01

41.2K 2.6K 50
                                    

Halo.
Sedikit note buat cerita ini. Jadi cerita sudah tamat tinggal dipublikasikan ulang. Dan kesamaan nama tokoh pada cerita saya yang lain murni karena saya males nyari nama.

Seperti tokoh Guang Xi disini (BEDA) dengan tokoh GX yang ada di Empress Xiang Fei. Ingat nama mereka aja yang sama. Oke!

_______

Di tengah keramaian itu seorang permaisuri wanita paling berkuasa di seantero negeri terlihat begitu rapuh dan juga terluka, disaat melihat dengan sangat jelas putra nya telah meregang nyawa di depan matanya. Sebelum ia dapat melakukan apapun. Darah masih menetes diujung pedang suami nya yang seorang kasiar, terlihat dingin dan sama sekali tidak merasa bersalah setelah membuat putra mereka mati setelah berusaha untuk melindungi sang Ibu dari kemarahan Ayah nya.

Ia sama sekali tidak menyangka jika sebuah fitnah akan menghancurkan seluruh hidup nya memang sudah berantakan. Lihua menatap jasad putra nya dengan perasaan hancur lebur, nyawa seakan telah tercabut paksa di setiap tetesan darah dari putra nya mengalir di sela jemarinya. Rasa sakit dari patah hati seorang Ibu yang kehilangan anak nya benar-benar luar biasa menyakitkan, rasanya seperti roh yang dalam tubuh dikuliti dari dalam.

Air mata telah membasahi kedua pipi sang permaisuri yang terisak ditengah halaman istana naga, orang-orang berkerumun melihat nya dengan iba tetapi tidak ada satupun yang tergerak untuk menolong mereka. Kekejaman sang kaisar membuat mereka membutakan mata tak ingin terlibat dalam permasalahan antara kaisar dan permaisuri yang sejati nya tak memiliki kekuasaan di istana. Dan melihat bagaimana kaisar membunuh putra nya hal itu telah membuktikan jika yang mulia sama sekali tidak berharga di mata nya.

"Putraku ... Jangan tinggalkan ibunda nak." Rintih Lihua mendekap erat tubuh yang kian mendingin itu. Kesedihan menenggelamkan kewarasan serta rasa takut sang permaisuri terhadap suami nya, tak ada lagi yang perlu ia jaga setelah satu-satunya anak yang ia miliki telah merenggang nyawa.

"Kau! Kaisar Guang Xi yang kata nya sangat bijaksana! Mengapa kau tega membunuh putramu hah! Darah dagingmu sendiri! Kenapa?!" Teriak Lihua penuh keputusasaan tapi sinar kebencian terlihat berkobar di matanya ketika menatap kaisar Guang xi.

"Demi putra mu yang lain kau rela mengotori tanganmu! Kau biarkan aku hancur lebur demi wanita rubah itu! Kau tidak pantas menjadi seorang Kaisar!"

Permaisuri tak lagi berbicara lembut ataupun sopan seperti yang selama ini ia perlihatkan kepada semua orang, martabat serta keanggunan nya telah tercoret dan ia abaikan saat memaki suami nya tepat dihadapan para bangsawan. Kaisar terlihat terpancing dan melayangkan sebuah tamparan di wajah sang permaisuri hingga menciptakan memar diwajahnya.

Plakk..

"Tutup mulutmu!" ujar Kaisar Guangxi tajam sembari menunjuk permaisuri Lihua dengan pedang yang masih meneteskan darah, darah dari putra mahkota yang telah di bunuh sendiri oleh nya.

Darah mengalir dari sudut bibir nya. Permaisuri tertawa seolah-olah dirinya telah gila, bagaimana tidak kerajaan nya telah dihancurkan seluruh keluarga nya telah dibantai dan kini setelah dipaksa bertahan sebagai permaisuri yang tidak dianggap, satu-satunya alasan nya untuk bertahan hidup juga direnggut darinya. Merasa hidup nya telah ikut mati bersama putranya Lihua tertawa sinis tidak takut dengan ancaman Kaisar Guang Xi.

"Kenapa aku harus diam saat Putra ku dibunuh oleh seorang iblis yang mengenakan topeng kebajikan? Kau dan rubah betina itu adalah parasit!" Ujar permaisuri Lihua yang kini tatapan nya terarah pada kerumunan masa tepat nya kepada seorang selir yang menjadi dalang dari semua fitnah dan kemalangan hidup nya pada hari ini.

