EXTRA PART

5.2K 207 7
                                    

4 tahun berlalu...

Malam ini, Akash, Elang, Tando, Gema, Vania, Albar dan Alatha tengah duduk-duduk santai di sebuah taman yang telah didekorasi dengan sedemikian rupa oleh Akash dibantu dengan yang lainnya. Taman yang mengingatkan Akash akan sebuah kebenaran tentang siapa Alatha beberapa tahun lalu dan di waktu yang sama juga, Alle akhirnya mengetahui seluk beluk Akash.

Belakangan ini, tidak ada yang berubah dari Akash. Lelaki itu pun masih sama seperti dulu, terlalu serius dan jarang bercanda. Bercanda sempat beberapa kali, namun hanya dengan Alle yang selalu dengannya akhir-akhir ini.

Romantis? Tidak.

Lebih posesif? Tidak juga. Malah, lelaki itu sangat membiarkan Alle bebas berbuat apa saja, mengerjakan apa saja, mengejar apa saja asalkan hal itu sama sekali tidak membawa pengaruh negatif bagi Alle sendiri. Akash tidak pernah mengekang Alle. Karena baginya, jika sudah miliknya, dia tak akan bisa lepas dari genggaman.

Alle, gadis yang sudah tiga tahun ini menjadi pacar Akash tengah tertidur di rumah sendirian.

Selama mereka berpacaran, hanya satu dua hal yang tidak biasa. Seperti, Akash yang sekarang semakin dekat dengan kedua orang tuanya. Tak jarang, Akash juga bermain monopoli dengan Alatha ketika ia sedang berkunjung di rumah Alle.

Akash yang merencanakan ini semuanya. Ia sudah menanti-nanti moment ini sejak lama. Sudah lama ia merencanakan ketika mereka sudah lulus SMA dan memulai kuliah, Akash akan segera melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

Setelah lulus SMA, Alle melanjutkan kuliahnya tidak jauh-jauh, masih di Jakarta. Begitupun dengan Akash. Namun, Elang dan Gema memutuskan untuk kuliah ke luar kota. Tidak ada yang pindah ke negara lain.

Dan kalian perlu tahu, berbicara tentang Alatha dan Tando. Sepertinya keduanya saling malu-malu untuk menatap satu dengan lainnya. Ternyata, sebuah fakta terungkap dua tahun yang lalu, kejadian dimana Vania membawa Alatha ke sebuah butik Vania dan Alatha jenuh hingga ia keluar dan tak sengaja menabrak seseorang dengan membawa sebuah plastik putih kecil di tangannya.

Iya, lelaki dengan larian kecil yang terburu-buru itu tak lain dan tak bukan adalah Tando yang membawa obat miliknya.

Aneh, setelah dari sana Alatha malah respect pada Tando. Ia terlihat peduli pada lelaki itu, Tando belum sembuh total dari kanker paru-parunya. Tapi untungnya, ada Alatha yang selalu menyemangatinya lewat pesan singkat. Lewat pesan suara dari WhatsApp.

Semenjak Tando beruntung bertemu Alatha.

Gema duduk di samping Akash yang sudah rapi dengan jas berwarna hitamnya. Akash sekarang memakai kacamata, namun bukan lagi kacamata baca yang hanya dipakai jika sedang membaca. Mata Akash bertambah parah, hingga sekarang ia minus dan harus memakai kacamata minus 1,3.

"Kash," bisik Gema tepat di telinga Akash.

"Apa?"

Gema terlihat semakin mendekat, seolah rahasia ini hanya akan milik mereka berdua. "Kasih tau gue dong gimana caranya narik hati cewek," tutur Gema.

"Ambil organ dalamnya," ucap Akash membuat Gema memelotot. "Bercanda," kata Akash terkekeh. "Cari tahu apa kesenangannya, kalau nggak ada, lo harus usaha," Akash merapikan sepatunya yang terlihat sedikit kebesaran.

Tak lama, gadis dengan tinggi yang telah bertambah lebih kini mengusap matanya. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, patut saja gadis itu masih berat untuk membuka mata.

Alle masih menggunakan piyama dengan baju lengan panjang bermotif bunga tulip. Ia baru saja tertidur dua setengah jam yang lalu, tetapi Vania membangunkannya dengan alasan yang sangat absurd.

