Episode 31

2.1K 198 25
                                    

Selamat Membaca!
--------------------------

Ponsel Zara yang semalam ia matikan sepulang kerja karena butuh diisi daya, dinyalakan. Muncul notifikasi dari Abian sebanyak lima pesan. Sebelum jari membukanya, ia menarik napas dan membuangnya perlahan. Takut laki-laki itu akan marah-marah di-chat, karena dari chat bisa menimbulkan berbagai persepsi di kedua belah pihak. Tidak ada intonasi bicara yang terdengar dan tidak bisa membaca raut wajah masing-masing, jadi besar kemungkinannya memunculkan keributan.

Isinya hanya menanyakan kabar Zara dan meminta maaf tidak menepati janji untuk menjemput pacarnya. Tanpa menjelaskan alasan tindakannya kemarin. Perempuan tersebut menyugar rambut dan mengusap wajah untuk menghilangkan kantuk yang tersisa. Ia tidak mau berpikir terlalu berat di pagi hari.

Nanti aja lah gampang kalau ketemu.

Meneguk segelas air mineral yang ia ambil dari galon dan melamun di tengah kegelapan karena lampu mati dan tirai yang belum terbuka. Hari ini, hari liburnya. Namun, ia tidak punya rencana pergi ke mana pun, yang dipikirkannya hanyalah ingin mengistirahatkan tubuhnya yang telah diforsir selama satu pekan penuh di kantor. Punggung bagian bawahnya pun turut merasakan beban yang ia alami.

Zara meregangkan otot pergelangan tangannya dan terkejut begitu merasakan rasa sakit yang mendera di tangan kanannya. Ia mencoba memutar dan menekan pergelangan tangannya tetapi rasa sakit itu tidak hilang, malah dirinya semakin kaget karena dari pergelangan tangan hingga jemarinya tidak bisa ia angkat. Pantas saja tadi sewaktu mengangkat gelas, terasa berat sekali.

"Hhh, istirahat dari megang ponsel sama laptop deh kalau gini. Tapi mana bisa lagi libur enggak megang dua barang itu?" oceh Zara. Ia kesal dengan dirinya sendiri.

Perempuan itu melirik jam dinding dan membuka tirai untuk menerangi kamarnya. Ia memutuskan untuk kembali ke ranjang dan tidur karena tidak ada kegiatan apapun yang wajib dilakukan hari ini.

***

Ketukan pintu yang keras dan terdengar berulang kali membuat Zara yang sedang tertidur nyenyak, terbangun. Sinar matahari enggan malu-malu, langsung menyusup melalui celah yang terbuka. Zara mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ketukan pintu juga masih terdengar seiring nada dering dari ponselnya berbunyi.

"Pagi-pagi siapa yang dateng sih?" ucap Zara sambil merapikan dan mengikat rambutnya tanpa melihat ponselnya terlebih dulu, karena ia berpikir yang di depan pintu lebih penting.

"Nah, ni anak akhirnya bangun juga. Aku telepon beberapa kali, pintu juga udah digedor, masih aja kebo," gerutu Anindira. Ia langsung menyelonong masuk ke kamar Zara sebelum dipersilakan oleh empunya.

"Heh, main masuk aja. Lagian pagi-pagi sama hari libur gini ngapain udah ke sini?"

Anindira meletakkan plastik kresek yang ia bawa dan membukanya. Menuang soto lamongan ke dua buah mangkuk. "Bosen di rumah. Oh sama minta tolong juga, anterin aku ke dokter hewan buat ambil Bonbon."

"Loh, Bonbon kenapa? Sakit apa?"

"Enggak sakit apa-apa. Habis disteril."

Uap dari kuah soto mengepul di atas mangkuk, memenuhi ruang dapur Zara yang sempit. Sementara Anindira merapikan atas meja makan yang luasnya hanya cukup untuk dua orang, Zara membuat dua gelas teh hangat yang cocok diminum di pagi hari dan menemani lezatnya soto lamongan.

Afektasi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang