Diamku bukan berarti aku tak peduli
Itu bermakna aku tahu jika kamu tak akan pernah jadi milikku
Aku bisa memantaskan diri. Tapi aku terlalu cacat untuk memaksakannya.
Karena aku tahu. Semesta terkadang memang sesibuk itu dalam mempermainkan cerita
🌠🌠🌠
Ruang ganti SMA Nusantara mulai sepi. Begitu juga dengan halaman utama yang memisahkan dua gedung bercat biru.
Meski waktu masih menunjukkan pukul empat kurang seperempat, anak-anak yang masih berkeliaran di sekolah kiranya bisa dihitung dengan jari.
Tubuh Salsa menegak kala pintu ruang ganti terbuka dan menampakkan sosok Marco dengan pakaian putih abu-abunya. Kancing teratas cowok itu terbuka sehingga menampakkan kaos hitam yang ia pakai sebagai dalaman.
"Kran-nya macet, jadi agak lama." Marco menghampiri Salsa yang berdiri di teras UKS.
"Nggak papa, kok.""Lagian juga nggak lama," sahut Salsa dengan seulas ringisan kecil.
Marco yang menyadari itu gelagat aneh Salsa jadi meringis.
"Ada apa? Ada masalah?"
Salsa terdiam dengan bibir tergigit kecil. Setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya dia berbohong. Lagipula ia juga butuh saran dari seseorang dan mungkin Marco tahu soal masalahnya.
"Sebenarnya aku tadi dipanggil sama Miss Dara," tutur Salsa ragu.
"Miss Dara? Ngapain?"
"Katanya aku disuruh ikut festival Folklore. Lucu banget kan? Aku aja nggak pernah tampil."
Salsa tahu persis apa itu festival Folklore.
Sebuah festival musik besar yang diadakan setiap tahun di kotanya. Dan itu bukan tempat yang cocok untuk orang sepertinya.
Marco tersenyum dalam hati. Sebenarnya ia sendiri yang mengajukan gadis itu kepada Miss Dara.
Ia sedikit risih ketika beberapa orang berkata jika hubungan mereka tidak seimbang. Mereka bilang Salsa adalah gadis yang kuper, dan Marco terganggu dengan hal itu. Akan lebih pantas jika gadis itu bisa populer. Setidaknya harga diri Marco dalam memilih kekasih tidak akan dipertaruhkan. Karena jujur ini pertama kali dirinya mengencani gadis yang 'biasa'.
"Serius? Bagus dong?"
"Tapi Marco..., aku jadi bingung..."
"Bingung kenapa?"
"Bingung caranya nolak..."
"....aku nggak enak sama Miss Dara."Senyum girang Marco seketika lenyap. Cowok itu menukik tidak suka.
"Kok nolak sih?"
"Aku takut..." ungkap Salsa jujur. Gadis itu menunduk memandangi sepatu hitam yang ia kenakan.
"Kamu tahu sendiri kan, kalau aku suka demam panggung? Aku pasti nggak bisa. Lagian lawannya bakalan keren-keren. Aku jelas kalah lah."
Marco menipiskan bibir.
"Takut kenapa...? Mereka juga masih manusia. Justru ini kesempatan lo buat nunjukin kemampuan lo. Biar nggak ada yang bisa ngeremehin elo."
Salsa terkejut sesaat. Agak aneh dengan kalimat Marco. Hatinya sedikit tersinggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight! | Mark Lee
Teen FictionUntuk kamu, laki-laki yang mengatakan malam itu jujur, Juga kamu bintang yang terbang di pusat busur, Aku sebagai malam ingin pamit. Terimakasih untuk segalanya. Jaga diri kalian baik-baik.