54.Ikhlas

83 64 0
                                    

"Kalian kok ada disini?." tanya Muhammad, ya dia adalah Muhammad.kita cukup terkejut karena dia berada disini, bukankah Muhammad sudah pergi ke Belanda?

Muhammad sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik, dia sudah tidak memakai kursi roda lagi.

"Kita yang harusnya tanya, kamu kok bisa ada disini?." tanya Adit.

"Kan ini rumah aku." jawabnya.

"Euh.... Iya juga yaa." ucap Adit lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Bukannya kamu mau berangkat ke Belanda?." tanyaku.

"Aku pergi ke Belanda untuk belajar ikhlas, dan aku seharusnya menyadari jika aku akan ikhlas kalau melihat kamu bahagia." ucap Muhammad sambil menatapku.

"Kamu udah inget aku?." tanyaku membuatnya mengangguk.

"Aku sangat menyesal karena sudah melupakan sosok wanita berharga seperti kamu dalam hidupku." ucapnya membuatku tersenyum.
"Tapi aku sudah berniat untuk menikhlaskan kamu jadi..." sambung Muhammad dan langsung kupotong.

"Bagaimana jika aku yang tidak ingin kamu ikhlas?bagaimana jika aku ingin meneruskan perjuangan..." belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, suara seseorang sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Perjuangkan cinta kalian." ucap Kak Azzam membuat Muhammad bingung.

"Apa maksudnya?." tanya Muhammad.

"Muhammad... Kakak memang mencintai Aisyah, tetapi Kakak tau dan sadar kalau cintanya Aisyah bukan untuk Kakak, Kakak tidak ingin memaksakan seseorang yang tidak mencintai Kakak untuk bersama Kakak, dan Kakak juga tidak bisa berada diantara cinta kalian." ucap Kak Azzam.
"Jadi Kakak harap kamu bisa jaga Aisyah dan bahagiakan dia di dunia dan juga di akhirat." sambung Kak Azzam sambil menepuk pundak Muhammad.

"Kak, maaf..." belum sempat Muhammad menyelesaikan ucapannya, Kak Azzam sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Kamu gak perlu minta maaf, harusnya Kakak sadar dari dulu kalau cinta kalian begitu kuat dan Kakak belum tentu bisa menggantikan posisi kamu di hati Aisyah." ucap Kak Azzam
"Maafkann, Muhammad untuk Aisyah." sambung Kak Azzam sambil tersenyum tulus membuat kita semua ikut tersenyum.

"Aku tau kalian pasti butuh waktu buat ngobrol berdua." ucap Kevin dan sahabat-sahabatku pun langsung sedikit menjauh agar aku dan Muhammad bisa lebih leluasa mengobrol.

"Muhammad..."
"Aisyah..." ucapku dan Muhammad berbarengan.

"Kamu duluan aja." ucap kita yang lagi-lagi berbarengan.

"Aku ingin memuliakan wanita istimewa seperti kamu, jadi aku persilahkan kamu berbicara terlebih dahulu." ucap Muhammad membuatku menunduk menyembunyikan semburat merah dipipiku.

"Kenapa kamu bisa ada disini?bukannya kamu akan berangkat ke Belanda?." tanyaku.

"Entahlah, perasaanku seperti ada yang hilang ketika aku memutuskan untuk pergi, dan keraguanku pun bertambah setelah sampai di Bandara.Maka dari itu aku memutuskan untuk membatalkan kepergianku, dan aku rasa ada yang harus aku perjuangkan disini... Apa kamu mau berjuang bersamaku untuk cinta kita?." ucapnya sambil menatapku dalam dengan senyuman manisnya membuatku mengangguk.
"Aisyah untuk Muhammad." sambungnya membuatku memalingkan wajah karena tidak kuat lagi mengontrol degupan jantungku yang tidak beraturan setiap mendengar kata-kata darinya.

"Eum... Kita samperin yang lain yuk." ucapku membuatnya terkekeh.

"Umi malu sama Abi?." tanyanya diluar dugaan membuatku membulatkan kedua bola mataku.

"Al..." rengekku.

"Kita langsung ke pelaminan aja yuk." ucap Muhammad membuatku langsung meningalkannya dan menghampiri sahabat-sahabatku, Muhammad pun terkekeh karena berhasil membuatku salah tingkah.

Maafkann [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang