23| Bagian Terbaik

97 18 3
                                    

We didn't realize we were making memories.

We just knew we were having fun.

Winnie the Pooh—

🌠🌠🌠

Mau ngingetin, part ini agak cringe dan maksa:")

Tapi aku suka:"


🌠🌠🌠

Kring kring kring kring~

Jarum penunjuk angka itu meluncur ke atas dengan gerakan lambat dan berhenti di angka 20.

Seketika tawa Salsa meledak. Gadis itu tidak bisa menahan senyum saat pukulan Marco bahkan tidak mencapai seperempat bagian.

Padahal, sebelum memukul tadi, cowok itu sudah menampakkan raut yang serius dan percaya diri.

Beberapa orang bahkan ikut tergelak kencang melihat tingkah konyolnya di tengah sana.

Marco sendiri langsung menundukkan kepala, menutupi wajahnya dengan tangan, lantas berlari kecil ke arah Salsa.

Ia segera menarik Salsa menjauh dari kerumunan dengan gelak yang menggelegar.

"Itu tadi kamu ngapain siiii?" tanya Salsa segera setelah berhenti pada sebuah kerumunan konser. "Kamu lagi ngebadut?"

Marco menggeleng dramatis sembari terengah.

"Gue malu sumpah. Nggak tau lagi harus ditaruh di mana muka gue," curhatnya jujur. "Palunya berat banget, anjir."

"Lagian sih..., pakai acara tebar pesona segala, kena imbasnya kan?Syukurin! Apa gitu sok-sokan naikin kemeja."

Marco mendengus tidak terima. "Lo kok malah ngatain gue, sih? Gue gini kan juga buat elo."

Marco mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk landak dari sakunya.

"Sorry, nggak bisa dapetin yang ulat bulu. Kali ini landak aja gapapa ya?"

Salsa menaikkan alis bingung lantas tersenyum simpul.

Ia bisa melihat ada pendar ketulusan di dalam tindakan Marco.

"Ih...., aku kan udah bilang aku nggak suka boneka," ujarnya sembari menerima gantungan kunci itu.

"Beneran?"

Salsa mengangguk antusias lalu mengangkat gantungan itu ke udara. "Bagusan landak. Kayak kamu..."

"Kok kayak gue?"

"Iya, sama-sama berduri. Ada cewek dikit langsung tempel." Lagi-lagi Salsa menyindir, yang membuat Marco semakin mengerucutkan bibir tak terima.

"Itu kan dulu. Sekarang gue kan cuma milik elo. Milik Acha."

Salsa tak peduli, malah asyik memandangi gantungan kunci dari logam itu dengan rasa kagum.

Starlight! | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang