Higanbana| Chapter 2

5.1K 331 23
                                    

"Putri sepertinya tidak akan bisa bertahan hidup hingga tahun ini berakhir. Kondisinya makin parah walaupun dia tidak menunjukkan tanda-tanda nya."

Sayup-sayup terdengar suara seseorang disekitarnya. Lanhua sudah terbangun sejak awal tetapi dia memilih untuk tetap menutup mata nya.

"Bukankah ini hanya racun? Kita tinggal mencari penawarnya?" Kini suara Pangeran Zongyan terdengar marah.

"Pangeran, sejak lahir Putri memiliki perkembangan jantung yang tidak sempurna. Keadaan nya sudah buruk sejak awal dan kini diperparah oleh racun tersebut."

Dalam diam Lanhua berpikir jika hanya 6 bulan hingga tahun ini berakhir. Dia yang paling tahu dengan kondisi tubuh nya dan memang rasanya makin lemah setiap hari nya. Setiap saat bertingkah nakal agar semua orang kesal dan marah, dia sengaja membuat nya seperti itu.

Kelopak mata nya terbuka, dia menatap kelambu putih itu. Nafas nya tenang, dia memiringkan kepalanya dimana disana kakak laki-laki nya yang selalu kelihatan tenang kini kehilangan kesabaran nya.

"Gege ... Kenapa ramai sekali?" Tanya Lanhua sengaja mengintrupsi pembicaraan mereka. Dia harus menahan kemarahan kakak nya agar tidak lepas kontrol dan merusak citra nya.

Pangeran Zongyan terburu-buru menyibak kelambu disana gadis berwajah pucat dan kelihatan lelah mencoba menyunggingkan senyum manis. "Bagaimana keadaanmu? Apakah ada yang sakit? Katakan pada kakak biar kita bisa obati."

"Entahlah hanya ada rasa menjijikan dilidahku sekarang." Lanhua berekspresi jijik setelah memakan ikan. Dia bertingkah seperti biasanya dan menyadari jika kakak nya merasa sangat bersalah. "Gege, itu bukan salahmu ... Lihat aku baik-baik saja kan sekarang?"

Permaisuri maupun Lanhua tidak mengonsumsi ikan, keberadaan racun tersebut sudah pasti menargetkan Pangeran mahkota. Tapi pada akhirnya malah Lanhua-lah yang keracunan sekarang.

Disudut lain Permaisuri menyembunyikan wajah nya pada pelukan Kaisar Zhen tidak mampu melihat senyuman Putri mereka. Kaisar walaupun tidak berekspresi kedua mata nya yang gelap itu tidak bisa membohongi perasaannya yang rumit.

Mereka tidak pernah berpikir untuk menjadikan anak sebagai aset, mereka membesarkan sambil berharap anak-anak dapat menemukan jalan hidup mereka dan bahagia. Tidak pernah terpikirkan bahwa suatu hari Lihua maupun Zhen akan menghadapi saat dimana mereka harus menghitung waktu kematian salah satunya.

15 tahun dan tidak pernah ada tabib yang bisa menyembuhkan sakit anak nya. Lihua sudah hampir putus asa dalam jangka waktu tersebut, dia sudah tidak tahan melihat putri nya yang kesakitan setiap hari nya.

Lanhua adalah orang yang peka dengan perasaan orang lain sehingga dia tahu apa yang mereka rasakan. Namun, orang yang hidup nya paling damai adalah yang bersikap tidak tahu apa-apa dan itulah yang dia lakukan.

"Ayah ibu percayalah aku baik-baik saja."
Katanya riang.

Kaisar Zhen mendekat dia membelai kepala Putri nya dan mengecup nya sayang sebelum keluar bersama Lihua. Membiarkan putri nya bermain bersama sepupu mereka.

"Sepupu maafkan kami." Kata si kembar Feng ketika tatapan Lanhua terarah pada mereka. Kedua sepupunya ini merupakan Pangeran dari kerajaan Yongheng tempat ibunya berasal. Keduanya adalah anak paman Lijuan yang tampaknya memiliki banyak waktu luang hingga bisa terus-terusan mengunjungi kekaisaran Shengli yang berkilo-kilo meter jauh nya.

