23

2.6K 300 1
                                    

Adi datang ke Huis lebih awal dari biasanya siang itu, bahkan sebelum lounge itu dibuka untuk pengunjung. Lelaki yang kini mengenakan polo shirt hitam dan jins biru dongker itu berjalan memasuki Huis yang masih sepi. Selain dirinya, hanya ada Pras dan beberapa pegawai lainnya yang sedang bersiap. Datang untuk menemui sepupunya, Adi langsung berjalan menuju meja bar dan duduk di salah satu stool. Pras yang sedang mengelap gelas-gelas pun menyapa Adi yang kemudian dibalas dengan anggukan. Tak lama kemudian, Aldy yang sejak tadi Adi tunggu pun datang.

"Kenapa lo?" tanya Aldy yang langsung menarik stool di samping Adi dan duduk di sana.

Adi menoleh pada Aldy, "Mehana belum dapet interpreter buat konser StarZ. Lo ada kenalan yang bisa bahasa Korea enggak?"

"Airin." jawab Aldy dan Pras yang mencuri dengar sejak tadi bersamaan.

Mata Adi melirik Aldy dan Pras secara bergantian, "Gue serius. Jangan ngada-ngada."

"Dih, dibilangin enggak percaya. Airin, tuh, sebelumnya pernah tinggal dan kerja di Korea lama. Lo kemana aja, sih?" Aldy melirik sepupunya itu kesal.

"Airin fasih ngomong bahasa Korea. Walaupun sebelumnya belum pernah jadi interpreter, gue bisa jamin dia berkompeten." tambah Pras.

Aldy mengangguk setuju, "Tuh, dengerin."

Adi menjadikan Airin sebagai pilihan terakhirnya untuk menjadi interpreter di konser yang akan diselenggarakannya kurang dari satu bulan lagi itu. Selain memang mencari interpreter yang sebelumnya sudah memiliki pengalaman, Adi juga sebisa mungkin menghindari temu dengan Airin. Keesokan harinya, Adi mendapat kabar bahwa salah satu stafnya sudah menemukan interpreter untuk mendapingi StarZ selama di Indonesia sehingga ia tidak perlu mengubungi Airin.

Perasaan lega yang Adi rasakan ternyata tidak berlangsung lama karena satu minggu sebelum konser diselenggarakan, ia mendapati Airin hadir di ruang meeting Mehana. Fani, salah satu staf yang mengatakan padanya bahwa ia sudah mendapatkan interpreter memperkenalkan Airin yang tidak datang sebagai pemilik Reverie, namun sebagai interpreter untuk Starz di akhir pekan nanti. Sementara Airin yang memperkenalkan diri sekali lagi pada Adi, tersenyum miring. Lagi-lagi ia menang.

"Senang bertemu lagi dengan Pak Adi." ucap Airin dengan senyum kemenangan.

Tiga minggu yang lalu, Airin mendapat pesan di kontak masuknya yang langsung membuatnya girang. Adisa, salah satu temannya saat tinggal di Korea yang sama-sama berasal dari Indonesia, menawarinya pekerjaan sebagai interpreter di Mehana Entertainment. Tanpa berpikir panjang, Airin langsung menerima tawaran itu sehingga ia memiliki alasan untuk tidak datang ke acara perjodohan yang direncakan kedua orang tuanya itu. Ditambah, ia juga akan bertemu lagi dengan Adi nantinya.

Dari pertemuannya yang diadakan siang itu dengan pihak Mehana Entertainment, Airin akan menjalankan tugasnya dari satu hari sebelum acara. Dan di sinilah Airin berada sekarang. Dengan kaus putih yang dibalut dengan oversized blazer berwarna khaki dan celana jins biru muda, ia sedang menunggu kedatangan member StarZ dan para staf yang mendampinginya. Bersama Richard, salah satu staf Mehana Entertainment, di sampingnya, Airin mendadak gugup. Ia merapihkan penampilannya sekali lagi saat melihat sekelompok orang dengan masker mendekat ke arahnya. Airin memang memiliki tugas untuk ikut menjemput StarZ di bandara kemudian mengantarnya ke hotel dan mendampingi boy band asal Korea itu selama di Indonesia. Selain itu, Airin juga menjadi interpreter untuk staf StarZ yang ikut datang ke Indonesia dan staf Mehana.