"Lebih baik kau mati Lihua."

Mendengar itu Lihua tertawa, jenis tawa mengejek yang terdengar kosong tanpa perasaan. Jauh sebelum ia menjadi permaisuri dari sebuah kerajaan yang digulingkan jiwa nya telah lama mati dan hanya bertahan hidup karena keberadaan jiwa lain yang menempati rahim nya, bahkan ketika istana terasa seperti neraka ia tetap bertahan dengan keselamatan putra nya.

"Aku memang memilih mati tapi saat setetes darah ku jatuh ke tanah kerajaan picik ini. Aku bersumpah akan membalaskan kematian putraku pada kalian semua! Saat aku terlahir kembali akan kubuat neraka untuk mu Kaisar Guang Xi dan kau rubah betina tak tahu diri!" sumpah Lihua sebelum manyambut sabetan pedang kaisar Guang xi di leher nya.

Darah dari Lihua mengalir dan bercampur dengan darah putra nya, seketika langit mendung menurunkan muatan nya membasahi sekaligus mengaliri darah itu ke segala penjuru istana. Menyebarkan aroma anyir sekaligus sumpah dari permaisuri yang seolah-oleh diamini oleh hujan.

Tamat.

"Akhirnya tamat." gumam Lihua merenggangkan tubuh nya yang pegal, ia baru saja menamatkan sebuah cerita dalam waktu 2 bulan dengan ending yang menyakitkan. "oh astaga aku benar-benar tidak menyangka akan berakhir dengan cepat."

Lihua memang tidak pernah membuat akhir yang bahagia karena baginya, tidak pernah ada cerita yang benar-benar berakhir bahagia. Terlalu realistis mungkin tidak bagus untuknya sebagai penulis.

Tak terhitung lagi berapa pembaca yang mungkin membencinya karena cerita yang terasa menggantung dan menyedihkan. Bahkan Lihua pernah mendapatkan pesan chat tentang ancaman pembunuhan jika cerita nya tidak berakhir bahagia. Namun, walaupun dinding komentar nya dipenuhi dengan sumapah serapah, kutukan mereka tidak pernah berkerja hingga hari ini.

Lihua juga terbiasa menggunakan namanya sendiri sebagai tokoh utama. mungkin sebagian orang berpikir jika ia tengah mengutuk dirinya sendiri, padahal sebenarnya Lihua terlalu malas untuk mengarang nama tokoh. Bahkan ada satu dua cerita yang memiliki nama karakter yang sama karena ia benar-benar malas untuk mencari nya di internet.

Ini adalah novel terakhir yang Lihua terbitkan pada tahun ini sebelum menonaktifkan akun menulisnya untuk pergi liburan. Mungkin jika pembaca mengetahui niat nya mereka akan berteriak jika ia sedang mencari kebahagiaan diatas penderitaan orang lain.

PUK!

Suara yang berasal dari kolam membuat Lihua menoleh, saat ini ia memang sedang menulis cerita di taman kota dekat dengan kerajaan peninggalan kekaisaran china yang kini dijadikan sebuah museum demi mendapatkan feel untuk cerita nya.

Tuk..!

Suara itu semakin keras seakan-akan mencoba menarik perhatian Lihua untuk datang. Lihua bangkit menepikan laptop nya kesatu sisi, melihat permukaan air kolam yang sedikit beriak. Mungkinkah ada kura-kura yang muncul?

"Tidak ada apapun disini- kyaa!" Lihua menjerit saat sebuah tangan mendorongnya masuk ke dalam air.

BYUR!

Lihua berusaha berenang kepermukaan air tapi seolah ada kukuatan mistik yang menarik nya kedasar air. Keram dikaki Lihua membuatnya makin tenggelam, gelembung kecil keluar dari sela bibir Lihua yang sedikit terbuka. Ia sangat yakin melihat siluet seorang gadis yang tersenyum dipinggiran kolam, menatap kearahnya yang berjuang untuk berenang.

'Jadi aku akan mati konyol seperti ini?' pikir Lihua sarkastis.

Tenaganya telah terkuras habis, cahaya dipermukaan air semakin kecil dan menjauh. Lihua berusaha menggapai untuk terakhir kali sebelum kegelapan melingkupinya.

Empress ZhilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang