44.Kabar Kebahagiaan atau Kepiluan?

33 24 2
                                    

Saat ini aku sedang menemani Ayna jalan-jalan keliling kompleks rumahku yang berada di Jakarta, kemarin aku dan keluargaku baru saja sampai di Indonesia.

Aku pun mengajak Ayna ke taman kompleks yang setiap hari selalu ramai, kita pun menikmati waktu bersama dengan canda tawa bahagia.saat aku dan Ayna hendak ke restoran, aku pun melihat seseorang yang hendak tertabrak.

"Ayna tunggu sebentar yaa sayang." ucapku dan dia pun hanya mengangguk cepat.

Aku pun langsung menariknya agar terhindar dari bahaya, karena keseimbanganku hilang saat menariknya, tanganku pun sedikit terluka.

"Kamu nggak papa?." tanyaku.

"Nggak papa kok, makasih yaa kamu udah nyelamatin aku..." ucapnya dan menatapku.
"Loh... Aisyah?." sambungnya terkejut saat melihatku.

"Siska?." ucapku tak menyangka karena perempuan yang kuselamatkan tadi adalah Siska.

"Makasih yaa kamu udah nyelamatin aku, kamu luka nggak?." tanyanya khawatir membuatku tersenyum.

"Enggak kok, cuman luka sedikit aja." ucapku sambil meringis kecil karena merasakan siku ku terasa sakit dan sedikit terluka.

"Yaudah aku obatin yaa, kita ke restoran itu dulu." ucap Siska dan aku pun hanya mengikutinya saja, tak lupa Ayna pun ikut bersama kita.

Aku pun diobati oleh Siska, kita pun mengobrol ringan setelah selesai makan.

"Oiyaa, nama kamu siapa anak manis?." tanya Siska sambil tersenyum manis pada Ayna.

"Aku Ayna, Tante." ucap Ayna sambil tersenyum dan menyalami tangan Siska membuatnya tersenyum.

"Ini anak kamu Aisyah?." tanya Siska.

"Iya, anak aku dari rahim Kak Nafidzah." ucapku dan terkekeh karena melihat muka kebingungannya Siska.
"Ayna itu anaknya Kak Nafidzah, tapi aku udah anggep dia kayak anak kandung aku sendiri." sambungku menjelaskan padanya.

"Ohh gitu, kirain anak kamu Aisyah." ucap Siska.

"Anak aku sama siapa coba?." tanyaku.

"Yaa, siapa tau sama..." Ucapan Siska pun terhenti karena handphonenya yang tiba-tiba berdering menandakan ada telfon masuk.
"Bentar yaa Syah." ucap Siska membuatku mengangguk, lalu dia pun mengangkat panggilannya.

"Syah, kayaknya aku harus pamit duluan, gak papa kan?." tanya Siska setelah menerima panggilan.

"Iya nggak papa kok." ucapku.

"Sekali lagi makasih yaa atas bantuan kamu." ucap Siska.

"Udah kewajiban aku buat menolong sesama." ucapku.

"Oiyaa, 2 minggu lagi aku nikah, kamu jangan lupa dateng yaa?." ucap Siska membuatku terkejut.

"Oyaa?insyaallah aku dateng, kamu nikah sama siapa?." tanyaku.

"Aku nikah sama Muhammad..." belum sempat Siska meneruskan ucapannya, tiba-tiba ada seorang pelayan yang tak sengaja menumpahkan minuman.

"Maaf mbak, saya tidak sengaja." ucap pelayan itu merasa sangat bersalah.

"Nggak apa-apa kok, mari saya bantu." ucap Siska dan mulai sibuk membantu pelayan tersebut, sedangkan aku mematung mendengar ucapannya.

Siska akan menikah?dengan Muhammad? Muhammad Ali?benarkah itu? Atau aku yang salah mendengar?.batinku.

"Syah... Aku buru-buru, aku duluan yaa." ucap Siska sebelum aku hendak bertanya mengenai kebenaran ini semua.

"Iya." ucapku yang hanya mampu mengeluarkan kata itu.

Maafkann [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang