Episode 12

3.9K 326 2
                                        

Selamat Membaca!
--------------------------

Kotak kayu usang penuh debu, telah lama disimpan oleh Zara di kolong lemari bajunya. Ia sengaja menyimpan di situ supaya tak terlihat dari pandangannya.

Akan tetapi, malam setelah Anindira pulang. Ia membuka kembali kotak tersebut, kotak yang selama ini enggan ia sentuh karena berisikan barang-barang pemberian Abian.

Sejujurnya ... ia belum sepenuhnya melupakan Abian karena laki-laki itu adalah cinta pertamanya, bukan cinta monyet seperti yang dikatakan oleh kebanyakan orang.

Abian adalah laki-laki pertama yang mengajarkannya banyak hal terutama dalam meraih kebahagiaan, tetapi laki-laki itu pula yang meninggalkan kesedihan mendalam di hidupnya.

Awal mengenal Abian, ia kira laki-laki itu akan berbeda dari ayahnya. Namun, nyatanya sama saja, mampu menciptakan lubang kekecewaan di hatinya. Hingga membuat ia trauma untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain.

Tak jadi masalah sebenarnya jika ia dekat dengan lelaki, asalkan hanya sebagai teman seperti Mas Nafta. Akan tetapi, jika dirasa lelaki itu mendekati dirinya ia akan segera menjauh dari jangkauan laki-laki tersebut. Tidak ingin jatuh ke lubang yang sama.

Mengusap debu yang menempel di kotak lalu membukanya perlahan. Matanya berkaca-kaca karena ia harus siap masuk ke dalam pusaran kenangan yang telah disimpan rapi baik di dalam kotak itu ataupun sudut hatinya.

Di atas sendiri terdapat gelang hitam berbahan karet yang sering dijumpai di pergelangan tangan laki-laki tersebut, dulu ia hanya meminjam untuk mencoba di pergelangan tangannya. Namun, Abian dengan senyum ceria memberikan gelang itu secara cuma-cuma kepadanya.

Kedua, pot putih kecil berlukiskan bintang yang dulunya diisi oleh kaktus mini berjenis noto. Kaktus itu mati beriringan dengan harapan yang ia miliki pada Abian menghilang.

Terakhir, kumpulan cerita pendek dari sastrawan terkenal—Seno Gumira Ajidarma berjudul 'Sepotong Senja Untuk Pacarku'. Kertasnya sudah kusam, begitu pula tinta yang ada ikut pudar.

Untuk barang terakhir, Zara tidak mengerti mengapa Abian memberikan padanya. Memandang lama sembari menerawang memori saat Abian menyerahkan buku itu.

"Abian, aku minjem salah satu koleksi bukumu dong. Buat tugas review nih," ujar Zara, ketika UKM yang ia ikuti sedang mengadakan bazaar buku.

"Boleh, mau yang apa?"

"Temanya sih sosial atau budaya gitu. Punya kan?"

Abian mengangguk seraya membereskan buku yang berantakan karena pengunjung tidak meletakkan ke tempat semula.

"Tolong bawain besok ya," pinta Zara dengan raut muka memelas, kedua tangannya ia katupkan di depan dada.

"Iya, besok kubawain. Sekalian mau ngasih buku juga."

"Ke siapa?"

"Ke kamu lah, ke siapa lagi emangnya?"

"Wah, tumben baik. Makasih ya dan jangan lupa besok dibawainnya."

"Iya ... Zaraaa," ucap Abian gemas.

Abian menepati janjinya, ia menyerahkan kedua buku tersebut keesokan harinya, saat waktu jeda antar kelas.

Begitu turun dari lantai dua tempat ruang kelasnya berada, ia langsung memberikan kepada Zara yang sudah menunggu di pelataran parkir fakultas. "Nih."

"Dua-duanya buat aku?" canda Zara.

"Katanya cuma minjem satu," ujar Abian dengan muka datarnya.

Afektasi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang