Episode 22

2.4K 220 8
                                    

Selamat Membaca!
--------------------------

Zara menatap layar monitor yang ada di depannya lamat-lamat. Hasil sampul buku buatan salah satu anak ilustrasi di tempat ia bekerja memang sangatlah epik. Berulang kali ia terkagum dengan sampul-sampul menawan yang menghiasi karya orang-orang.

Jari telunjuk kanannya menekan tombol 'kirim' pada dokumen yang berisikan dua sampel sampul buku Abian. Sama-sama berlatar hitam tetapi berbeda variasi desain yang memenuhinya. Pertama, kedua tokoh laki-laki dan wanita—menggunakan pakaian berwarna cerah yang sangat kontras dengan warna hitam—yang sedang menari di atas rerumputan dengan kotak memori serta tumpukan buku di bawahya dan awan yang menaungi mereka. Kedua, ada papan penunjuk jalan di tengah-tengah tokoh utama seolah menunjukkan jalan yang diambil berbeda dengan ilustrasi tokoh yang mirip pada sampel pertama tadi. Judulnya pun sama-sama diletakkan di tengah atas, yang membedakannya adalah jenis huruf. Yang satu menggunakan jenis Caitlin dan yang lain menggunakan jenis Joella.

Untuk judul sendiri, Zara sudah pernah menanyakannya ke Abian. Sebab, ia baru pertama kali melihat kata 'Afektasi' dalam judul sebuah karya. Umumnya, orang-orang menggunakan kata afeksi yang mempunyai arti kasih sayang.

Abian sendiri yang bilang kepadanya kalau dia memang ingin berbeda dari orang lain meskipun harus memutar otak dan melihat berbagai kosakata yang ada pada bidang sastra. Menurutnya, afektasi adalah representasi dari kedua tokoh yang ia anggap berlebihan atau terlalu dibuat-buat dalam hal menanggapi suatu masalah untuk menimbulkan kesan tertentu. Terlihat dari tokoh sang laki-laki yang terlalu emosi hanya karena masalah sepele dan tokoh perempuan yang terkadang berlebihan dalam menanggapi suatu masalah.

Hati kecilnya merasa tersentil oleh ucapan Abian kala itu. Tergugu mendengar penjelasannya karena Zara jadi berasumsi 'apakah ia terlalu berlebihan dalam menghadapi kasus Abian ini?'

Zara Assyifa
Abian, ini aku kirim sampel sampul buat buku kamu nantinya. Silakan dipilih yang menurutmu cocok atau dari kamu sendiri mungkin ada desain khusus yang udah disiapin?

Usai mengirimkan pesan pada Abian, kepalanya ia letakkan di antara kedua tangannya yang tertekuk di atas meja, menenggelamkan wajahnya. Zara mengeluarkan napasnya dengan berat. Pikirannya terlempar pada percakapan malam kemarin dengan laki-laki tersebut dan pernyataan yang ia ucapkan dalam hati kemarin lusa.

Ia ingin menyudahi semua ini kalau naskah Abian yang di bawah tanggung jawabnya selesai. Namun ... pertanyaan Abian menghantuinya dan sedikit mengubah rencana awal.

Mungkin, tidak ada salahnya jika ia mencoba menjalin hubungan dengan Abian terlebih dulu. Baru nanti ketika semua urusan buku selesai, ia akan memutuskan mau dibawa kemanakah hubungannya nanti.

Akan tetapi, ia masih butuh pendapat dari sahabatnya, Anindira. Perempuan itu meskipun terkadang bertolak belakang pendapat dengan dirinya, tetapi ia mengakui jika pemikiran Anindira termasuk logis.

Lantas, Zara mengangkat kepalanya dan segera mencari ponsel untuk mengirimkan pesan pada Anindira.

Zara Assyifa
Nin, nanti kalau kamu pulang, mampir kosku dulu ya.

Zara yang merasa tenggorokannya sangat kering langsung meletakkan ponsel di laci dan menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral.

***

Aroma khas dari nasi goreng tercium dari kamarnya dengan acar dan kerupuk udang di atasnya. Ia duduk bersimpuh memegang sepiring makanan dari Anindira. Ia sendiri juga belum sempat berganti pakaian karena baru lima menit setelah membuka gerbang, Anindira menghampirinya dengan sekantong plastik bening berisikan dua bungkus nasi goreng dari depan rumahnya—rumah Anindira.

Afektasi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang