| Bagian Dua Puluh Delapan

4.2K 209 3
                                    

Aku merasa bahwa kamu, benar membuatku menjadi makhluk yang jauh lebih menikmati hidup.

***

Seperti yang telah Akash katakan pada Alle sebelumnya. Sepulang dari toko boneka ia akan mengajak Alle ke suatu tempat untuk menikmati matahari terbenam.

Tempatnya cukup jauh, namun masih di sekitaran Jakarta tempat mereka berdomisili.

***

Setelah sangat lama berada di perjalanan, akhirnya mereka tiba di Pantai Ancol yang terletak di Jakarta Utara.

Akash dan Alle berjalan memasukan area pantai dan kawasan. Sebelumnya, Akash dan Alle membeli tiket untuk masing-masing. Tiket masuk seharga dua puluh lima ribu per/orang.

Setelah memasuki kawasan, Alle langsung disambut oleh matahari yang perlahan mulai terbenam, sangat menyenangkan bisa melihat sunset bersama dengan Akash, makhluk yang berhasil membuatnya jatuh hati.

Kedua bola mata Alle berbinar, begitupun dengan Akash yang kini menatap ke arah langit yang sangat indah nan cantik.

Untuk pantai dan kawasan dibuka mulai jam 06.00-22.00 WIB. Ada juga Ancol Taman Impian, namun Alle dan Akash hanya ingin menikmati keindahan sunset  di tempat ramai pengunjung ini.

Banyak fasilitas yang disediakan di sana. Ada kamar bilas dan toilet, sarana olahraga dan taman bermain, dan masih banyak lagi.

Mereka berdua pun duduk di pasir pantai. Dengan air yang mulai diterpa ombak.  Alle merasakan sejuknya berada di tempat ini. Ia tidak pernah merasakan keindahan ini sebelumnya, mungkin karena dirinya yang terlalu tertutup dan introvert.

"Ciptaan Tuhan emang selalu cantik, ya. Nggak ada yang jelek," ucap Akash lalu melihat wajah gadis itu.

Lalu, Akash menidurkan tubuhnya di pasir pantai. Kedua tangannya ia letakkan di samping kiri dan kanan. Matanya menerawang jauh ke atas langit. Sunset memang tidak pernah mengecewakan.

Alle kemudian ikut membaringkan tubuhnya di samping Akash. Keduanya saling bertatapan dalam posisi tersebut. Lalu tersenyum. Akash mengangkat tangannya, ia mengelus rambut Alle pelan dan lembut.

"Cantik, ya, sunset nya? Gimana? Kamu senang saya aja ke sini?" tanya Akash.

Alle mengangguk, ia sangat senang.

"Kita panggilnya jangan kamu saya lagi," ucap Alle.

"Terus apa?"

"Aku kamu aja. Saya kamu terlalu formal," jawab Alle yang mendapat cengiran dari Akash.

"Jadi, panggilnya aku kamu?" tanya Akash memastikan.

Alle mengangguk meng-iyakan.

"Oke, Sayang,"

Alle menatap Akash dengan tatapan tajam. "Aku kamu. Bukan aku, Sayang!"

Akash tertawa sambil menyentuh hidung mancung Alle.

***

Alle turun dari motor Akash. Jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Alle bertanya pada Akash.

"Kash?" tanya Alle, ia yakin Akash mengerti apa yang ia maksud.

Akash menggeleng. "Aku ke sini besok pagi," balas Akash dengan senyuman yang tak luput dari wajahnya.

Alle mengangguk setuju. Akash kemudian menyalakan motor nya dan men-starternya. Lalu melaju ke arah belakang rumah milik Alle.

Alle berjalan ragu. Ia memasuki rumah serba putih dan klasik itu. Ketika kakinya menuju satu langkah di depan pintu, betapa kagetnya dia menemukan Vania yang tertidur lelap di sofa. Vania diselimuti dengan selimut berwarna oranye pekat.

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang