35.Kelulusan

38 36 7
                                    

Tak terasa, sudah 3 tahun aku melewati masa-masa SMA yang sangat indah ditemani sahabat-sahabatku, aku merasa berat meninggalkan mereka.

Besok adalah hari kelulusanku, rumah terasa ramai dari biasanya karena kehadiran kekuarga kecil Kak Nafidzah yang baru datang seminggu yang lalu dari Yaman.

"Assalamualaikum sayang, boleh Umi masuk?." tanya Umi dari depan pintu kamarku.

"Waalaikumsalam, iya Umi." jawabku dan membukakan pintu untuknya.

"Aisyah sedang apa sayang?jangan capek-capek dong, besok kan hari kelulusan Aisyah." ucap Umi sambil merangkulku untuk mengikutinya duduk di balkon kamarku.

"Aisyah cuman siapin beberapa koper buat baju Aisyah yang Aisyah mau bawa ke Yaman kok Umi." ucapku sambil menyadarkan tubuhku pada Umi.

Setelah kelulusanku, aku dan kedua orang tuaku memutuskan untuk pergi ke Yaman dan mengambil beasiswa yang sudah diberikan untukku, sekaligus untuk berkumpul dengan keluarga kecil Kak Nafidzah yang menetap disana dua tahun ini.

"Aisyah yakin akan pergi kan Nak?." tanya Umi sambil mengelus kepalaku yang tertutupi hijab.

"Insyaallah Aisyah yakin Umi." ucapku sambil tersenyum menatapnya.

"Aisyah sudah bicara pada sahabat-sahabat Aisyah?." tanya Umi membuatku terdiam.
"Aisyah... Umi tau putri sholeha Umi sedang menutupi sesuatu dari Umi selama ini betul kan?." sambung Umi.

"Maaf Umi..." ucapku sambil menunduk.

"Aisyah kenapa minta maaf sayang?Aisyah mau cerita sama Umi?." tanya Umi dengan lembut membuatku luluh dan akhirnya mengangguk dan mulai menceritakan semuanya.

"Selama hampir setahun ini Aisyah memberi jarak dengan sahabat-sahabat Aisyah, terutama Ali, Ali itu Muhammad Umi, dia menutupi jati dirinya selama ini." ucapku mulai bercerita dan Umi pun mendengarkan dengan baik.
"Aisyah melakukan ini karena kecewa telah dibohongi oleh mereka Umi, mereka adalah orang-orang yang Aisyah percaya, tapi mereka sudah membohongi Aisyah selama dua tahun ini." sambungku.

"Aisyah... Sahabat-sahabat Aisyah pasti punya alasan yang kuat hingga membohongi Aisyah." ucap Umi dengan lembut.

"Apa Aisyah salah karena memberi jarak dengan mereka Umi?." tanyaku membuat Umi menggeleng dan tersenyum padaku.

"Aisyah boleh kecewa sayang, tapi Aisyah tau kan kalau kita tidak boleh berlarut-larut dan berlebihan dalam menanggapi sesuatu, apalagi sampai Aisyah memutuskan silaturahmi dengan mereka." ucap Umi.

"Apa yang harus Aisyah lakukan Umi?." tanyaku.

"Umi yakin putri sholehanya Umi pasti tau apa yang harus kamu lakukan sayang, perlu kamu ketahui kalau Muhammad adalah pria yang baik sayang." ucap Umi mampu menenangkan hatiku dan aku pun langsung memeluknya.

Besoknya aku pun sudah siap dengan pakaianku sesuai tema kelulusanku kali ini, aku benar-benar tidak menyangka dapat berada di titik ini.

"Adeknya Kakak cantik banget." ucap Kak Nafidzah sambil tersenyum memuji penampilanku yang memang berbeda dari biasanya, karena hari ini adalah hari spesialku, hari kelulusanku.

"Kakak juga cantik banget." ucapku sambil tersenyum.

"Ayna mana Kak?." tanyaku karena tidak melihat Ayna.

Hafidzah Ayna Nur Jannah Wirawan yang biasa dipanggil Ayna, adalah anak Kak Nafidzah dan Kak Yusuf, aku begitu menyayanginya karena dia adalah ponakan pertamaku.

"Ada sama Umi, kamu yakin nanti minggu depan mau langsung ke Yaman?." tanya Kak Nafidzah.

"Insyaallah iya Kak." ucapku.

Maafkann [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang