Episode 3

7.4K 564 60
                                    

Disclaimer aja, ini alurnya maju-mundur ya😉

Selamat Membaca!
--------------------------

Selain terkenal dengan batiknya, kota Solo juga mempunyai warisan dari nenek moyang berupa Keris, salah satu senjata tradisional dari Jawa Tengah. Setelah melepas dahaga dengan es kapal, mereka berdua sepakat untuk mampir sejenak mengunjungi Museum Keris, menuntaskan rasa penasaran Abian.

Museum Keris ini mempunyai empat lantai dengan satu lantai sebagai basement, yang setiap lantainya memiliki fungsi dan nama masing-masing. Di lantai satu sendiri terdapat tempat loket dan ruangan seperti bioskop.

"Ke sana dulu yuk." Zara menunjuk ruangan yang didesain seperti bioskop dengan dagunya.

Di dalam ruangan tersebut, mereka berdua disuguhkan video visual mengenai proses pembuatan dan sejarah Keris di Indonesia. Ruangannya yang hanya berukuran 5x5 meter dengan jumlah AC lebih dari satu dan suhu dingin membuat Zara menggigil. Abian sadar dengan tingkah Zara yang mengusap-usap bahu dan gigi yang menggeletuk. Laki-laki itu langsung melepaskan jaketnya dan kemudian menyampirkannya di bahu Zara.

"Eh-eh. Apa ini?" ucap Zara.

"Jaket."

"Tau. Maksudku, ini buat apa?"

"Kamu kedinginan."

Zara berusaha melepas jaketnya. "Enggak, aku biasa aja tuh."

"Kamu dari tadi enggak bisa diem, gerak mulu. Keliatan kali. Udah sih pake aja." Abian menahan gerakan Zara dengan menyentuh pergelangan tangan perempuan itu.

"Hm, yaudah. Makasih."

Untung saja dalam keadaan gelap, hanya cahaya berasal dari lcd proyektor yang menerangi mereka, sehingga Abian tidak menyadari bahwa pipi Zara mulai memerah dan menghangat.

Video telah selesai diputar dan lampu sudah menyala, tetapi Zara masih bergeming karena perlakuan Abian. Kalian tahu rasanya? Diberi perhatian walau sekecil mungkin, sudah membuat hati dan perasaan kalang-kabut.

"Zar, ayo keluar," ucap Abian sembari keluar dari ruangan.

Abian yang merasa Zara tidak mengikutinya, lantas menengok ke belakang dan benar saja, Zara masih terdiam di tempat duduknya.

"Zaraaaa ... ayo keluar," ajak Abian. "Lah ni anak malah ngelamun. Zara! Oi Zar!" Abian mengibaskan tangan di depan wajah Zara. Namun, tidak mendapat respon positif. Oleh karenanya, Abian berinisiatif menarik tangan Zara.

"Eh, udah kelar?"

"Udah dari tadi," ucap Abian dengan kesal. "Mikirin apa sih?"

Zara tau jika Abian melihatnya sedang melamun. "Enggak apa-apa, lupain aja."

"Kata enggak apa-apa sering bikin laki-laki jadi serba salah."

"Ha? Kata siapa?"

"Kata aku."

"Dibilangin, aku enggak apa-apa. Udah ah keliling lagi yuk."

Zara dan Abian melanjutkan langkahnya ke lantai dua, berkeliling melihat keris-keris yang dipajang rapi di dalam lemari kaca dan diberi deskripsi singkat di bawahnya. Motif dan corak yang dimiliki setiap keris berbeda-beda, sehingga makna yang dimilikinya pun berbeda-beda. Tidak hanya ada keris di dalamnya, ada pula tombak dan patung peraga yang menjelaskan proses pembuatan keris.

Afektasi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang