| Bagian Delapan

4.6K 351 21
                                    

Akash. Kamu itu sebenarnya siapa?
-Alle

***
Akash mengajak Alle pergi dari tempat mereka tadi. Alle masih merasa tidak tenang karena telah membentak pada Alatha.

"Saya mau ke kelas." kata Alle to the point

Akash menoleh pada Alle yang sepertinya masih tampak bersedih akibat ulah nya sendiri. "Kamu yakin mau ke kelas dengan kondisi kayak gini?" tanya Akash.

Alle menghembus napas kasar. "Memang nya kondisi saya bagaimana? Separah itu?" tanya Alle.

Akash malah mengangguk. "Rambut kamu udah kayak sangkar burung." kata Akash terlihat lebih serius dari biasanya.

Alle cukup terkejut, ia hanya memberi tatapan sinis pada Akash yang sekarang malah tampak tidak peduli dengan air wajah nya.

Alle berjalan lebih cepat dari Akash, sekolah ini sangat luas hingga memungkinkan durasi berjalan ke kelas sedikit lebih lama.

Melihat Alle yang mempercepat langkah kakinya tiga kali lipat membuat Akash bersuara. "Di depan kamu ada batu." ucap Akash memberi peringatan.

Alle yang mendengar penuturan Akash langsung menundukan kepala, sambil berjalan, Alle melangkahi batu itu. Hampir saja.

***

Selain terkenal dengan sepuluh guru kiler nya, SMA Bayu Dharma juga tidak bisa dipungkiri terkenal dengan jam yang tidak pernah kosong.

Setiap guru dan masing-masing bidang studi nya selalu hadir setiap hari. Mengajar tepat waktu, bahkan jarang sekali dijumpai Guru-Guru yang mengajar di sini datang terlambat alias tidak on time.

Itu membuat seluruh murid SMA Bayu Dharma sering mengeluh kerena memilih sekolah ini, namun, ada juga yang dipilihkan oleh orang tua nya.

Alle sedang tidak fokus belajar, penyebabnya masih sama. Namun, ada hal lain yang membuat pikiran Alle semakin tidak ber-titik fokus ke pelajaran pekan ini. Makhluk itu adalah Akash.

Bukan, bukan karena Alle sudah terperangkap oleh pesona Akash. Tapi tentang, mengapa cowok itu selalu ikut campur dalam setiap urusannya?

Lelaki berjakun tajam itu selalu mengatakan hal-hal aneh yang tidak pernah Alle inginkan dari dirinya.

Contohnya saja. "Jangan terlalu egois, sampai tidak mengizinkan satu pun warna masuk ke hidup kamu"

Alle tidak habis pikir. Alle tidak pernah membayar nya untuk selalu memberikan kata-kata seperti itu pada Alle. Namun, Alle 'sedikit' berterima kasih karena Akash sudah membiarkan Alle memeluknya beberapa detik.

Akash. Kamu itu sebenarnya siapa?

***
Lelaki berkulit sedikit kecoklatan itu duduk di atas bangku nya sembari memainkan ukulele dengan nada yang kedengaran menarik.

Dia adalah Tando. Tando mulai memetik ukulele berwarna merah maroon miliknya yang ia dapatkan sebagai hadiah ulang tahun dari Kakeknya.

Hingga tepat saat jari nya mulai menyentuh senar. Alunan musik mulai tedengar.

Sementara di tempat nya, Elang tengah menutup kedua matanya rapat-rapat. Jangan pikir dia tidak berbicara, dia berbicara. Di dalam hati.

Elang kadang mengangguk-angguj sendiri ketika makhluk gaib yang ia ajak komunikasi dapat menjawab pertanyaan yang Elang tanyakan.

Hai. Kamu mati di tahun berapa? tanya Elang.

1900. Tepat ketika orang tua ku telah mendekor kamar ku sedemikian rupa. Hari itu adalah hari ulang tahunku. Jawab nya.

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang