Episode 17

2.9K 248 7
                                    

Selamat Membaca!
--------------------------

Suara decitan khas pagar besi terdengar, Zara membukanya untuk mengeluarkan motor. Begitu pagar terbuka setengah, ia dikejutkan oleh kehadiran sosok menjulang tinggi di depannya. Tenang saja, yang dimaksud masih berwujud manusia bukan yang lain.

Mata Zara terbelalak, sontak memundurkan badannya karena terperanjat. Biang kerok yang menyebabkan hari-harinya kacau ada di hadapannya dengan wajah berseri-seri.

"Hai, Zara," sapa Abian. Laki-laki dengan rambut hitam tebal sedikit keriting di bagian ujungnya tampak segar seperti habis keramas itu memamerkan senyum semringahnya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Zara, dengan alis mengernyit.

"Mau nganterin kamu kerja."

"Emangnya kamu sekarang alih profesi jadi ojek online?"

Alih-alih tersinggung, Abian malah tergelak mendengar celetukan Zara. "Tiga tahun enggak ketemu ternyata kamu masih bisa bikin aku ketawa kayak gini ya."

"Ck ... apa sih."

"Tapi kalau aku jadi ojek online seumur hidup buat kamu sih, enggak apa-apa deh," ujar Abian. Bibirnya tersungging, ia bisa menjahili perempuan yang ada di depannya lagi membuat awal harinya bahagia.

"Cringe banget," cibir Zara sembari mencebikkan bibir disertai dengan tatapan seolah-olah jijik pada Abian.

Setelah mencibir Abian, Zara membalikkan badannya untuk mengambil motor. Baru selangkah, pergelangan tangannya dicekal oleh laki-laki tersebut.

"Mau ke mana?"

"Mau ambil motor."

"Kan aku yang nganter kamu," kata Abian.

Zara celingukan, mencari kendaraan apa yang digunakan Abian. Pasalnya, di depan teras indekosnya sepi tak ada kendaraan satu pun.

"Kamu kan enggak bawa motor, terus nganterinnya pake apa? Terbang?" cecar Zara.

"Aku bawa mobil, tapi di depan gang karena enggak bisa masuk. Mau kan?" balas Abian.

Zara menimbang-nimbang tawaran Abian karena jika di dalam mobil hanya mereka berdua, ia belum siap. Namun, ia teringat kalau belum sempat mengisi bensin motornya kemarin. Daripada nanti mogok di jalan Zara dengan berat hati mengiyakan tawaran Abian dengan konsekuensi yang diterimanya nanti sepanjang perjalanan akan seperti apa.

Pagar indekos ditutup Zara dan ia berjalan mengikuti langkah kaki Abian di belakangnya. Zara tiba di samping mobil Abian dan langsung membuka pintu penumpang depan, tanpa mempedulikan laki-laki itu yang ingin membukakan untuknya.

Zara melirik wajah Abian yang sedikit terkejut akan tingkahnya—hanya sebentar karena ia sudah kepalang sebal dengan laki-laki yang saat ini berjalan menuju kemudi.

***

Selama perjalanan, Zara merasa waktu yang berjalan sangatlah lama. Ditambah lampu lalu lintas seperti tak berpihak padanya karena ia terus terjebak dengan lampu merah. Apalagi Abian di sampingnya terus mengoceh mencoba mengajak bicara dirinya. Mulai dari kilas balik semasa kuliah dulu hingga politik di Indonesia, walaupun hanya ditanggapi oleh angin dari AC mobil.

Tak berselang lama, gedung kantor Zara mulai terlihat. Ia memancarkan raut muka antusias dengan mata berbinar karena bisa terlepas dari siksaannya saat ini. Rupanya, hal tersebut tak luput dari perhatian Abian.

"Kamu seneng banget ya bisa bebas dari aku?" tanya Abian.

Zara langsung membuang muka, menghadap ke luar jendela. Bibirnya mengerucut, kesal. Begitu mobil terparkir sempurna, perempuan tersebut segera membuka gagang pintu tetapi tak kunjung terbuka.

Afektasi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang