Bingung antara dua pilihan. Mau dekat-dekat kamu terus tanpa status, atau dekat-dekat kamu dengan satu status?
***
"Tolong percaya, kalau saya menyukaimu sejak lama."
Alle terdiam. Layaknya orang bisu. Namun, kemudian ia menggeleng dengan senyum renyah.
"Saya bisa percaya dari mana? Sedangkan kita baru kenal sejak kamu tiba-tiba ada di samping saya pas upacara, ngasih saya gelang dan nanyain nama lengkap saya," Alle memberi respons atas ucapan Akash baru saja. "Entah jelmaan dari siapa," kali ini, Alle mengatakannya pelan nyaris tak terdengar.
"Memangnya harus kenal sejak lama dulu baru bisa menyukai kamu?" tanya Akash membuat Alle bingung sendiri.
"Ya, enggak juga," Alle gelagapan. "Tapi kelihatan aneh," sambungnya.
Akash menyahut dari arah samping tubuhnya. "Apa yang aneh?"
"Ya, aneh aja," Alle tidak bisa memberi alasan, ia sadar itu. Karena ia tahu, yang namanya manusia bisa saja menetap atau meninggalkan tidak peduli sudah mengenalnya lama atau baru saja mengenalnya.
"Jangan buat saya bingung, lah. Tadi pilihan saya udah mantep sama kamu," Akash semakin membuat Alle resah. Lelaki ini memang aneh, sih, tapi gak bisa bohong juga kalau setiap ucapannya banyak benarnya.
"Kalau masih bingung berarti belum yakin, kan?" tanya Alle. Ia merasa Akash bungkam, tidak bisa menjawab karena pasti lelaki itu hanya akan bermain-main di pelabuhan hatinya. Dan jelas, Alle tidak suka orang yang hanya mau bermain-main saja. Apalagi perasaan dilibatkan di dalamnya.
Tapi ternyata dugaannya meleset.
"Bingung antara dua pilihan. Mau dekat-dekat kamu terus tanpa status, atau dekat-dekat kamu dengan satu status,"
Dan, dengan gampangnya Akash membuat Alle kelimpungan tak jelas. Membuat Alle menahan napas, menahan malu, dan menahan rasa yang campur aduk. Semakin tidak jelas memang. Namun terlanjut bergejolak.
"Saya gak mau dekat sama kamu dengan status. Masih mau fokus dengan sesuatu yang nanti bisa saya banggain," ujar Alle.
Akash mengangguk. Menyetujui ucapan cewek itu. Hal itu bukan lagi 'ada benarnya' tetapi, 'seratus persen benar'.
Bukan main tekad gadis ini. Itu yang ia suka dari Alle. Akash pun tahu, dia satu-satunya pria yang gigih mendekati Alle dengan cara yang jauh dari banyaknya orang romantis.Karena Akash bukan mereka. Jadi maaf kalau dia tidak bisa dibanggakan soal omongan-omongan yang biasanya membuat jantung perempuan berdebar.
Karena juga, Akash punya caranya sendiri.
"Tapi gimana, boleh saya dekat sama kamu? Kita gak akan pacaran, saya juga masih mau fokus sama apa yang harus dicapai sekarang," tanya Akash, sungguh ia sangat merasakan hal yang sama layaknya orang yang disukai dengan bertatapan wajah.
"Kenapa harus ditanya?"
Pertanyaan yang menggambarkan keadaan hati dari Alle berhasil membuat Akash tertawa kencang. Sampai tak sadar, bahwa Alle menatapnya malas.
"Kamu malu saya tanya begitu? Seharusnya nggak usah ditanya, ya? Langsung aja dideketin, gitu?" tanya Akash bertubi-tubi lalu lanjut menertawakan Alle yang... Ah, sulit di deskripsikan wajahnya saat ini.
"Eh, kamu kok ketawa? Biasanya nggak pernah ketawa," Alle diam-diam mencerna dan mencermati gerak-gerik Akash.
Akash terperangah. Lalu menjawab.
"Ya, kan, berarti kamu benar buat saya bahagia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
Teen Fiction"Tuhan, kata Mama dan Papa, Alle tidak pernah diinginkan untuk ada di antara keluarga ini, kata mereka, Alle seharusnya tidak menjadi bagian mereka. Bahkan, kata mereka Alle tidak pantas untuk hidup. Alle terlalu merepotkan, ya?" "Alle pengin pulang...