Cerita ini beda dengan cerita-ceritaku sebelumnya. Mungkin aku akan pakai bahasa yang tidak baku/campur di sini. Rasa lokal muehehe
Semoga suka🤗❤
Terdapat kata-kata kasar di dalamnya. Mohon maaf sebelumnya.🙏
Judul lain : ❝ Tetanggaku, besanku.❞
Ca...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti hari-hari biasanya, kelas Irene selalu ramai dengan sekumpulan mahasiswa yang berada dari fakultas dan kampus lain. Hanya untuk sekedar melihat penghuni kelas Irene yang sungguh kecantikan mereka di atas rata-rata wanita cantik pada umumnya.
Kepala Irene berusaha untuk menunduk, agar wajahnya tak terlihat oleh para mahasiswa yang sedang mengintip kelasnya. Ia menyibukkan diri dengan ponselnya. Mencoba menghubungi kekasih- ralat, tunangannya yang katanya akan menyusul dirinya.
"Wannie ke mana sih? Lama banget," gumam Irene sambil matanya yang fokus ke ponsel miliknya.
Ia mendengar samar-samar obrolan lelaki di luar sana. Yang mengatakan bahwa kelasnya ini seperti surga. Karena terdapat bidadari-bidadari cantik yang menempati kelas Irene.
"Gilak, parah sih! Tuh liat cewek yang duduk di ujung, cakep banget asli!" -mahasiswa laki-laki ke satu.
"Anjirlah, gue mau pindah di kelas ini kalo bisa mah!" -mahasiswa laki-laki kedua.
"Gue bakal betah sih kalo kelasnya dihuni sama bidadari kayak mereka," -mahasiswa laki-laki ketiga.
"Gue cewek, tapi kok gue seneng ya liat wajahnya. Adem aja gitu bawaannya tiap liat cewek-cewek di sini. Apalagi si Irene," -mahasiswa perempuan yang ikut nimbrung di kerumunan para mahasiswa lelaki.
"Bener banget! Gue setuju sama lo, tapi btw ke mana si Irene? Kok nggak keliatan ya?" -mahasiswa perempuan lainnya yang menyahuti ucapan teman di sampingnya tadi.
Mendadak Irene terbatuk, padahal ia tidak sedang minum. Sepertinya, ini karena dirinya yang menjadi bahan perbincangan mahasiswa di luar sana.
"Kenapa tiba-tiba keselek cobak? Pasti ada yang ngomongin uhukuhuk!" gumam Irene masih terbatuk.
"BAECHU!"
Teriakan seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah si Wendy, membuat perhatian para mahasiswa yang berjejer di depan jendela kelas Irene menolehkan kepalanya ke arah Wendy. Mereka memandang Wendy dengan tatapan aneh, penasaran, dan tidak suka.
Wendy mengabaikan tatapan yang diberikan oleh orang-orang di sana, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan tunangannya.
Kepala Irene sontak mendongak, lalu ia tersenyum senang kala melihat Wendy yang sudah berada di depan pintu kelasnya. Keduanya saling melempar senyuman ketika tatapan mereka bertemu.
Tak membuang waktu, Irene segera beranjak dari duduknya dan berjalan sedikit cepat untuk menghampiri Wendy.
Irene berhambur memeluk Wendy untuk beberapa detik. Hingga membuat para mahasiswa yang masih di sana melihat mereka dengan tatapan tidak percaya. Bahkan ada yang melongo, untung saja liurnya tidak menetes.
Mereka tak pernah tau dan tak pernah melihat Irene bersama dengan pria lain. Tapi, sekalinya melihat, malah disuguhi pemandangan yang membuat hati mereka sakit, seperti tertusuk benda tajam.