Vania mengarahkan Alle ke taman, sementara yang lainnya hanya menunggu momen di mana Akash memberanikan dirinya.

Elang, Gema, Tando, dan Alatha telah menatap mereka berdua dengan berjejer di hadapannya. Sudah seperti melaksanakan upacara saja.

Albar dan Vania tersenyum melihat Alle yang belum sepenuhnya sadar bahkan ketika ia dibawa ke tempat ini.

Alle mengucek matanya beberapa kali, membuat Akash tak henti menatap dengan kagum. Gadis ini sudah ngantuk sekali, tapi dibangunin bukannya marah malah nurut. Dasar.

"Kamu udah sadar?" tanya Akash kurang ajar.

Alle dengan segera membelalak dan memukul Akash keras. "Kamu pikir aku kenapa?" tanya Alle.

"Kamu 'kan baru aja bangun," jawab Akash.

"Iya-iya," Alle mulai melihat jelas suasana ini. Ia mendadak tak henti berkedip ketika melihat banyak sekali lampu kelap-kelip berwarna emas, juga dengan lampion yang dipegang oleh Elang, Gema, Tando, dan Alatha.

"Eh?" ucap Alle spontan ketika Akash berjongkok di depannya. Lelaki itu sungguh tidak percaya diri sekarang, rasanya ia tidak cocok sekali bersikap romantis.

"Ehm, emhh," Akash bergumam tak jelas hingga menggaruk dahinya yang sedikit berkeringat.

"Kash! Ayo semangat! Maju tak gentar!" bisik Tando melihat pada Akash.

Lelaki itu tersenyum kaku. Ia menggigit bibir bawahnya grogi. Sungguh bodoh, di saat-saat yang telah dinantikan Akash malah membuat dirinya sendiri malu.

Akash dengan cepat tanpa berlama-lama lagi mengeluarkan sebuah cincin dari kotak kecil merah yang sedari tadi telah ia sembunyikan dari Alle. Sebenarnya, gadis itu sudah tahu sejak ia melihat suasana tak biasa seperti ini. Alle tentu langsung bisa menebaknya.

"Will you mery me?" tanya Alle melihat Akash yang hanya diam bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun.

Perasaan Akash semakin tidak karuan. Ia hanya mengangguk-angguk kecil.

Alle tertawa kecil hingga matanya hampir tertutup. "Ayo, berdiri," ucap Alle. Akash berdiri dan kembali memfokuskan dirinya pada gadisnya.

"Mau tau jawabannya?" tanya Alle membuat Akash mengangguk.

Alle mengambil kotak cincin itu, ia memakaikannya tepat di jari manis miliknya. "Sure, I will," ucap Alle dengan senyum yang mengartikan semuanya malam ini.

Saat itu juga, dengan hati yang tak henti mengucap syukur kepada Sang Pencipta yang telah mempersatukannya dengan Alle. Ia memeluk Alle erat.

"Terima kasih, my love, my life, my everything," Akash berhasil menyentuh hati Alle di detik yang sama. "You are my favorite person." Lanjut Akash.

"SATU, DUA, TIGA, TERBANGIN!" teriak Alatha menyuruh semuanya untuk menerbangkan lampion yang sedari tadi mereka pegang.

Lampion diterbangkan, terlihat sangat sederhana namun indah.

Alatha diam-diam mengirimkan doa pada Sang Pencipta untuk Tando pada lampion yang sudah diterangbangkannya, diam-diam juga, Alatha memanjatkan sebuah permohonan agar dirinya dan Tando didekatkan hingga bersatu, dan ingat, Tando tidak akan pernah mengetahuinya. Ia tak akan mengetahui kejelasan hati Alatha ketika dirinya melihat Tando dengan jarak yang dekat seperti sekarang.

Alle mendongak ke atas, menatap dengan mata berbinar langit gelap bertabur bintang yang tidak bisa dihitung.

"Le," panggil Akash.

Alle menoleh. "Hm?"

"Jangan nyuruh bintang menghitung dirinya sendiri. Dia nggak akan sanggup dan bisa. Tapi mungkin, dia bisa menghitung berapa tahun aku mencintai kamu." ucap Akash lalu mengecup punggung tangan Alle.

****

BAGAIMANA EKSTA PARTNYA? SUKA?

TERIMA KASIH SUDAH MENYEMPATKAN BACA. SEMOGA INI YANG KALIAN CARI🦋💛

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang