22| Sepotong Naluri

94 23 4
                                    

Aku lupa jika kamu bukanlah langit yang bisa berbagi rahasia tentang cara menjatuhkan hujan tanpa menyakitinya.


"This ain't fairy tale, Sal!"

🌠🌠🌠

Stand festival bertema minion itu tampak tegang.

Beberapa anak kelas yang kebetulan sedang memiliki waktu jaga saling terdiam, tak ada yang berani angkat bicara.

Begitu juga dengan Bagas yang beberapa saat lalu meluncurkan celetukan.

Cowok ber-hoodie spongebob itu merapatkan tubuh ka Arjun. Kiranya sedikit menyesal karena sudah melancarkan guyonan pada waktu yang salah.

Entah apa yang membuat Sandra dan Radit jadi bertengkar hebat seperti itu. Bahkan, Radit yang biasanya anti sekali dengan atmosfer serius, kali ini ikut terbawa suasana dan kalap.

"Guys, udah dong! Gak enak dilihatin orang-orang," sela Raras dengan sisa nyalinya.

"Kalian kenapa sih? Kita lagi di festival sekolah loh," imbuh Dina ikut melerai.

Merasa memiliki kewajiban dalam menjaga kondisi kelas, akhirnya Arjun melangkah maju dan menepuk bahu keduanya.

"Udah, udah. Bener kata Raras. Nggak enak dilihatin orang-orang." Arjun beralih kepada Radit yang bergeming dengan tatapan kosong makna.

"Udah Dit, udah Dit. Sandra cewek. Kalian bisa nyelesain masalah kalian di belakang."

Bukannya menurut, Radit justru menghempaskan pegangan Arjun dengan emosi.

"Bangsat! Kenapa sih harus gue yang terus ngalah?!"

"Lo pikir gue seneng, saat lo ngerendahin gue di hadapan cowok lo itu?" Ia memandang Sandra nanar.

"Kalau dari awal lo itu cuma nganggep gue lelucon, bilang!"

"Bilang biar gue nggak mempermalukan diri kayak gini!"

"Bilang biar gue nggak terlihat bodoh di hadapan orang-orang!"

Radit memandang Sandra kecewa. "Lo bener-bener jahat tau nggak, San?"

"Kok lo jadi nyalahin gue sih?" balas Sandra tak mau kalah.

"Atas dasar apa lo ngelarang gue deket sama Dino?!"

Sandra sekarang menangis. Bahunya terguncang mencoba menguasai diri.

Rasanya sakit ketika Radit menyebutnya gadis pemain. Cowok itu tidak tahu apa-apa, tapi menghakiminya tanpa dasar.

"Tapi lo udah bikin gue kelihatan konyol, San! Lo pikir gue itu nggak punya hati?!" Nada suara Radit naik satu oktaf.

"Gue punya, San! Gue punya!"

"Gue juga punya malu..."

"Gue juga punya harga diri..." Cowok berkemeja hitam itu semakin kalut. Bahkan Arjun harus menahan punggungnya agar tidak kalap.

Starlight! | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang