Epilog

8.9K 328 51
                                    

Selamat Membaca!
--------------------------

"Pamit pulang dulu ya semua," pamit Zara pada rekan kerjanya yang umurnya jauh lebih muda dari perempuan itu sendiri.

Lima tahun sudah berlalu dan semua tentu ada perubahan. Baik perubahan negatif ataupun positif. Zara sekarang sudah naik tingkat dari jabatan pekerjaan sebelumnya yang semula hanya sebagai Copy Editor dan bertugas memperbaiki naskah menjadi Senior Editor, ia bertanggung jawab atas rancangan pengadaan naskah dan mengatur jadwal penyuntingan naskah menggeser posisi Mas Nafta dalam jangka waktu enam tahun. Untuk Mas Nafta sendiri, ia juga sudah berganti posisi menjadi Managing Editor atau bisa dibilang tingkatannya setara dengan manajer.

Malam itu, ia memiliki janji untuk menghadiri pernikahan seseorang yang sudah lumayan lama dikenalnya. Zara juga sengaja tidak membawa kendaraan sendiri karena akan dijemput oleh laki-laki yang beberapa bulan belakangan ini menjadi salah satu daftar kontak hubung teratasnya.

Zara mampir sebentar di kamar mandi kantornya untuk merapikan dandanannya yang sudah berantakan karena dari pukul delapan pagi hingga tujuh malam berkutat di depan komputer. Perempuan itu menggerakkan tangannya dengan mahir, menyapukan kuas bedak serta blush on di wajahnya, menyisir alis, dan terakhir melapisi bibirnya dengan lip product berwarna peach.  Zara juga sempat menyemprotkan wewangian dari Jo Malone Blue Agava dan Cacao yang merupakan perpaduan aroma Vanilla dengan Cocoa.

Untuk pakaiannya, ia tidak sempat mengganti karena tidak membawa baju ganti dan bahkan untuk mampir ke kosnya pun tidak bisa. Akan memakan waktu lebih lama jika ia memaksa pulang dulu, karena jarak kantor dengan gedung pernikahannya jauh lebih dekat dibanding jarak dari indekosnya.

Suara ketukan dari sepatunya meninggalkan gema karena ruangan di beberapa lantai memang sudah kosong ditinggal pulang oleh karyawan. Kepalanya miring ke kanan, menjepit ponsel di antara bahu supaya tidak jatuh. Tangan kirinya merapikan isi tas karena diburu oleh waktu.

"Ini udah di bawah, sabar yaa."

"Tuh, aku udah liat mobilmu."

Zara mengunci ponselnya setelah sambungan terputus. Menengok ke kanan dan kiri untuk menyeberang. Mobil Honda Civic berwarna hitam telah menunggu dengan seseorang di dalamnya. Ya, ia berangkat ke gedung pernikahan bersama laki-laki yang tadi meneleponnya. Laki-laki berperawakan tinggi dengan badan tegap, rambut hitam lurus lembut, dan berhidung mancung itu menjadi orang yang selalu menemani Zara ke mana pun perempuan itu pergi.

"Enggak bakal sakit hati?" tanya laki-laki di sampingnya saat Zara sedang memakai sabuk pengaman.

"Enggak lah. Buat apa sakit hati?"

"Ya siapa tau, di sana kamu nangis kenceng," cibir orang tersebut. Laki-laki itu lantas menjalankan mobilnya dan jentera mulai bergerak meninggalkan jalanan aspal depan kantor Zara.

Zara menepuk kencang bahu laki-laki itu. "Mana adaa!"

Yang ditepuk bahunya sontak tergelak dan berusaha menghindar dari amukan Zara, sedang perempuan itu terus memukul dengan bibir yang mengerucut kesal.

***

"Gimana? Siap enggak? Kalau enggak siap bisa puter balik, mumpung belum masuk parkiran," ujar laki-laki di balik kemudi.

Afektasi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang