Zayn memaki-maki di telepon saat Harry tidak menjawab lagi pertanyaannya dan hanya mendengar suara teriakan. Untungnya sambungan telpon mereka tidak terputus. Dia masih bisa mendengar samar-samar suara dua orang laki-laki bertengkar. Disusul teriakan perempuan –tak salah lagi, itu pasti Gemma! Zayn membayangkan sebuah keributan besar, dan mungkin sesuatu yang berbahaya saat ada suara pecahan kaca. Sial, gerutunya sambil mengepalkan telapak tangannya.
Apa yang terjadi di sana? Seandainya dia bisa mencapai tempat Harry dan Gemma lebih cepat –tapi bahkan dia masih belum tahu dimana Gemma tinggal sekarang. Tadi Sovia mengabarinya kalau Harry sedang keluyuran mencari alamat baru Gemma. Harry, remaja yang jarang bepergian keluar kota sendirian, keluyuran di kota asing sendirian? Zayn ingin sekali menggetok kepala anak itu supaya jera.
"Harry gak sendirian. Katanya dia ditemani teman baru-" Sovia menjelaskan lebih lanjut.
Kalau tadi Zayn sangat khawatir bercampur marah, sekarang khawatir dan marahnya naik ke level paling tinggi. Alih-alih membuatnya tenang, kabar kalau Harry keluyuran bersama 'teman baru' malah makin membuat Zayn spaneng dan kalang kabut. "Teman baru? Teman baru siapa? Teman kuliahnya? Apa kamu kenal orang itu?"
Sovia nyaris pucat melihat raut wajah Zayn yang tegang. Lelaki itu tampak lebih mengerikan dari biasanya. "Aku tidak tahu, Zayn. Dia hanya bilang kalau kenalannya itu udah tahu seluk beluk Birmingham"
Zayn berusaha menenangkan diri. Dia menghela nafas panjang, berulang kali. Dia berusaha untuk tidak menambah kepanikan Sovia. "Ya baguslah kalau memang dia familiar dengan Birmingham" gumamnya. "Apa dia bilang kalau dia mau nginep di hotel atau dimana?".
"Engga. Dia gak sempat bilang. Tapi katanya dia mau nyari Gemma sampai ketemu"
Zayn memegang ponselnya dengan erat, berusaha mendengarkan suara-suara di seberang. Tapi dia hanya mendengarkan tangisan kecil, lalu senyap.
"Pak, Pak" supir taksi yang menjemput Zayn di bandara menoleh beberapa kali ke belakang. "Kita sudah sampai di tujuan"
"Oiya, sori" Zayn menurunkan ponselnya. Dia menyambar koper, mengeluarkan selembar uang, dan mengucapkan terima kasih pada sang sopir sambil keluar dari taksi.
Kemudian Zayn memperhatikan bangunan hostel di hadapannya. Dia terpaksa menemui seorang koleganya di Birmingham, pemilik hostel di dekat Hansworth Woods, sambil mencari tahu seluk beluk kota itu beserta informasi area-area yang biasanya dihuni para mahasiswa. Tentunya sambil berharap Harry segera menelponnya kembali dan memberitahu posisinya sekarang.
**
Ashton mengerang keras sambil memegangi rahangnya yang sobek terkena bogem mentah Harry. Tubuhnya oleng ke belakang, botol yang dipegangnya jatuh berkeping-keping di atas lantai. Tak lama kemudian dia ambruk sambil terbatuk-batuk. Harry sedikit diuntungkan karena kondisi Ashton yang mabuk berat serta postur tubuhnya yang sedikit lebih besar. Tapi punggung tangannya terasa lumayan sakit sehabis berbenturan dengan tulang rahang lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Brother | Zarry
Fanfic(Completed)- ketika Ibunya menikah dengan laki-laki dari keluarga Malik, Harry tidak pernah menyukai siapapun dari keluarga barunya, terutama kakak laki-lakinya, Zayn. Keduanya mengalami perjalanan berliku sebagai Styles dan Malik demi mencapai keha...