Episode 30

2.3K 195 12
                                    

Selamat Membaca!
--------------------------

Perdebatan yang terjadi pada Zara dan Abian beberapa waktu lalu menambahkan bumbu panas pada hubungan mereka. Zara dapat merasakan bahwa sifat Abian yang mudah emosi akan hal sepele masih tertanam. Hal itu tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Ia butuh didukung bukan dilarang. Ia butuh diyakinkan mengenai hubungan mereka akan baik-baik saja selamanya.

Zara berniat mendiamkan Abian tetapi tidak lebih dari tiga hari karena perempuan itu ingin laki-laki yang berstatus pacarnya tersebut paham mengapa ia bisa merasa kecil dibanding Gita karena kemarin—di mobil—Zara sudah memberikan hint tertentu mengenai alasannya. Namun, tentu saja, ia tidak bisa mengatakan alasan sesungguhnya di balik perasaan rendah diri karena hal tersebut merupakan hal yang memalukan bagi dirinya. Anindira pun tidak tahu akan 'hal' itu padahal sudah bertahun-tahun lamanya mereka bersahabat.

Jadilah Zara saat ini sedang mencari hiburan bersama Anindira. Maraton salah satu series netflix. Keduanya fokus melihat dengan tangan yang sesekali mengambil popcorn yang tersedia di meja. Pusat perhatian Zara pecah ketika masing-masing ponsel berbunyi dan menampilkan notifikasi dari pesan grup Whatsapp alumni UKM yang sudah lama tidak aktif.

"Tumben banget," ujar Anindira.

"Ikut enggak?" tanya Zara setelah membaca isi pesan yang mengatakan ada acara reuni seluruh UKM pada hari Minggu besok.

"Males."

"Sama."

"Enggak ada manfaatnya."

"Bener," ucap Zara. Ia kembali fokus pada tontonannya dengan kaki yang ditekuk dan lututnya menjadi tumpuan tangan serta dagunya.

"Tapi pasti Abian ikut deh, Zar. Selain dia dulu aktif banget, anak itu juga enggak enakan sama orang. Kamu enggak takut?"

" ... "

Anindira mendengus ketika sadar ucapannya hanya dianggap angin lalu oleh Zara karena sahabatnya terlalu fokus dengan tontonan di depannya. "Zaraa, ih. Aku ngomong enggak dianggep."

"Ha? Apa?" tanya Zara, mulutnya terbuka dan kedua alisnya terangkat.

"Kamu terpesona sama Gabriel atau karena wardrobe yang dipake Emily sih? Sampe cengo dan enggak denger omonganku." Anindira merajuk dengan menumpangkan kedua tangan di atas perut dan bibir yang maju sekitar satu sentimeter.

"Sorry, Nin," kata Zara. Ia tersenyum, memperlihatkan gigi depannya. Kedua jari tangan membentuk huruf V sebagai tanda peace.

"Ngomongin apa kamu tadi? Tuh udah aku pause dulu," imbuh Zara sembari mengubah posisi badannya yang semula lurus menatap televisi, kini menghadap Anindira.

Anindira memutar bola mata dan ditanggapi dengan tawaan oleh Zara.

"Kamu enggak takut ninggalin Abian sendirian di acara reuni?" pungkas Anindira.

"Takut? Kenapa?"

"Hadeuh, ya Allah. Punya temen kok lemot banget gini," tukas Anindira sambil menepuk dahi.

"Takut nanti Abian kesambet cewek atau mantan gebetannya?"

Anindira teriak histeris dengan menunjuk Zara heboh, yang ditunjuk pun tak kalah terkejut karena suara lengkingan. "Nah itu tau!"

Afektasi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang