Daegu

1.3K 144 29
                                    

Pagi yang cerah di hari Sabtu, perjalanan dari Seoul ke Daegu segera dimulai. Sebenarnya banyak alternatif lain untuk bisa sampai ke Daegu lebih cepat, namun siapa sangka y/n bersikeras memilih menggunakan kereta.

"Yha y/n-ssi! Apa-apaan ini? Bukankah sudah kubilang kita naik pesawat saja?" Ucap Nana sembari meregangkan badan karena rasa pegal yang mengganggu.

"Diamlah, kau seperti orangtua." Jawab y/n yang sedari tadi asik melihat keluar jendela kereta dan mengambil banyak gambar dengan ponsel kesayangannya.

"Akhh, hentikan." Y/n bereaksi saat Nana menjambak iseng rambut panjangnya yang diikat agak tinggi.

"Habisnya kau sama sekali tidak meresponku, setidaknya lihat aku saat bicara." Akhirnya dengan senyum yang dipaksa lebar, y/n mengalihkan seluruh perhatiannya dan menatap Nana.

"Baik-baik nona cantik, jadi apalagi yang mau kau keluhkan? Bukankah kau sendiri yang merencanakan liburan super mendadak ini hm?" Tanya y/n sarkastis.

Nana menghela nafas kasar.
"Ya, ya aku tau, tapi tidak harus membuat bokongku mati rasa seperti ini kan?"

Y/n tersenyum kecil, lalu menggaet lengan Nana dan bersandar di bahunya.
"Kim Nana, terima kasih sudah menjagaku. Aku memilih naik kereta karena menurut situs pencarian pemandangan disini sangat indah, aku ingin mengingatnya saat aku sudah kembali nanti. Jadi, bersabarlah untukku.."

Nana terenyuh mendengar jawaban y/n, walaupun dia tersenyum disetiap kata yang diucapkannya, tapi ada sesuatu tersirat yang membuat dada Nana sesak.

"Berhenti bicara seolah kita akan berpisah, aku tidak mau dengar lagi."

"Nne, nne.. maafkan aku. Apakah ini masih jauh, Nana?"

Nana melihat jam ditangannya sekilas
"Ya, masih satu jam lagi. Tidurlah kalau kau lelah"

"Aku tidak mau tidur, nanti aku tidak bisa melihat pemandangannya." Ucap y/n yang masih memperhatikan pemandangan diluar jendela, dan baru beberapa menit berlalu y/n tertidur lelap.

"Sudah aku duga, kau pasti sangat lelah." Ucap nana sembari menyelimutkan jaket y/n yang merosot turun.



***



"Jadi setan apa yang membawamu kesini, pabo?"

"Min old Yoongi, bukankah lebih sopan jika kau mengucapkan selamat datang kepada dongsaeng tampanmu ini?"

Kedatangan Jimin ke Daegu benar-benar diluar penalaran Yoongi, bagaimana tidak orang itu memaksa Yoongi untuk tetap tinggal dan tidak kembali ke Seoul, karena jika tidak Jimin mengancam akan membocorkan semua rahasia Yoongi kepada Hoseok si duta gosip.

"Kemarikan." Yoongi mengambil tas yang semula Jimin pegang, lalu membawanya masuk kedalam rumah. Jimin tersenyum penuh kemenangan, lalu membuntuti Yoongi masuk.

"Duduklah. Kau haus?" Tawar Yoongi saat sampai di ruang tamu.

"Hyung, aku tidak menyangka kau bisa bersikap manis juga. Tolong buatkan aku es jeruk!" Jimin tersenyum lebar.

"Jimin-aah, memang siapa yang akan membuatkanmu minum?"

"Kau?"

"Teruslah bermimpi, aku hanya bertanya. Kau tau persis dapurnya, buat saja sendiri. Aku ke kamar, jangan lupa mandi sebelum masuk ke kamarku atau kau akan melihat kuburan dengan namamu besok." Yoongi melenggang menuju kamarnya, meninggalkan Jimin yang duduk heran melihat sikap Yoongi yang sama sekali tidak berubah.

"Lihat saja Min Yoongi, besok kau akan berterima kasih dan mencium kakiku." Kemudian Jimin pergi ke dapur dan menghabiskan seluruh isi kulkas.



7 P.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang