43.Tasbih Kerinduan

35 27 11
                                    

Besoknya aku dan keluargaku pun mempersiapkan semua baju dan barang-barang penting untuk dibawa pulang ke Indonesia. Sedari tadi Ayna pun ikut sibuk, sibuk kesana kemari sambil berceloteh tanpa henti.

"Ayna... Bisakah kamu membantu Bunda?." tanyaku mencoba bersabar menghadapinya.

"Ayna bisa bantu apa Bunda?." tanyanya bersemangat.

"Kamu bisa mundur 8 langkah?." ucapku dan Ayna pun mengikuti perintahku.
"Sekarang kamu duduk dengan tenang." sambungku membuat Ayna mengerucutkan bibirnya sedangkan keluargaku yang melihatnya pun terkekeh.

"Bunda... Ayna kan pengen bantuin." ucap Ayna mendengus kesal, sebenarnya disini siapa yang harus kesal?

"Bantuin dengan cara mondar-mandir malah bikin pusing Ayna..." ucapku.

"Itu kan sebagai bentuk semangat dari Ayna." ucapnya tersenyum tak berdosa membuatku menghela nafas pasrah.
"Tapi kalau Bunda mau Ayna diem, Bunda main yaa sama Ayna." sambung Ayna lebih bersemangat.

"Main apa?." tanyaku.

"Jawab cepat." ucap Ayna.
"Jadi Bunda harus jawab semua pertanyaan Ayna dengan cepat." sambung Ayna menjelaskan.

"Itu mah emang kamunya aja yang kepo." ucapku membuat Ayna menyengir lebar.

"Ayo Bunda... Sekali aja..." ucap Ayna.

"Sekali?satu pertanyaan?." tanyaku.

"Nggak gitu juga Bundaku yang sangat cantik..." ucapnya kesal membuatku terkekeh.

"Emang buat apa sii Ayna cantik?." tanyaku lalu menghampirinya dan mengelus kepalanya.

"Biar Ayna tau isi hati Bunda... Ayna kan selalu ceritain semua tentang Ayna ke Bunda, sekarang Ayna pengen tau semua tentang Bunda." ucap Ayna membuatku langsung mencium pipinya.
"Mau yaa Bunda?." tanya Ayna.

"Bunda hanya punya jawaban 'iya' sayang... Karena kalaupun Bunda nolak, kamu pasti akan membujuk Bunda terus." ucapku.

"Jadi Bunda gak ikhlas nii?." ucap Ayna sedih.

"Ikhlas sayang... Apapun Bunda lakuin selagi itu baik buat Ayna dan bisa bikin Ayna bahagia." ucapku.

"Ayna jadi makin sayang sama Bunda..." ucap Ayna lalu memelukku dan mencium pipiku membuatku tersenyum.

"Jadi sama Umi gak sayang nii?." ucap Kak Nafidzah cemburu.

"Sayang dongg Umi... tapi hari ini Ayna pengen sama Bunda dulu." ucap Ayna membuatku terkekeh karena melihat wajah kesal Kak Nafidzah, Kak Nafidzah akhir-akhir ini memang mudah kesal, mungkin ini adalah hormon ibu hamil.

"Makin sayang deh Bunda sama anak Bunda ini." ucapku karena ingin membuatnya kesal, hobi kita dari dulu memang sama, yaitu membuat kesal satu sama lain.

"Aisyah... Ayna itu anak Kakak yaa." ucap Kak Nafidzah kesal.
"Makanya kalau kamu mau punya anak, kamu cepet nikah sama Muhammad." sambung Kak Nafidzah yang sekarang giliran membuatku mendengus kesal, lalu langsung menggendong Ayna.

"Okey... Mulai yaa Bunda." Tanya Ayna dan aku pun hanya mengangguk.

Aku pun langsung berjalan menuju dapur dan membuatkam minuman untuk keluargaku yang masih sibuk membereskan barang-barang, aku pun mendudukkan Ayna di kursi.

"Bahasa Indonesia atau Bahasa Arab?." ucap Ayna memulai pertanyaan pertama.

"Dua-duanya." ucapku.

"Pilih salah satu Bunda..." rengeknya, membuatku terkekeh.

"Okey... Pertanyaan selanjutnya." ucapku.

"Cantik?." tanya Ayna.

"Bunda." jawabku cepat.

Maafkann [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang