"Mbak," panggil Sandra yang ternyata sedang duduk sambil membaca buku di ruang keluarga.
"Ya?" Neri menimpali dengan tidak acuh. Lalu mengempaskan diri di samping adik bungsunya itu.
"Aku nggak suka lihat hubungan Mbak Neri sama Mas Pra kayak gitu," katanya.
"Kenapa? Kamu kok jadi kena virusnya Bude Agni, sih?" Neri balas bertanya dengan cuek.
"Yakin Mbak Neri nggak ada apa-apa sama Mas Pra?"
"Yakin lah. Udah berapa lama kita bertetangga, Ndra?"
"Mbak Neri yakin kalau Mas Pra nggak ada perasaan spesial sama kamu?"
"Yakin banget. Seribu persen."
"Apa indikasinya kalau Mas Pra emang nggak ada rasa spesial kepada Mbak Neri? Orang kalau lihat kalian sedang berdua, udah kayak pasangan lho, Mbak."
"Halah, sembarangan kamu ini. Mas Pra sama aku nggak ada hubungan apa-apa. Biasa aja kayak tetangga, cuma kami lebih akrab. Hanya karena aku cewek dan Mas Pra cowok, bukan berarti kami pasangan. Kamu jangan picik, dong!"
"Tapi aku nggak yakin, Mbak."
"Aku sama Pra emang kayak gitu dari dulu. Tanya deh Mama atau Rudy."
"Aku jadi mikir, mungkin Bude Agni ada benarnya. Kalau Astrid lihat hubungan kalian, mungkin dia bakal cemburu."
"Kalau Mas Pra udah resmi tunangan, aku juga otomatis jaga jarak, Ndra," kata Neri santai. "Dulu juga begitu. Waktu Pra tunangan sama Sari, aku juga nggak nyamperin Pra sama sekali. Percayalah, kakakmu ini bisa menempatkan diri."
"Mbak Neri mungkin bisa. Tapi aku nggak yakin Mas Pra bisa melakukan hal yang sama."
"Pra bego banget kalau dia masih nggak serius dan bikin pertunangannya terancam batal."
"Dan Mbak Neri nggak sadar apa, kalau Mas Pra memang bego? Atau kalian berdua itu memang sama-sama bego ya! Nyebelin!"
Neri menatap adiknya dalam-dalam. "Ndra, keakrabanku sama Mas Pra itu nggak pernah jadi masalah selama ini. Buatku sih begitu."
"Lalu kenapa selama ini Mbak Neri nggak pernah pacaran?"
Neri terkejut karena Sandra bertanya masalah sensitif itu dengan cara sangat terus terang.
"Bener kan, Mbak Neri nggak pernah pacaran?"
Neri mengangguk. "Emang. Nggak ada calon, kalau pun ada, nggak ada yang sreg di hati. Juga nggak ada waktu. Kamu tahu sendiri lingkungan tempatku kerja seperti apa."
"Aku nggak tahu lingkungan kerja macam apa yang Mbak Neri maksud."
"Ehm, maksudku, di toko, kalau mau cari yang masih single, rata-rata berusia lebih muda. Yang cowok-cowok kebanyakan bekerja sebagai tenaga kasar macam angkut-angkut barang. Dan mereka kan pegawai serabutan."
"Kalau yang level atasnya?" tanya Sandra dengan rasa ketertarikan yang tinggi.
"Yang udah lumayan, di manajemen atau back office, ada sih seumuran atau lebih tua. Tapi sudah punya istri."
"Ha?"
"Kamu pikir tempat kerjaku kayak apa? Itu toko, Sandra! Bukan perkantoran bergengsi seperti yang dikisahkan di novel atau drama, yang karyawannya menghabiskan waktu bersantai dengan ngopi di coffee shop kekinian. Kami ini, makan siang aja di tenda pinggir jalan dan harus cepat-cepat pula karena gantian sama teman lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me Marry Me Not
ChickLitPra dan Neri bertetangga sejak kanak-kanak. Hubungan mereka sudah seperti kakak dan adik. Sama-sama sulung, sama-sama yatim, juga sama-sama memiliki ibu yang sulit, membuat mereka dekat karena merasa senasib. Tetapi jangan harap mereka terpikir untu...