"Annyeonghaseyo." Airin membungkukkan tubuhnya sedikit untuk menyambut tujuh member StarZ yang akhirnya tiba di hadapannya, "Je ireumeun Airin-imnida. Oneulbuteo beon-yeogga-imnida. Jalbuthak deurimnida."

"Noona?" Hajun, seseorang di antara tujuh anggota StarZ yang mengenakan masker dan topi hitam menyadari jika Airin tampak familiar.

"Ne?" tanya Airin pada lelaki bernama Hajun itu.

"Oraenman-ieyo. Noona eodi isseosseoyo? Seutyudio-eseo mot bwasseoyo." tanya Hajun mengabaikan perintah manajernya untuk segera masuk ke dalam mobil van yang sudah disewa oleh Mehana Entertainment.

"Jeoneun deo isang seutyudio-eseo ilhaji anhseumnida." balas Airin yang kemudian meminta Hajun untuk segera masuk ke dalam mobil.

Menempuh perjalanan sekitar 45 menit, Airin dan staf-staf lainnya akhirnya sampai di Reverie. Sudah ada tiga liaison officer dari Mehana di Reverie yang kemudian mengantar StarZ dan para staf ke lantai 7 yang sudah disewa sepenuhnya oleh Mehana. Selain itu, Airin juga membatasi jumlah tamu yang menginap di Reverie. Jelas, keamanan di Reverie pun ditingkatkan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan nantinya.

Keesokan harinya, Airin diminta untuk langsung datang ke venue untuk mempersingkat waktu. Airin memilih perpaduan kemeja putih dengan blazer biru muda bermotif garis-garis putih dan celana jins biru muda sebagai outfit-nya hari ini. Terkesan formal namun tetap nyaman untuk dikenakan selama seharian. Sebelum keluar dari mobil, Airin mengikat rambutnya kemudian mengenakan baseball cap putihnya. Area venue sudah diramaikan oleh beberapa penggemar yang berlalu-lalang. Airin melirik jam di pergelangan tangannya yang masih menunjukkan pukul tujuh. Menunjukkan id card yang terpasang di lehernya, Airin mendapatkan akses untuk masuk ke dalam venue. Kemudian ia langsung melangkahkan kakinya yang dibalut Converse berwarna hitam itu menuju backstage dengan ponsel di telinganya untuk mencari Richard.

"Mbak Airin!" panggil Richard yang sedang berdiam diri di depan ruang tunggu artis.

Airin menurunkan ponsel di telinganya kemudian menghampiri lelaki berkacamata itu, "Gue cariin."

Bertemu dengan Richard, Airin langsung diminta untuk bertemu dengan para kru dari manajemen dan penanggung jawab konser yang tentunya berasal dari Korea. Tentu bukan hal yang sulit bagi Airin untuk bekerja di lingkungan yang mengharuskan dirinya berbahasa Korea. Namun kali ini ia harus bekerja ekstra karena ia harus menerjemahkan bahasa Korea ke Indonesia dan sebaliknya supaya para kru dari dua belah pihak bisa bekerja sama dengan baik. Hampir seharian, Airin mengelilingi venue untuk mengikuti para kru yang bertugas. Belum bertemu lagi dengan StarZ, Airin sesekali melirik ke atas panggung di mana StarZ sedang melakukan rehearsal dari area VOH.

"Mbak Airin?" Richard menegur Airin yang hilang fokus.

"Ya?" Airin menoleh dan matanya langsung berkontak dengan Adi yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapannya. Dari raut wajahnya, Airin bisa mendapati jika lelaki itu terheran-heran.

"Saya minta kamu untuk jadi interpreter untuk acara pers sore ini. Gimana?" tanya Adi.

Airin mengangguk, "Sure."

Annyeonghaseyo. Je iremeun Airin-imnida. Onelbuteo beon-yeogga-imnida. Jalbuthak deurimnida. = Hai. Nama saya Airin. Saya penerjemah Anda mulai hari ini. Mohon bantuannya.

Noona? = Kakak? (Panggilan akrab dari laki-laki pada perempuan yang lebih tua.)

Ne? = Iya?

Oraenman-ieyo. Noona eodi isseosseoyo? Seutyudio-eseo mot bwasseoyo. = Lama tak berjumpa. Kakak kemana saja? Saya tidak melihat kamu di studio.

Jeoneun deo isang seutyudio-eseo ilhaji anhseumnida. = Saya sudah tidak bekerja lagi di studio.

Aku tau chapter ini alurnya cepet banget ehehe...

Enjoy!

Love, Sha.

Into Your SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang