| Bagian Dua Puluh Empat

2.8K 195 6
                                    


Ketika senyum-mu, ku resmikan sebagai candu.


***
Alle sudah pulang dari Olimpiade kemarin. Mereka bertiga mendapat hadiah sebesar tujuh ratus ribu rupiah dibagi untuk tiga orang. Juga membawa piala sebagai kebanggaan yang sekarang sudah terpajang jelas di kantor guru SMA Bayu Dharma.

Alle tersenyum ketika membawa uang hasil jeri payahnya yang ia letakkan dalam saku.

Wajahnya kelihatan bahagia sekali hari ini. Alle berjalan di koridor, bukan tanpa sengaja namun ia memang harus melewati kelas Akash.

Akash ada di dalam sana, ia tak sengaja menatap Alle yang sedang berjalan. Setelah berpikir sebentar, Akash memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

"Halo yang satu hari nggak ketemu," sapa Akash saat Alle sudah sedikit melewati kelasnya.

Alle berhenti, ia menoleh ke belakang. Akash melambaikan tangan singkat ke arahnya, namun sedetik lagi ia kembali menaruh kedua tangannya di garis celana.

"Akash," Alle bergumam pelan. Tidak mengerti mengapa tubuhnya langsung cepat bergerak.

"Gimana? Menang?" tanya Akash menatap mata Alle lekat.

Alle mengangguk kecil. "Syukur-nya, iya. Saya berterima kasih banget sama Tuhan yang selalu menyertai," ucap Alle.

Akash tersenyum tenang, melihat gadis ini tampak lebih menyenangkan.

"Kamu doain saya juga, ya?" tanya Alle menaikkan satu alisnya dengan senyum samar-samar.

Akash kelimpungan. Ia menggaruk tengkuk kepalanya dengan wajah yang ragu. "Enggak,"

Mendadak, Alle tertunduk. Mungkinkah ia terlalu terbawa suasana? Sesungguhnya ini sudah kelewatan batas. Ini bukan batas Alle lagi.

"Saya pikir iya. Karena setau saya, semakin banyak yang mendoakan, Tuhan bakalan semakin mendengarkan," kata nya sedikit canggung sekarang. 

Akash juga semakin bingung harus bersikap apa. Keringat dingin kali ini mulai bercucuran walau hanya satu tetes. Menyia-nyiakan waktu yang telah terbuang selama dua menit, Akash hanya menghabiskannya dengan diam.

"Ya, ya, sudah. Saya ke kelas." Alle membalikkan badan. Akash masih diam, melihat ekspresi lelaki itu yang Alle tidak mengerti ingin apa membuat Alle akhirnya melangkahkan kaki ke arah kelasnya.

Akash menatap dirinya sendiri lewat kaca kelasnya. Lalu mengusap wajahnya kasar.

"Kenapa, sih, diri gue hari ini?
***

Alatha menghampiri kelas Alle. Gadis itu sangat senang karena yang ia dengar lewat omongan orang-orang, Alle membawa nama baik SMA Bayu Dharma dan berhasil membawa kebanggaan untuk sekolah ini.

Banyak sekali bisik-bisik yang mulai muncul ketika Alatha datang, namun Alatha tidak mempedulikannya.

"Le, ikut aku bentar, yuk!" ajak Alatha ketika tepat berada di meja Alle.

Retha hari ini tidak hadir. Padahal, Alle ingin menceritakan bagaimana serunya pertandingan semalam. Berlomba-lomba untuk menjadi siswa yang cerdas dan berintegritas. Sayang sekali...

"Ke mana, Tha? Bentar lagi pelajaran mulai, lho," tutur Alle.

Alatha melihat keadaan kelas saat ini. "Sebentar aja, aku cuman mau ngucapin selamat aja, kok," ucap Alatha.

"Ya udah, Tha. Di sini, kan, juga bisa," ucap Alle. Ia tidak enak hati bila nanti guru sudah memasuki kelas dan dirinya masih mengobrol dengan Alatha. Walaupun Alatha adiknya, tapi setidaknya ia harus punya attitude yang baik.

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang