Selamat Membaca!
--------------------------[Tujuh tahun lalu]
Zara semasa kuliah sempat mengikuti UKM—unit kegiatan mahasiswa—berbasis jurnalistik di kampusnya. Selama berkegiatan dan menjadi anggota tersebut, ia mendapat banyak pengalaman. Termasuk, pengalaman jatuh cinta sedalam-dalamnya pada lelaki dan patah hati di waktu yang bersamaan. Laki-laki yang beruntung itu adalah Abian Rahardjo. Seorang mahasiswa Sastra Inggris angkatan yang sama dengan Bening.
Laki-laki dengan alis setebal ulat bulu, hidung bangir kecil, mata yang dalam dengan bulu mata lentik, dan lesung pipi yang menghiasi wajahnya. Selain itu, fisiknya yang gagah dengan kulit kecoklatan—eksotis—serta wibawa dan aura kepemimpinan yang menaungi diri mampu membuat Zara meletakkan kepercayaan hatinya pada Abian.
Tak lama dari perkenalan Zara dengan Abian, mereka berdua menjadi dekat karena tingkah-tingkah lelaki itu yang acapkali menjahili Zara. Teman-teman mereka berdua pun sudah sering menonton hal pertikaian tersebut dan menjadi terbiasa. Setiap bertemu layaknya tokoh kucing dan tikus di Tom and Jerry selalu ribut. Bertikai dari hal terkecil hingga besar, baik pagi atau malam, agenda rapat atau hanya kumpul biasa, tentunya sudah menjadi hal lumrah bagi mereka.
Seperti, saat anggota UKM ditugaskan untuk memisahkan baju bekas yang masih layak dan menatanya di dalam kardus.
Cekrek
Telinga Zara yang menangkap suara kamera, langsung menengok ke segala arah, mencari sumber suara tersebut.
"Abian! Iseng banget sih, hapus enggak fotonya?" seru Zara. Dahinya mengkerut dan menatap tajam Abian.
Abian yang tertangkap basah memotret Zara sedang menata kardus, tertawa. "Enggak ah, ngapain dihapus? Kan buat dokumentasi ini."
Zara menghampiri laki-laki itu. "Hapus!" perintahnya dengan galak.
Pasalnya, ia tidak ingin wajah jeleknya tersebar karena semasa SMA foto aib dirinya menjadi bahan bercandaan di grup kelas yang bahkan Zara sendiri tidak tergabung di dalamnya. Semenjak itulah, ia mengalami trust issues dan tidak percaya diri.
Yang memegang kamera tersenyum geli, menggoda Zara. "Enggak mau."
Zara menyilangkan tangan di depan dada, wajahnya maju mendekati posisi Abian. "Abian, hapus!"
"Mintanya yang baik coba."
Perempuan itu mendesah kesal. Namun, tetap menuruti permintaan Abian. Ia memohon kepada laki-laki itu sambil mengatupkan kedua tangannya. "Akunya jelek banget di situ, Bi. Hapus ya, please."
"Kamu tadi panggil aku apa, Zar?"
"Malah salah fokus." Zara memutar bola matanya. "Aku tadi panggil 'Bi', kenapa? Namamu kepanjangan sih, jadi ya aku panggil Bian aja."
"Kirain ...."
"Kirain kenapa? Aku manggil Bi dalam artian sayang gitu? Geer banget dih." Zara melengos pergi untuk kembali menata kardus berisi baju bekas, yang nantinya dijual kembali di Car Free Day untuk menambah dana kas acara bazaar buku—salah satu program kerja dari UKM yang diikuti.
Abian mendengar hal tersebut, tersenyum kecil. "Zara! Ini fotonya jadi dihapus enggak?" teriak Abian dan menghampiri Zara kembali.
"Terserah, Bi! Udah pergi sana, jangan ganggu."
"Padahal kalau kamu bilang baik-baik sama pake password, aku hapus loh fotonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afektasi [SELESAI]
ChickLitSetelah tiga tahun tak berjumpa, Zara yang bekerja sebagai editor ditakdirkan bertemu salah satu penulis yang ternyata adalah Abian-teman masa kuliah sekaligus cinta pertamanya. Hubungan mereka di masa lalu yang belum selesai, membuat Zara kelimpung...