Selamat Membaca!
--------------------------Agenda pagi hari setelahnya adalah outbound. Panitia sudah menyiapkan segala peralatan permainan dan peralatan kesehatan untuk berjaga-jaga. Abian yang menjabat sebagai ketua, segera membagi tugas kepada tiap panitia.
"Anindira sama Dito jaga pos satu. Nisa di vila aja ya, jaga barang-barang, kalau mau nyusul usahain ada yang gantian jaga di sini. Terus ...."
Ucapan Abian terhenti, seiring ia menatap lama ke arah Zara yang sedang melamun.
"... Zara sama Rama keliling pos ya, naik motor aja. Calista jaga pos dua, sisanya ngikut. Nanti aku juga keliling buat pantau. Semangat yok!" lanjutnya.
Seusai sarapan dengan soto ayam, mereka segera melesat memanggil peserta untuk bersiap dan mengambil langkah menuju jobdesk masing-masing. Seluruh kelompok berkumpul di depan vila, untuk menunggu giliran mereka.
Kelompok satu berjalan menuju pos pertama yang ditemani oleh Zara dan Rama, lalu Abian mengikuti di belakangnya.
Setibanya di pos pertama, Abian menyerahkan kamera yang tadi telah ia bawa sebelumnya kepada Zara karena ia harus mengecek kembali persiapan seluruh pos.
"Zar, ini kamu bawa kameranya ya. Sekalian fotoin, terus jangan lupa tiap pos, harus ada minimal satu kelompok yang difoto," ujar Abian.
"Eh, aku enggak bisa ngefoto. Jangan aku, yang lain aja, Bi."
"Udah enggak apa-apa, cuma tinggal ngefoto doang, gampang kok."
"Bi, aku enggak bisa ngefoto beneran lho ini," rengek Zara, ia takut hasilnya tidak sesuai dengan ekspetasi Abian.
"Anggep aja lagi ngefoto lewat hape, gampang. Udah ya, aku tinggal."
"Yaudah, tapi nanti waktu ketemu lagi, kameranya balik ke kamu ya."
"Iya, siap. Thanks, Zar," ucap Abian beranjak pergi.
Zara pun melaksanakan perintah Abian, ia memotret keseruan peserta yang sedang berjuang untuk memenangkan permainan lompat kardus demi mendapatkan hadiah.
Selanjutnya, ia dan Rama menuju pos berikutnya. Menunggu kelompok tiga dan empat yang belum selesai. Di pos kedua ini, permainannya berupa tanya-jawab gerakan. Ketua kelompok diberikan tulisan oleh panitia lalu berpose sesuai dengan perintah yang tercantum pada carik kertas tersebut dan nantinya seluruh anggotanya yang akan menebak.
Jawaban terbanyak dalam waktu tercepat menjadi pemenangnya dan untung saja, selama berjalannya permainan tersebut tidak ada peserta yang mengeluh kesakitan sehingga Zara dapat fokus untuk memotret.
Kemudian, Rama dan Zara menuju pos terakhir. Lokasi tersebut di sungai tepat di bawah jembatan dan jalan menuju sungai itu tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor sehingga mereka berdua memutuskan untuk berjalan kaki. Motor Rama diparkirkan di depan rumah kecil yang sepertinya sudah lama ditinggalkan oleh si pemilik karena melihat keadaannya yang sudah tak terurus dengan banyaknya rumput liar panjang tumbuh di sekitar pagar dan mengelilinginya.
"Parkir sini aja, Ram," saran Zara.
"Emangnya enggak apa-apa?"
"Enggak apa-apa, tuh juga kating pada parkir di sini kok," kata Zara dengan menunjuk beberapa motor yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka saat itu.
Zara melangkahkan kaki perlahan mendekati sungai dan dari posisinya berada ia dapat melihat sosok Abian sedang menyusun kembali peralatan permainan yang tadi sudah digunakan kelompok sebelumya. Ia mencoba memanggil Abian, tetapi panggilan tersebut tidak diindahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afektasi [SELESAI]
Literatura FemininaSetelah tiga tahun tak berjumpa, Zara yang bekerja sebagai editor ditakdirkan bertemu salah satu penulis yang ternyata adalah Abian-teman masa kuliah sekaligus cinta pertamanya. Hubungan mereka di masa lalu yang belum selesai, membuat Zara kelimpung...