Duapuluh delapan

313 25 22
                                    

In each tear
There's a lesson,
Makes you wiser than before
Makes you stronger than you know
And each tear
Brings you closer to your dreams
No mistake, no heartbreak
Can take away what you're meant to be

(Mary J Blige – Each Tear)

----

Zayn tersihir dengan pemandangan di atasnya; Harry tanpa mengenakan selembar benangpun di tubuhnya, dengan rambut keriting coklat yang basah, kulit seputih pualam yang dihiasi rajah-rajah hitam, bekas gigitan memerah di dada dan lehernya, mata yang nyalang penuh gairah serta wajah memerah bersimbah keringat. Adik tirinya itu duduk di atas perutnya yang rata, kedua tangannya berpegangan pada pundaknya, dan kedua kakinya terlipat di sisi kanan-kiri pinggang Zayn. Itu adalah pemandangan paling indah yang pernah dia lihat.

Mereka melihat sisi kelemahan masing-masing, pada momen itu, dan tak ada yang diinginkan Zayn saat itu selain mendengar kembali erangan Harry menyebut namanya, atau rengutan dan kerutan di wajahnya saat menahan kenikmatan akibat sentuhan liarnya. Tangan Zayn menarik wajah Harry kembali ke arahnya, menggigit bibir bawahnya yang sudah membengkak dan berbisik tentang betapa menggairahkan dan cantiknya anak muda itu.

Zayn tidak memperkirakan mereka akan berada dalam posisi seperti itu sekarang. Tidak sekarang. Tapi Harry terus menjilati leher dan dadanya hingga lelaki itu menjadi gila.

Di sela nafasnya yang memburu, Zayn memindahkan gigitannya dari bibir Harry ke ujung daun telinganya sambil berbisik, "kalau kamu gini terus nanti aku gak bisa melepasmu".

"Hnggh – jangan lepasin, j-jangan lepasin –" Harry memundurkan bokongnya tepat di atas batang kemaluan Zayn yang sudah tegang, melintasi belahan diantara kedua bongkahan pantatnya yang lembut. Harry menggesekkan pangkal paha dan kemaluannya, sambil melenguh, dan kedua matanya terpejam. Zayn menahan diri agar tidak mengangkat bokongnya sendiri. Kedua tangannya merayap menyusuri permukaan kulit tubuh Harry, dari punggung sampai ke pinggangnya yang ramping.

Harry menciumi leher Zayn dengan rakus, dan ciumannya tak berhenti sampai menyentuh garis v di selangkangan lelaki itu, dan bulu-bulu pubis di sekitarnya. Dan saat kedua tangan Harry menggenggam kemaluan Zayn beserta buah zakar yang menggantung di bawahnya, Zayn menggigit bibir bawahnya. Saat Harry memasukkan batang kemaluan itu ke dalam mulutnya, Zayn mengerang.

"H-Haz –" Zayn tak bisa menahan suara-suara berat dan geraman yang keluar dari dalam kerongkongannya. Bagian dalam mulut Harry yang hangat dan basah selalu membuatnya terbang ke langit paling tinggi. Dia tidak menyadari betapa rindunya dia pada kehangatan semacam ini sekarang, bukan dari perempuan-perempuan yang mengejarnya selama ini, bukan pula Charlotte. Bukan lelaki lainnya. Tapi Harry. Hanya Harry.

Beberapa saat kemudian, Harry melepaskan mulutnya, mengambil nafas dalam-dalam. Dan alih-alih melanjutkan kulumannya, dia menjilati tiga jarinya sampai berlumuran ludah lalu mulai memasukkan satu jari ke dalam lubang analnya sendiri. Lalu dia menambah jarinya. Wajahnya meringis seperti menahan perih.

"Haz –gak usah –" Zayn berusaha menarik tangan Harry. Tapi Harry menggelengkan kepala.

"Kalau terlalu menyakitkan, tolong, jangan maksain. Kita gak usah melakukannnya sekarang"

Harry tetap menggelengkan kepala. Kedua bola matanya mulai basah, tapi dia menutup mata supaya tidak ada air mata yang jatuh. Dia tidak mau terlihat cengeng. Sekarang bukan saatnya untuk mundur hanya karena dia tidak bisa menahan rasa sakit.

Tiga jari sudah masuk di lubangnya, dan Harry mengerang antara rasa sakit dan sensasi nikmat yang mengaliri seluruh persendian tubuhnya. "Haz, tunggu, hentikan –" Zayn menarik paksa tangan Harry hingga jari-jarinya keluar.

Dear Brother | ZarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang