Less Eunoia

3.3K 279 129
                                    

Minggu pagi, Jimin tengah bersiap untuk menemui orang yang diyakininya adalah sahabat Y/n.

" Kim Nana.. ya tentu saja. Aku akan coba percaya padanya" Batin Jimin seraya melenggang keluar dari dorm, lalu sebuah suara menghalau geraknya.

" Jimin? Kalau aku tidak salah ingat, selama 25 tahun hidupmu, kau tidak pernah keluar sepagi ini."

Jimin menoleh ke arah suara itu, lalu tangannya mendadak dingin setelah melihat Yoongi berdiri di ambang pintu.

"Aku.. um, hanya bosan. Aku ingin pergi sebentar. " Jawabnya berusaha tenang.

"Tunggu, kalau aku tidak salah ingat juga, kau tidak pernah bangun sepagi ini di hari minggu, hyung." Tambah Jimin berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku kebelet boker, Jim." Jawab Yoongi tak acuh.

" Bajingan gila, menjauh dariku. Aku akan pergi, sampai bertemu nanti!" Ucap Jimin buru-buru, lalu pergi meninggalkan Yoongi.

" Si bantet itu, sangat aneh"



***

Disinilah Nana, disebuah kafe retro yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Namun yang membingungkan, tempat ini terlihat sangat sepi.

" Apa-apaan tempat ini, biasanya selalu ramai. Atau aku salah tempat?" Nana mengamati tiap sudut ruangan.











" Lama menunggu, Kim Nana-ssi?"

Sebuah suara memecah lamunan Nana, lalu refleks ia mengalihkan pandangannya.

" Park Jimin...?"

Jimin yang baru saja sampai mulai mengedarkan pandangannya ke tiap sudut kafe.

" Tentu saja aku, apa kau melihat ada orang lain?" Tanyanya santai.

" Ah- tidak, selamat datang oppa!" Nana berdiri kemudian membungkuk sopan.

Jimin tersenyum.

" Santai saja denganku, Nana. Boleh aku duduk?"

" Tentu, silakan duduk." Jawab nana kemudian kembali duduk.

" Jadi, ada apa sampai menghubungiku?" Tanya Jimin to the point.

" Sebelumnya, maaf karena lancang menghubungimu. Jujur aku masih tidak percaya kau mau datang." Ucap Nana.

" Tidak masalah, aku sedang luang. Saat menerima pesanmu, aku sangat bersemangat walaupun sedikit membingungkan karena ponsel Y/n ada padamu."

" Ah itu, aku menggunakannya saat Y/n tertidur. Aku sungguh tidak bisa lagi menahannya, setidaknya aku ingin berguna. Apa kau keberatan dengan rencanaku, Park Jimin-ssi?"

Jimin membenarkan posisi duduknya, lalu menjawab Nana penuh ambisi.
" Asal kau tahu, dengan senang hati aku akan melakukannya. Bajingan gila itu membuat masalah besar dan berakhir menyakiti dirinya sendiri. Aku sudah bosan menasehatinya, sepertinya kita harus lebih pintar lagi" Jelas Jimin.

Nana menghela nafas lega.
" Ah, syukurlah. Tapi kita harus cepat, Y/n akan pergi tidak lama lagi."

" Setidaknya kita berusaha, mari lakukan bersama-sama" Jawab Jimin dengan senyuman.

" Yosh. Aku setuju dengan itu."

" Yeah. Haha"

" Haha"

" Hahaha"


* Hening


7 P.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang