Ini bukan tentang seberapa lama waktu yang Tuhan gariskan kepada kita.
Melainkan tentang seberapa banyak memori yang dapat kita pahat dalam garis waktu tersebut.
🌠🌠🌠
Gedung rumah sakit itu tampak gelap.
Malam yang semakin larut, ditambah keadaan luar yang tiba-tiba hujan, membuat pasien yang menjalani rawat inap, serta dokter yang mendapatkan shift malam, enggan keluar koridor dan memilih untuk bercengkrama dengan selimut dan secangkir kopi panas yang mereka beli dari kantin.
Satpam yang sedang berjaga tampaknya juga hampir melompat ke alam mimpi jika saja tidak ada mobil yang tiba-tiba datang dan menyoroti wajahnya dengan lampu kabut.
Bruuummm bruuummm~
Ciiiiittt~
"Eh, Dokter ganteng! Ada perlu apa? Kok balik lagi?"
"Nyariin Dokter Shiena ya?"
"Waduh... Dokter Shienanya udah pulang dua jam yang lalu loh," tanya satpam itu bertubi.Sementara si pemilik mobil hanya membuka sedikit kaca mobilnya, berniat untuk menyapa.
"Ah...enggak kok, Pak Adi. Ada urusan penting aja di dalam," jawabnya sembari tersenyum manis.
"Lantai empat masih belum dikunci kan?"
Si satpam yang sedang duduk segera bangun, lalu menjulurkan kepalanya keluar dengan tangan tertadah untuk menghalau hujan.
"Kayaknya masih sih, Dok. Itu ada yang hidup lampunya," tunjuknya ke atas sebelum akhirnya tersadar akan suatu hal. "Eh? Bukannya itu ruangan praktek Dokter ya? Kok Dokter ada di sini? Terus yang di atas siapa?"
Laki-laki berkemeja hitam itu hanya tersenyum, sebelum mengangguk dan melanjutkan mobilnya memasuki area parkir.
Dengan sebuah payung cokelat, ia rela menerobos hujan dan mengikhlaskan sepatu pantofelnya basah demi mencapai lobi.
Kehadirannya yang tiba-tiba dengan kemeja lusuh tanpa dasi dan rambut basah membuat beberapa orang yang ada di lobi menoleh terkesima.
Wajahnya benar-benar menggambarkan manifestasi ketampanan Dewa Hermes.
Orang-orang itu saling berbisik, tapi laki-laki itu tidak menggubris dan tetap berjalan.
Sesampainya di lantai empat, ia segera membuka ruang prakteknya dengan kasar.
Wajahnya seketika melunak saat mendapati seorang remaja laki-laki berpiyama rumah sakit sedang duduk membelakanginya menatap jendela luar.
"Well, aku nggak nyangka kalau dokter teladan kayak Kakak juga bisa telat lima menit dari perjanjian," celetuk remaja itu sembari memutar kursinya.
Kevin yang melihat itu menghela nafas kasar, lalu meletakkan payung yang masih basah di sudut ruang.
"Kamu gila?!"
"Kakak hampir kecelakaan tau nggak, gara-gara nerobos lampu merah tiga kali?!" decaknya tak terima yang disambut kekehan renyah dari Artha

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight! | Mark Lee
Подростковая литератураUntuk kamu, laki-laki yang mengatakan malam itu jujur, Juga kamu bintang yang terbang di pusat busur, Aku sebagai malam ingin pamit. Terimakasih untuk segalanya. Jaga diri kalian baik-baik.