Feng Ge membelai kepala Lanhua seperti anak kucing peliharaan nya. Dia terlalu kaget bahwa sepupu perempuan yang cantik walaupun agak nakal ini ternyata sakit parah. "Katakan pada Gege apa yang kau inginkan. Akan aku kabulkan semua yang kau inginkan." Katanya merasa bersalah.

Feng Yin tak mau kalah, dia bahkan membiarkan Lanhua memiliki pisau belati kesayangan nya. "Ambil ini, terserah mau kau gunakan untuk merobek lukisan mahal atau apapun itu."

Mereka ini kenapa sih? Pikir Lanhua mulai lelah. Dia mendorong wajah sepupu-sepupunya yang menempel pada nya.

"Huaa pergilah kalian membuatku gerah!" Usir Lanhua kesal. "Kak Feng Ge mengapa kau belum juga kembali ke Yongheng dan malah nyaman disini? Kau itu Pangeran mahkota!"

"Tidak apa-apa, masih ada Feng Yin yang bisa menjadi Kaisar apa bila aku terlalu malas untuk pulang." Sambil menyandarkan kepala nya di pundak adik sepupunya dia berkata santai. Di Yongheng dia tidak memiliki adik perempuan selucu ataupun menghibur seperti Lanhua. Istana terasa sangat membosankan dengan semua orang yang kaku, belum termasuk keberadaan para Putri yang dijejalkan kedalam pekarangan nya oleh para menteri.

Bagi dua Pangeran kembar Feng yang telah mendengar kisah tentang bibi mereka Lihua, mereka langsung mengidolakan pemberontakan nya. Dan senang untuk bermain-main di Shengli bersama sepupu-sepupu mereka disini.

"Apa maksudmu?! Kau yang paling tahu betapa malas nya aku berurusan dengan tugas negara." Bantah Feng Yin dengan kesal.

"Kita semua malas berurusan dengan tahta." Sahut Feng Ge. "Aku tidak akan pulang sampai Kaisar menghentikan para orangtua itu mengirimkan putri-putri mereka. Bagaimana bisa dia berharap aku memiliki banyak anak padahal istrinya sendiri hanya ada ibu."

Lanhua menyimak perdebatan sepupunya sambil minum teh bersama kak Zongyan yang sejak awal sampai akhir bersikap sangat tenang.

"Bukan nya menyenangkan memiliki banyak keindahan untuk kau miliki sendirian?" Ujar Lanhua bingung, dia sering mendengar bahwa banyak laki-laki yang suka dengan keindahan.

Mendengar kata-kata nya si kembar Feng termasuk kakak nya menatap nya lurus. Hal itu langsung membuat Lanhua terdiam bertanya-tanya apakah dirinya salah bicara.

"Siapa yang mengajari adik perempuan kata-kata itu?" Tanya Feng Ge pada Zongyan yang mengangkat bahu nya.

"Lanhua katakan pada Gege dari mana kau mendengar hal-hal seperti itu?" Zongyan mulai mengintrogasi adik perempuan nya, rasanya walaupun nakal adik nya itu sangat polos.

Lanhua meletakan cangkir nya pelan-pelan lalu tersenyum polos. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa selama ini Lanhua selalu keluar dari istana dan pergi ke tempat-tempat yang mungkin akan membuat kakak nya merantai nya sekarang.

Dia selalu memiliki rasa penasaran terhadap sesuatu sehingga Lanhua pernah pergi ke rumah bordil dan menyewa para penghibur laki-laki untuk mendapatkan informasi. Dia menyamar dengan pakaian wanita bangsawan biasa untuk bersenang-senang diluar tembok istana.

"Entahlah aku mendengar nya saat acara minum teh dari Putri bangsawan lainnya. Mereka berkata akan menjadi saudara prempuanku nanti nya." Mari jadikan orang lain sebagai kambing hitam dan juga Lanhua tidak sepenuhnya berbohong. Gadis-gadis itulah yang bersikap congkak dan sok akrab pada nya.

Zongyan mengerutkan dahi nya. "Kapan itu terjadi? Sejak kapan para Putri ini menjadi sangat tidak tahu malu menyinggung hal ini didepanmu?"

Wah, image nya langsung berubah begitu Lanhua menyinggung tentang hal sensitif ini. Dia langsung bertukar pandang dengan sepupu-sepupu dan saling berbicara melalui gesture kedipan mata.


Empress ZhilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang