"kau kembali?" Tanya seseorang dihadapan Zhen tengah meminum teh nya dengan anggun.
Zhen tak menjawab hanya menatap air berwarna hijau itu pada gelas nya.
"Bagimana dengan Lihua? Bukankah dia akan segera menikah, lalu apa kau akan melepaskan nya begitu saja?"
"Tidak."
"Hm, kau memang bukan tipe orang yang suka merelakan. Kata apa yang cocok untukmu..?oh ya, Obsesi."
Dua orang itu jadi objek perhatian di kedai teh itu. Aura dan wajah mereka yang tampan menjadi pusat perhatian, gadis-gadis muda yang melayani sampai salah tingkah hanya karna senyuman dari pria muda yang duduk di depan Zhen.
Zhen tertawa kecil, "Tidak bisa dikatakan seperti itu karna Lihua juga mencintaiku."
"Untuk seseorang yang pernah hampir membuat nya mati, kau benar-benar tidak tahu diri."
"Tapi dia melupakan nya."
"Dia hilang ingatan jadi wajar saja kalau dia melupakan nya. Coba kau pikir bagaimana jika suatu saat Lihua mengingat semua kejadian itu? Aku berani bertaruh jika Lihua akan langsung melupakan cinta nya dan pergi darimu."
"Jika dia mengingatnya semua tidak akan berubah." Sahut Zhen.
Lawan bicara Zhen menyipitkan matanya, curiga. "Jangan bilang kau belum melepaskan gelang warisan ibumu padanya?"
Tidak ada sahutan.
Jadi benar kalau Zhen belum melepaskan gelang itu?! "Kau sudah gila?! Jika Lihua belum melepaskan nya maka dia tetap akan dikenali sebagai sah istrimu!" Pria itu menggeleng stress, "astaga kau benar-benar brengsek."
Zhen tidak terpengaruh dan hanya tersenyum tipis. Tetapi hal itu makin membuat lawan bicaranya emosi.
----
Seminggu terlewati.
Hari pernikahan yang dihindari tiba.
Lihua menatap pantulan dirinya dalam balutan pakaian pengantin yang semuanya didominasi dengan warna merah, hingga Lihua merasa mual. Pakaian nya adalah berlapis-lapis sutra yang dijahit dengan benang emas mengikuti pola burung Phoenix dan bunga-bunga yang tampak hidup ditepian kerah nya.
Rambut Lihua digulung tinggi bersama dengan mahkota emas berlambangkan Phoenix yang mengibarkan sayap nya. Disetiap sisi terdapat sebuah benang emas yang menggantung dan berlian yang berada diujung paruh setiap burung Phoenix. Ini terasa berat hingga Lihua harus menahan kepala nya untuk tidak menoleh secara tiba-tiba.
Sebagai pelengkap penampilan nya sebuah sepatu bersol tinggi. Tidak kurang mewah sebuah mutiara besar terdapat di ujung masing-masing sepatu. Mutiara yang bahkan hanya dimiliki satu oleh ibu suri terdahulu kini dikenakan di sepatu nya seolah-olah merupakan barang yang sepele.
Sekaya apa sebenarnya jendral Do hingga dapat memberikan mahar seperti ini?
Para wanita bangsawan yang dipilih untuk menjadi dayang berdecak puas melihat penampilan agung dari Lihua. Secara keseluruhan ia tampak seperti seorang permaisuri dibandingkan putri.
Lihua hanya diam ketika para dayang nya menyemprotkan wewangian ketubuhnya.
Sebuah ketukan membuat kegiatan itu terhenti sesaat, ternyata pangeran Lijuan datang dengan setelan pangeran mahkota yang elegan. Seseorang mungkin tidak akan menyadari mata Lijuan yang sembab tapi Lihua tahu, karna ia adiknya dan akan selalu tahu perubahan seperti apa yang terjadi pada sang kakak.
Ketika Lihua mempersilahkan Lijuan untuk masuk serentak pada dayang mengundurkan diri.
"Kakak kenapa?" Tanya Lihua mengulurkan tangan nya agar sang kakak menunduk. Lijuan menurut dan Lihua langsung menyentuh kedua sisi wajah nya untuk mengusap nya.
"Disini, ibu tak ada untuk memberikanmu nasihat jadi aku datang untuk menggantikan nya." Kata Lijuan dengan suara serak, sontak suasan langsung agak sedih dari sebelumnya.
"Aku tidak memiliki pengalaman jadi aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padamu. Tapi sebagai kakak aku harus mengatakan ini, Lihua setelah ini kau akan menjadi istri dari seorang pria yang akan menikahimu.
Kau bukanlah lagi seorang putri yang bisa bertingkah seenaknya karna kau harus menjaga nama baik suamimu dan keluarga nya. Kau mungkin tidak bisa lagi bersikap bebas seperti sebelumnya, atau mungkin dalam pernikahan ini akan ada seorang wanita lain yang dibawa kedalam kediaman walau aku sudah memastikan jika kau menjadi satu-satunya, tapi tetap saja.
Suatu saat jika kau mendapati sebuah masalah dan tidak dapat menyelesaikan nya sendiri, maka kau tahu dimana tempat kau bisa pulang adikku. Gerbang kerajaan Yongheng selalu terbuka untuk menyambutmu.
Kau juga bisa mengadu padaku, bahu kakak ini akan tetap kokoh untuk memelukmu dan menjagamu."
Lijuan berhenti berkata-kata dan tidak berani untuk menatap mata Lihua. Namun Lihua tahu jika kata-kata tulus, jemari Lihua bergerak untuk menghapus air mata di mata sang kakak.
"Kakak aku hanya menikah, jangan buat aku enggan meninggalkan rumah." Kata Lihua setengah bercanda.
"Kau juga mengapa ikut menangis bodoh." Lijuan buru-buru mengusap air mata Lihua dengan sapu tangan nya hati-hati agar tidak merusak riasan wajah nya.
"Aku menyayangimu walaupun setiap hari aku selalu mengumpatimu."
"Jangan merusak suasana Lihua."
Dan dua orang itu tertawa dalam tangisan mereka, mengobrol panjang seolah-olah setelah ini mereka tidak akan bertemu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Zhilan
RomanceSeorang penulis yang terjebak di dalam cerita karangan nya. Lihua terjatuh kedalam kolam saat sedang menulis bagian akhir dari ceritanya, tapi siapa sangka ketika terbangun ia telah terjebak menjadi tokoh utama dari ceritanya. Namun Lihua tersadar b...