26.Tangisan Kekecewaan

58 52 10
                                    

Sudah seminggu Adit semakin dekat dengan Anatasya, bahkan dia pun hampir setiap hari mengantar jemputnya dan dia tidak punya waktu untuk kita sebagai sahabat-sahabatnya.

Sudah satu minggu juga, Fasya kehilangan teman bertengkarnya, Afiqah pun semakin pendiam karena dia tahu kalau dia bukan siapa-siapanya Adit, aku dan yang lainnya yang mengetahui situasi pun selalu berusaha membicarakan hal ini dengan Adit.

"Kamu mau makan apa Afiqah?." tanya Navis yang hendak memesan makanan.

"Aku samain sama kalian aja." jawabnya dan kita pun saling memandang lalu tersenyum pasrah.

"Kamu mau makan apa Dit?." tanya Anatasya pada Adit yang berada di bangku kantin didepan kita.

"Terserah." jawab Adit dingin pada Anatasya.

Tak berapa lama, Navis pun selesai memasan dan membawa makanan untuk kita bertepatan dengan Anatasya yang kembali dengan nampan makanan miliknya dan Adit.

"Aku suapin kamu yaa." ucap Anatasya yang menyadari keberadaanku dan sahabat-sahabatku dan hendak memanas-manasi Afiqah.

"Apaansii." ucap Adit dingin.

Mereka pun mulai makan, dan Anatasya pun mengelap bibir Adit yang terdapat makanan dan tangannya pun tetap berada pada wajah Adit dan beralih membelainya, tetapi Adit tetap mendiamkannya dan tatapannya pun melihat kearah Afiqah.

Afiqah masih diam, dia menggigit bibir bawahnya karena matanya yang memanas.kita masih memperhatikan mereka tanpa hendak memakan makanan kita karena tiba-tiba selera makan kita berkurang, aku pun mengelus tangan Afiqah memberikannya ketenangan dan ketegaran agar mudah menghadapi semua ini.

"Aku mau ke toilet." ucap Afiqah dan hendak berdiri namun kutahan.

"Aku temenin." ucapku dan langsung berdiri.

Aku pun menunggu Afiqah sambil mencuci tangan, saat aku hendak berbalik, aku pun berhadapan dengan Siska dan teman-temannya.

"Ngapain lo semua disini?." ucapku karena mereka menghalangi langkahku.

"Kita cuman pengen bantuin sahabat lo doang kok." ucap Siska.

"Bantuin apa maksud lo?." tanyaku.

"Gue bisa aja nyuruh Anatasya buat jauhin Adit, tapi sebagai gantinya lo harus jauhin Ali." ucap Siska.

"Apa sii yang ngebuat lo pengen banget jauhin gue sama Ali?." tanyaku.

"Karena gue suka sama Ali, dan apapun yang gue suka harus gue dapetin." ucap Siska.

"Nggak semua yang lo suka bisa lo dapetin." ucapku.

"Terserah lo Aisyah, kalau lo gak turutin mau gue, gue bakalan bikin sahabat lo lebih parah dari ini." ucap Siska dan langsung pergi bersama teman-temannya.

Hamba harus bagaimana yaa rabb?.batinku.

"Aisyah." teriak Afiqah menyadarkanku dari lamunanku.

"Kenapa teriak-teriak sii Afiqah?ini di toilet lhoo..." ucapku sambil mengelus dadaku karena terkejut.

"Lagian kamu, aku panggilin dari tadi, kamu mikirin apa sii?." tanya Afiqah.

"Aku nggak mikirin apa-apa kok." ucapku.

"Kamu gak pinter bohong sama aku Syah." ucap Afiqah menatapku lekat, membuatku menelan ludah susah payah karena dia selalu bisa mengetahui kalau ada yang aku sembunyikan, aku memang sangat dekat dengan Afiqah.

"Udahlah Afiqah... Ayo masuk kelas, bentar lagi bel." ucapku dan menarik tangannya menuju kelas.

Sampai dikelas kita pun dikejutkan dengan adegan yang dipertontonkan didepan kelas kita, Afiqah mencengkram tanganku kuat karena menahan emosi dan air matanya yang siap meluncur kapan saja.

Maafkann [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang