19| Fans Nomor Satu

105 33 4
                                    


Happy reading!!!

🌠🌠🌠

"Artha?"

"Ngapain kamu di sini?"

Salsa memundurkan tubuh sembari memegang dadanya kaget. Pandangannya terarah pada sosok di hadapannya dengan kilat mata horor.

Ini kali pertama ia melihat Artha berpakaian bebas seperti itu—which mean dia memang selalu melihatnya dengan setelan biru muda rumah sakit.

Namun kali ini cowok itu memakai kemeja lengan panjang warna putih dengan aksen hitam pada beberapa tempat. Rambutnya masih dibiarkan berantakan dengan poni jatuh ke bawah menutupi seluruh dahi.

Sungguh. Cowok itu terlihat sangat berbeda. Salsa terperangah.

"Kenapa? Baru nyadar kalau gue ganteng?"

Pertanyaan Artha membuat Salsa tersentak.

"Eng-enggak ya. Sok tahu!" kilah gadis itu membela. "Kamu sendiri, ngapain di sini?!" lanjut Salsa mengintrogasi.

Senyum Artha tersungging lebar kala si gadis bertanya. Selanjutnya, cowok itu mengeluarkan sebuah stopmap berwarna cokelat dari belakang tubuhnya.

"Coba tebak, ada perlu apa gue ke sini?"

Salsa mengernyit. Matanya memicing heran saat ia selesai membaca sebuah kertas yang tertulis di depan.

"Kamu....











"...mau lamar jadi tukang kebun....?"
















"HAH?! BUSET DAH!! Ya kali orang ganteng kayak gini--"

Artha yang ikut penasaran akhirnya ikut membaca. Sedetik kemudian cowok itu tertawa dan segera membuang kertas yang paling depan.

"Wkwk...ini tadi nggak sengaja kebawa..." kekehnya kencang.

"Ini yang bener!" lanjutnya sambil menyodorkan kertas putih dengan tulisan ketik di atasnya.

"Mulai minggu depan gue bakal bisa ketemu lo tiap hari."

Sementara yang diajak bicara justru menampakkan raut terkejut.

"Kamu mau pindah sekolah?! Kenapa?"

Tanpa rasa bersalah, Artha mensejajarkan tingginya dengan Salsa dan mencubit pipi gadis itu gemas.

"Kan gue udah bilang, gue itu malaikat penjaga lo. Jadi gue ya harus berada di deket elo, biar gue bisa mantau elo."

Malaikat penjaga? Sejak kapan dia mengklaim dirinya sebagai malaikat penjaga? Lagipula Salsa kan tidak butuh hal-hal seperti itu.

"Gak jelas kamu!" komentar Salsa tak pedulu. Ia segera mengembalikan kertas itu kepada si empu dengan sedikit kasar lantas berniat pergi.

"Eits! Mau ke mana?"

"Mau pulang!"

"Jalan kaki?"

Starlight! | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang