Kamu yang pernah jadi pusat semestaku,
Terimakasih sudah pernah ada.
🌠🌠🌠
"He's the time taken up."
"But there's never enough."
"And he's all the I need to fall into."
"Drew looks at me."
"I fake a smile so he won't see..."
Salsa mencoba menahan senyum kala Marco bertepuk tangan sembari menatapnya penuh puji. Cowok itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
Pakaiannya sudah berganti dengan kaos merah bertuliskan 'Vancouver' dengan bawahan celana pendek hitam.
Kacamata yang bertengger pada hidungnya membuat dirinya lebih tampak seperti guru vokal yang mengajarinya bernyanyi.
Tampan. Itulah yang bisa Salsa definisikan.
"Wow! It's so beautiful."
"I can't...."
"Gue cuma nggak percaya kalau lo punya bakat sehebat itu," puji cowok itu masih terlarut.
"Kenapa nggak ikut klub musik aja? Mrinding nih gue," ujarnya menunjuk.
Salsa tersipu. Ada rasa panas yang mulai menjalar pada sudut pipinya.
"Ngejek ya? Tadi aja aku salah lirik," tukas Salsa merendah, walaupun dalam hati sebenarnya gadis itu bersorak.
"No! Gue serius!" Marco menatap Salsa sungguh-sungguh dari balik gitar.
"Lo tahu nggak? Suara lo itu pure. Tulus banget. Kayak suaranya anak kecil," sambungnya menjelaskan.
"Sumpah deh! Gue nggak tahu itu karena apa. Tapi saat lo nyanyi, seakan-akan lo sedang menyihir gue. Lo berhasil memposisikan lagu itu seakan-akan lo menunjukkan lagu itu kepada pendengar."
"Menunjukkan lagu itu kepada gue...."
Dalam hati Salsa ingin menjawab.
Ya itu memang buat kamu, Marco!
Ia jadi teringat saat mereka kecil. Mereka akan bermain di ruang tengah dan menekan piano mamanya secara asal, tertawa heboh memainkan melodi acak hingga mamanya akan datang sembari berkacak pinggang.
Marco punya ketertarikan pada orang yang bisa bermain musik. Dan itulah alasan Salsa mulai mempelajarinya. Supaya Marco tertarik padanya.
"Jadi kita bakal pakai lagu ini buat tampil?"
Tanpa berpikir lam, Marco segera mengangguk mantap.
"Why not?" tanyanya retoris. "Lo bisa membawakannya dengan sempurna, kenapa enggak?"
Salsa menggaruk tengkuknya bimbang.
"Tapi lagu ini kan udah nggak booming lagi. Ini lagu lama. Pasti sedikit orang yang bakal suka," ujarnya berpendapat.
Ia kira, lagu itu agak kuno. Rilisnya saja pada tahun 2006. Pasti sedikit orang yang akan tahu.
Liriknya juga terlalu melankolis. Cocok sekali dengan sudut pandangnya terhadap Marco. Tentang perasaan gadis yang diam-diam menyukai sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight! | Mark Lee
Genç KurguUntuk kamu, laki-laki yang mengatakan malam itu jujur, Juga kamu bintang yang terbang di pusat busur, Aku sebagai malam ingin pamit. Terimakasih untuk segalanya. Jaga diri kalian baik-baik.