31.Kekecewaan

55 33 8
                                    

Satu tahun kemudian, persahabatan maafkann semakin erat dan kita sekarang selalu melewati semuanya bersama-sama, kita bersyukur karena diberi kebahagiaan berupa sahabat yang sangat baik.

Sudah satu tahun kita lewati bersama, kita lewati semua rintangan yang ada secara bersama-sama, kita menangis dan tertawa bersama-sama, sudah satu tahun dengan pelangi yang indah seindah persahabatan kita.

Itu artinya sudah dua tahun pula Ali menutupi jati dirinya sebagai Muhammad, Ali belum berani untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Aisyah, tetapi mungkin saat ini akan menjadi waktu yang tepat untuk mengatakannya.

Saat ini "maafkann" sedang makan di rumah makan langganan kita, rumah makan khas sunda menjadi pilihan kita, kita selalu menikmati kegiatan makan kita yang duduk lesehan dengan bercanda ria.

Aku dan sahabat-sahabatku baru saja selesai ujian kelas 11, itu artinya ketika kita masuk sekolah kita akan menjadi kelas 12 dan sebagai Kakak kelas kita pun mencoba mencotohi adik kelas kita dengan perilaku yang baik.

Eskul Tahfidz pun semakin berkembang dan sangat aktif dalam kegiatan sekolah, Siska dan teman-temannya pindah ke pesantren, urusan dengan keluargaku dan Ali sudah selesai karena kita sudah memaafkan mereka.

"Aku masih gak nyangka lhoo Umi sama Abi begitu mudahnya maafin Siska and the geng, padahal kan mereka udah keterlaluan banget." ucap Fasya saat kita sedang menunggu makanan datang, panggilan mereka dari dulu tetap sama, mereka tetap memanggilku Umi dan memanggil Ali dengan sebutan Abi.

"Yaudahlah gak usah dibahas, lagian kan itu udah berlalu." ucapku sambil tersenyum membuat mereka ikut tersenyum.

"Adek Afiqah bangga lhoo sama Kakak Aisyah." ucap Afiqah yang menirukan suara seperti anak kecil membuatku terkekeh.

"Lucu banget sii calonnya Adit." ucap Adit membuat Afiqah salah tingkah.

"Calon... Calon... Mana mau Afiqah sama Badut." ucap Fasya.

"Heh... Emang Navis mau sama Mak Lampir?." ucap Adit.

"Heh..." belum sempat Fasya meneruskan ucapannya, Ali sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Udah-udah, kita baru selesai ujian kalian udah berantem aja, liburin dulu berantemnya gitu..." ucap Ali.

"Iya Abi." ucap mereka.

"Syah... Ada yang mau aku omongin deh." ucap Afiqah membuat semuanya hening.

"Ngomong apa?." tanyaku.

"Apa bener kamu gak bakalan maafin Muhammad kalau dia kembali?." tanya Afiqah membuat semuanya menegang karena ingin tau apa jawabanku, dan aku pun terkekeh melihat ekspresi mereka.

"Kok ketawa sii Syah?aku nanya serius ini." ucap Afiqah.

"Lagian kalian tegang banget... kalian kenapa?." tanyaku.

"Gak papa, jadi apa jawabannya Umi?." tanya mereka kompak dan sangat serius, membuatku ikut serius.

"Aku gak bakalan maafin Muhammad..." belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, mereka semua sudah memotongnya terlebih dahulu, sedangkan Ali langsung menunduk membuatku heran.

Maafin Muhammad Aisyah... batin Ali.

"Kok gitu Umi?." tanya mereka.

"Aku belum selesai ngomong, kalian udah potong aja." ucapku.

"Yaudah, lanjutin Umi." ucap mereka.

"Aku gak bakalan maafin Muhammad... Karena emang Muhammad salah apa sama aku?aku gak nganggep Muhammad salah sama aku, justru kalau Muhammad kembali aku bakalan seneng banget, kita kan udah lama gak ketemu sama Muhammad." ucapku membuat semuanya tersenyum bahagia, terlebih Ali, dia terlihat sangat bahagia.

Maafkann [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang