kayaknya, gue enggak bisa jawab pertanyaan lo sekarang karena sebentar lagi, lo juga bakal tau jawabannya. See you!" lanjut Airin yang langsung beranjak dari tempatnya meninggalkan Adi setelah menepuk pundak kiri lelaki itu.

Tubuh Airin menghilang di antara tamu-tamu yang hadir. Perempuan itu berjalan menuju sebuah meja yang paling dekat dengan panggung di mana keluarganya sudah berkumpul. Ia akan diundang ke atas panggung untuk diperkenalkan secara resmi pada rekan-rekan bisnis Gunadi Group nantinya. Memilih duduk di samping Kintan, Airin mendengarkan sambutan dari kakeknya. Setelah Faisal adalah gilirannya memberi sambutan kepada para tamu yang hadir.

"Selanjutnya, sambutan dari Ibu Airin Gunadi. Untuk Ibu Airin, waktu dan tempatnya dipersilahkan." Danu mempersilahkan Airin memberi sambutan di atas panggung.

Airin berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju panggung. Suara heels menyentuh lantai panggung tentu mengundang banyak mata untuk mengetahui sosok Airin yang selama ini bersembunyi tanpa nama Gunadi. Faisal dan kakeknya yang berada di pinggir panggung menatapnya penuh keyakinan bahwa Airin bisa melakukannya. Sampai di tengah panggung, Airin tidak langsung memberikan sambutannya. Ia menarik napas pelan mengedarkan pandangan ke sesisi ruangan yang kini menatapnya ingin tahu.

"Selamat malam, semuanya. Terima kasih sudah hadir pada acara mala mini. Perkenalkan, nama saya Airin. Airin Gunadi." untuk pertama kalinya, Airin menyebut nama Gunadi bersanding dengan nama depannya dengan lantang di balik microphone. "Saya yang akan menggantikan Faisal yang akan melanjutkan studi S2-nya di Amerika, memimpin Reverie Hotel. Untuk itu, saya mohon kerja samanya. Terima kasih."

Sambutan singkat dari Airin tentu belum bisa menjawab rasa penasaran hadirin yang datang. Airin kemudian bergabung dengan Faisal dan kakeknya yang berada di pinggir panggung. Kemudian acara dilanjutkan dengan puncak acara, yaitu serah terima jabatan. Yusuf dan kedua cucunya menandatangani kontrak sebagai symbol bahwa Faisal resmi menyerahkan jabatannya pada Airin di Reverie Hotel. Saat sesi foto bersama, Airin bisa menemukan wajah Adi di antara tamu-tamu yang hadir dari atas panggung. Kemudian ia tersenyum pada lelaki yang kini sedang memberi tatapan dingin ke arahnya.

Enjoy!

Love, Sha.

Into Your SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang