Sekarang hal paling menyebalkan yang pernah ada dalam hidupnya dan paling ingin dimusnahkan oleh nya muncul. Seseorang yang datang dengan wajah tanpa dosa, tersenyum lebar seolah mahluk paling polos di dunia.
Jendral Do.
Pria itu kini datang mengunjungi nya dengan tubuh yang tampak terluka, meski kecil tapi sanggup membuat Lihua meringis pedih jika ia yang merasakan nya.
"Kenapa kemari?" Tanya Lihua kesal dan setengah menyesal karna telah menanyakannya.
"Memastikan apakah kau baik-baik saja." Sahut nya.
"Oh." Lihua menghela nafas panjang, kebiasaan nya jika merasa kesal.
"Tadi malam seseorang sengaja membakar kediamanku pada tengah malam." Ujar Jendral Do dengan nada geli yang tidak cocok dengan situasi yang diceritakan nya.
Sebelah alis Lihua terangkat naik, "kau gila ya?"
Jenderal Do mengabaikan perkataan Lihua dan melanjutkan. "Dan beberapa hari sebelumnya banyak orang yang mencoba membunuhku."
"..." Lihua diam.
"Lalu seorang Raja yang datang kesini tiba-tiba turun tahta dan digantikan oleh lain."
"..." Baiklah semua ini mulai terasa janggal karna berhubungan dengan nya.
"Kau tahu siapa yang melakukan nya?" Tanya Jendral Do dengan mata yang berkilat.
Lihua menjawabnya dengan gelengan kepala. "Aku ini bukan kriminal." Sewot Lihua.
"Kau... Benar-benar tidak tahu?" Tanya Jendral Do sekali lagi, tetapi wajah polos Lihua telah menjawab segalanya. Jenderal Do menghabiskan sisa teh nya dan langsung berdiri. "aku pergi jangan lupa untuk diet."
"Aku bisa mati jika tidak makan dasar gila!" Umpat Lihua disambut dengan tawa lepas dari Jendral Do.
Mengenai kata-kata nya tadi, Lihua jadi ingin tahu orang mana yang memiliki sifat sesadis itu selain dirinya. "Insiden kematian menteri saja belum terungkap, sekarang perkerjakan Jendral kepala akan bertambah banyak."
Lihua mengingat kejadian dimana Lihua membunuh semua menteri yang menjadi dalang yang menghancurkan kerajaan. Tidak ada yang pernah tahu siapa pembunuh nya dan sosok gelap Lihua selalu tersembunyi dalam bayang-bayang lugu.
"Lebih baik mereka tidak tahu." gumam Lihua.
......
Kini Lihua terpaksa diseret ke penjahit kerajaan untuk mengukur pakaian pernikahan nya. Semua kegiatan itu harus membuat nya menahan kantuk, lapar, kesal dan lain sebagainya.
Belum lagi saat mereka mulai menentukan bunga apa yang akan Lihua pakai diatas kepalanya? Atau perhiasan macam apa yang akan disisipkan dalam gulungan rambutnya, dan batuan berharga seperti apa yang bagus untuk dijahit disepanjang pakaian pengantin nya.
"Oh astaga, beruntung pernikahan ini hanya terjadi sekali jika dua kali aku akan gila karna lelah." Dumel Lihua saat melepaskan lapisan pakaian yang akan dikenakannya nanti.
"Putri jangan lupa untuk mengurangi makanan anda untuk menjaga bentuk tubuh." Kata sang penjahit memberikan nasihat.
Lihua menoleh terlihat tertarik, "memang nya makanan apa yang biasa dimakan calon pengantin sebelum pernikahan nya?"
"Biasanya mereka hanya sarapan dengan sebuah apel dan dilanjutkan dengan bubur wijen untuk makan siang, dan daging ayam suir untuk makan malam." Jelas sang penjahit yang telah sepuh dalam urusan seperti ini, wajar ia telah melayani 2 generasi permaisuri.
Mata Lihua membelak. "Itu makanan untuk orang sakit?!"
"Bukan putri, menu nya memang sudah diatur seperti itu."
Lihua masih tercengang karna peraturan-peraturan aneh, sampai saat ia telah kembali ke kediaman nya. Lihua masih melamun sambil jalan.
"Bagimana bisa aku sarapan hanya dengan sebuah apel?" Ia menendang-nendang krikil kecil disepanjang jalan. "Ini mengingatkan ku dengan kisah Issac Newton yang beratus-ratus tahun kemudian membuat kepala setiap pelajar botak. Lalu setiap pertanyaan dari mereka seperti 'kenapa harus repot-repot menghitung apel? Kenapa tidak memungut dan langsung memakan nya saja?!"
Kebetulan Lihua berdiri di depan pohon apel dan langsung menendang batang nya kesal.
"Lu Hwang?" Panggil Lihua dan Lu Hwang muncul.
"Ya putri?"
"Dimana pangeran Zhen?" Tanya Lihua langsung.
"Pangeran tengah berpergian." Sahut Lu Hwang.
"Sampai kapan?"
"Kurang lebih 5 hari lagi putri."
"Lu Hwang, apa kau tahu siapa dalang yang melukai jendral Do?" Lu Hwang sempat terkejut tapi cepat memulihkan dirinya dengan berkata. "Hamba tidak tahu putri."
"Uh, katakan pada Zhen untuk berhati-hati. Siapa manusia kejam itu beralih menyakitinya."
"..." Manusia sadis itu adalah orang yang kau suruh hati-hati putri, astaga. Pasangan ini benar-benar menguji kesabaran. Lu Hwang mengkhasihani dirinya sendiri.
....
(Sudut pandang Lu Hwang)Dalam tentara Yuanyi, ia bertugas sebagai kepala prajurit yang dihormati. Tetapi ketika ia dipanggil untuk ditugaskan menjaga seorang putri dari kerajaan lain, Lu Hwang merasa dirinya seperti seorang kacung yang disuruh-suruh oleh sang putri.
Setiap hari memperhatikan gerak-gerik nya lalu melaporkan nya pada tuan nya, setelah itu mendapatkan tatapan tajam dan amarah tanpa alasan.
Tidak apa-apa.
Ia sudah terbiasa.
Hidup nya makin merana saat dua pasangan konyol ini bersikap kucing-kucingan. Tarik- ulur. Bertengkar lalu kembali rukun.
Lu Hwang merasa kesal, gemas, dan ingin mengikat mereka lalu...ehem!
Pada akhirnya mereka berdua pasti akan menikah tetapi masih saja bersikap kekanakan. Disatu sisi putri tidak ingin terikat oleh pangeran tapi masih bersikap manja seolah-olah bersama tunangannya sendiri. Dan disisi lain karakter pangeran yang pendiam dan sedikit kejam membuat rumit semuanya.
Alangkah mudahnya jika mereka menikah saja.
Ia tidak harus menerima kemarahan.
Tidak harus menyingkirkan pria-pria yang berpotensi akan melamar tuan putri.
Tidak harus gigit jari karena sikap keduanya yang bermesraan tapi tidak mau mengakui jika saling mencintai!
Yang satu keterlaluan polos yang satu lagi kaku dan tidak suka bicara.
Memang cocok menjadi pasangan yang menguji tensi darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Zhilan
RomanceSeorang penulis yang terjebak di dalam cerita karangan nya. Lihua terjatuh kedalam kolam saat sedang menulis bagian akhir dari ceritanya, tapi siapa sangka ketika terbangun ia telah terjebak menjadi tokoh utama dari ceritanya. Namun Lihua tersadar b...