Kamu mau apa lagi? Mau ledekin saya lagi tentang kaus kaki? Jangan datang ke sini, itu pilihan paling tepat.
-Alle
Kamu ngusir saya? Saya udah jauh-jauh ke sini. Beli gulali, mau?
-Akash***
Alle berjalan dengan langkah cukup lebar hingga ke kelasnya. Ia menutup kedua telinganya sejak lama, karena teriakan Akash yang bertanya tentang kaus kaki nya.Sesampainya kaki Alle menginjak lantai kelas, sudah ada guru yang kini memandang kepada nya. Alle menelan salivanya kasar, berharap bukan kabar buruk yang datang pada nya dini hari.
"Alle, kamu ikut itu sebentar, ya." aja Guru tersebut ramah. Kemudian kaki nya melangkah keluar dari kelas, Alle menatap Retha sebentar, terlihat dari tatapannya, Alle seperti nya bertanya apa yang telah terjadi sebelumnya hingga Guru ini memanggilnya. Namun Retha hanya menggeleng, pertanda tidak tahu.
Alle akhirnya pasrah dengan perintah. Ia berjalan di belakang tubuh Guru yang bisa dibilang badannya cukup ramping tersebut.
***
Alle duduk di ruangan Guru, dilengkapi dengan tiga air conditioner yang ada di ruangan cukup luas ini. Alle menatap ke sekitar dengan sedikit rasa takut.
Guru tadi sudah berada di hadapannya saat ini.
"Alle, betapa rata-rata nilai di raport mu?" tanya Guru tersebut, ia kemudian berdehem, lalu sedikit terbatuk. Mungkin akibat keadaan lingkungan yang sekarang-sekarang ini kurang sehat.
Tentu saja Alle masih ingat. "Delapan puluh delapan koma lima, Bu." jawab Alle sekenannya.
Guru tersebut mengangguk. "Kamu menguasai bidang kimia, kan?" tanya Guru tersebutlah untuk yang kedua kali nya.
"Tidak sepenuhnya, Bu. Tapi, saya cukup menguasainya." kata Alle. Alle masih bertanya-tanya sejak tadi dalam hati nya. Tetapi mendengar kata selanjutnya yang terucap oleh Guru tersebut. Membuat Alle mendadak senang.
"Berarti tidak salah, kan, saya pilih kamu buat mengikuti Olimpiade Fisika tahun ini." Guru itu mengembangkan senyumnya. Begitupun dengan Alle yang kini ikut merekahkan senyum.
"I-ini, serius, Bu?" tanya Alle.
Kepala Guru tersebut mengangguk, tak lupa dengan konde di belakangnya yang juga ikut turun. Ia masih tersenyum. "Begini, kamu masih calon. Seminggu lagi, saya akan uji kalian semua yang terpilih dari masing-masing kelas. Lalu, kami akan memilih tiga diantara kalian yang mendapat nilai tertinggi, artinya lolos." jelas Guru tersebut membuat Alle mengangguk mengerti.
"Dan, olimpiade tahun ini menghadiahkan uang tunai sebesar tujuh ratus ribu rupiah untuk juara pertama, lima ratus ribu rupiah untuk juara kedua, dan yang terakhir, tiga ratus ribu rupiah untuk juara ke tiga." sambung Guru tersebut membuat Alle tambah mengembangkan lebar senyumnya.
Alle butuh uang itu.
Setidaknya, uang itu akan Alle pergunakan dengan hemat. Sehingga untuk beberapa hari, ia tidak perlu meminta uang dari Vania dan Albar.
"Baik, Bu. Terima kasih informasinya. Saya izin keluar." izin Alle, ia berlalu dari tempat itu.
***
Alle sedari tadi hanya melamun, pikirannya hanya tertuju pada Olimpiade yang menghasilkan hadiah uang tunai tersebut.
Ia harus berusaha belajar dengan giat satu bulan ini.
"Alle! Temenin gue ke kamar mandi, yuk!" ucap Retha.
Alle menoleh. "Ngapain, Retha?"
Retha mengerutkan keningnya. "Ya mau ganti baju lah, Alle. Emang jam ini pelajaran apa?" tanya Retha menyadarkan Alle.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
Teen Fiction"Tuhan, kata Mama dan Papa, Alle tidak pernah diinginkan untuk ada di antara keluarga ini, kata mereka, Alle seharusnya tidak menjadi bagian mereka. Bahkan, kata mereka Alle tidak pantas untuk hidup. Alle terlalu merepotkan, ya?" "Alle pengin pulang...