33.Menenangkan hati

39 33 3
                                    

Besoknya aku pun kembali masuk sekolah seperti biasanya, aku sengaja berangkat lebih awal agar aku tidak menemui sahabat-sahabatku terlebih dahulu, karena jujur saja aku masih kecewa karena ketidakjujuran mereka.

"Aisyah sayang... Aisyah yakin tidak ingin berangkat bersama sahabat-sahabat Aisyah hanya karena Aisyah tidak enak badan?bukan karena alasan lain yang Aisyah tutupi dari Umi dan Abi?." tanya Abi dengan lembut.

"Aisyah tidak memiliki alasan lain Abi." ucapku tidak sepenuhnya berbohong, tetapi aku pun bingung kepada perasaanku sendiri yang sekarang begitu kesepian tanpa sahabat-sahabatku.

"Yasudah kalau begitu Abi harus nunggu Ali sampai datang dahulu, Abi hanya bisa tenang melihat kamu belajar kalau Ali yang menjaga kamu, Abi khawatir kamu sakit lagi sayang." ucap Abi.

"Abi..." belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Abi sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Kalau Aisyah tidak ada yang menjaga, Aisyah pulang lagi yaa sayang, muka kamu pucat." ucap Abi sambil memutar balik arah mobil kita yang sudah berada didepan sekolah, tetapi dengan cepat aku mencegahnya.

"Iya Abi, Abi ketemu sama... Ali yaa, tapi Aisyah pengen tetep sekolah." ucapku kembali merasakan sakit ketika menyebut namanya.

"Baik kalau begitu, putri sholehanya Abi..." ucap Abi sambil mengelus kepalaku penuh kasih sayang dan aku pun hanya tersenyum tipis karena aku memang masih sedikit lemas.

Abi pun langsung menelfon Ali karena aku yang belum siap bertemu dengannya dan mendesak Abi agar aku bisa cepat masuk kedalam kelas.akhirnya aku bisa masuk kelas setelah Abi selesai menelfon Ali.

Seharian ini kita memang free class, dan kali ini adalah free class tersepi bagiku, karena free class kali ini tanpa kegaduhan dan tingkah ajaib sahabat-sahabatku, mungkin mereka pun bingung harus berbuat seperti apa sehingga mereka lebih banyak diam kali ini.

Tak terasa bel istirahat pun berbunyi, aku pun langsung pergi ke Mushola sendiri karena lidahku pun kelu untuk mengajak mereka shalat dhuha berjamaah.

Aku pun menyempatkan untuk membaca Al-Qur'an terlebih dahulu, tanpa sadar ada sebuah suara yang juga ikut menyamakan iramanya denganku, suara kita seakan menyatu dan sangat menyentuh hati membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa nyaman.

Masyaallah.batin sahabat-sahabatku memuji suara merduku dan Ali.

"Subhanallah, suara Ali dan Aisyah merdu banget yaa." ucap salah seorang siswa yang juga telah melaksanakan shalat dhuha.

"Iya bener, mereka ngajinya penuh penghayatan sampe berkaca-kaca matanya, bener-bener pasangan yang serasi." ucap siswa yang lainnya membuat air mataku jatuh begitu saja tanpa diperintah, dan aku pun langsung menghapusnya agar tidak ada siapapun yang melihatnya.

Aku pun kembali ke kelasku dengan membawa mukenaku, tetapi berasa ada yang kurang bahkan hilang dariku dan aku tidak tau apa yang hilang dariku.

Sekarang satu sekolah sudah mengetahui kalau aku adalah anak dari pemilik sekolah dan sahabat-sahabatku adalah donatur terbesar di sekolah ini.

"Assalamualaikum." salam seseorang membuatku mendongak untuk melihat siapa yang mengucap salam padaku.

"Wa...waalaikumsalam." ucapku gugup, yang menghampiriku adalah Ali dan salah satu anak kelas 10 yang bername tag Kisya.

"Maaf ganggu Kak Aisyah, Kakak sama Kak Ali dipanggil sama Pak Samsudin ke ruang guru." ucap Kisya membuatku dan Ali tersadar dari tatapan kita yang mengunci satu sama lain.

"Iya, makasih yaa." ucapku sambil tersenyum membuatnya ikut tersenyum.

"Iya Kak sama-sama, kalau gitu aku pamit ke kelas lagi yaa, Assalamualaikum." salam Kisya sambil menyalami tanganku dan berlalu pergi.

Maafkann [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang