| Bagian Dua Puluh Tujuh

3.8K 191 1
                                    

Aku sadar saat bersamamu, aku mulai menyukai hal yang tidak pernah aku sukai sebelumya.

***
Setelah semuanya sudah Akash ungkapkan dan ceritakan pada Alle, kini tidak ada lagi yang disembunyikan di antara mereka berdua. Senang rasanya. Lega juga.

Maka dari itu pula, Akash dan Alle memutuskan untuk berjalan-jalan di sore hari. Tepatnya sudah jam setengah enam sore.

Alatha mungkin sudah kembali ke rumahnya. Namun Alle, ia masih mau sedikit lebih lama lagi dengan Akash.

Akash mengajak gadis itu untuk menikmati matahari terbenam, tapi sebelumnya Akash sudah mengajak Alle untuk membeli boneka rajutan di toko boneka.

Akash bersiap, ia naik di motor vespa nya, lalu meng-kode Alle untuk naik. Alle yang belum pernah dibonceng hanya diam, ia menaikkan satu alisnya.

"Naik, Sayang," ucap Akash terlihat biasa saja. Meskipun sebenarnya, ia belum pernah memanggil seorang perempuan dengan panggilan yang menggelikan ini. Tapi, itulah yang terjadi. Dasar, Akash makhluk tak tertebak.

Mata Alle membola. "Kok sayang? Kita belum punya hubungan. Gak boleh. Belum ada badaknya," ujar Alle kini.

Akash tertawa kencang, ia mencubit kedua pipi Alle hingga lagi-lagi gadis itu merasakan hal yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Namun Alle berpura-pura biasa saja. Jika belum punya hubungan, tidak baik terbawa perasaan. Berarti nanti boleh, dong, kebawa perasaan kalau udah terikat suatu hubungan?

"Ayo naik, Tuan Puteri," Akash kembali mempersilahkan.

Alle langsung menaiki motor vespanya. Ia tidak berniat memegang pinggang lelaki itu, takut jika nanti tidak diizinkan.

Akash hanya diam, dia tidak bergeming.

"Kok diem? Ayo, jalan," kata Alle membuat Akash tertawa kecil dan bersuara.

"Pegangan dulu, nanti saya mau ngebut," balas Akash sambil tersenyum geli. Suka sekali mengerjai Alle yang tidak pernah tahu tentang hal seperti ini.

"Emangnya motor vespa bisa ngebut? Sekalinya bisa, juga nggak kencang-kencang amat.  Ngawur kamu!" Alle mengetuk pelan helm Akash dari belakang.

Akash hanya menggeleng pasrah, biarlah, terserah hati wanita ini saja. Yang penting nanti, jika sudah menjadi miliknya, dia tidak akan bisa lagi menolak. Masih rencana.

***

Diperjalanan, Akash banyak berbicara dengan Alle. Alle yang tidak mendengarnya hanya menjawabnya asal-asalan.

"Le! Saya sayang kamu!" teriak Akash kuat, hingga seorang bapak-bapak yang diperkirakan berumur kepala empat menoleh.

"Astaga! Akash! Diem kamu, saya malu," Alle meninju punggung Akash sedikit keras.

Akash tampak sedikit kesaktian, tapi itu pula yang membuat Alle khawatir sekarang. "Eh, kamu nggak papa? Ma-maaf, saya tadi spontan," ucap Alle tidak enak hati.

"Iya, nggak papa. Masih aja nggak enak hati padahal hampir jadi milik saya," lagi dan lagi, Akash berhasil membuat jantung Alle ingin meledak seperti bom.

"Jauh lagi nggak?" tanya Alle dengan nada yang lebih tinggi karena kondisi jalanan yang sangat amat bising. Klakson di mana-mana, juga suara anak kecil yang sedang mengamen di pinggir pasar.

"Nggak kok, bentar lagi sampai."

***

Setelah tadi banyak sekali keributan di area jalanan. Kini Akash dan Alle telah sampai di toko boneka rajutan.

Akash masuk ke dalam toko terlebih dulu, sementara Alle ia mengekor di belakang tubuh Akash yang tinggi.

Akash langsung melihat banyak sekali boneka rajutan sederhana yang terpajang di dalamnya. Mereka berbaris sangat lucu. Akash lebih menyukai boneka rajutan seperti ini dari pada boneka berbahan bulu.

Alle hanya diam, ia mengamati seluruhnya.

Akash menoleh ke arah Alle yang hanya diam.

"Le, mau yang mana? Pilih," Akash berucap.

Alle beralih menatap Akash yang baru berbicara sekarang. "Kash, kita keluar aja, yuk," kata Alle canggung. Ada yang baru saja ia lihat dan berhasil membuatnya cengo.

"Kenapa? Tanggung, lah. Kita udah sampai di sini, Le," balas Akash. Sementara pegawai yang bekerja di sini sedang tidak memperhatikan keduanya karena sibuk dengan pengunjung lain.

Hening.

Hening beberapa saat.

Alle menatap ke sekitar, lalu ia mendekatkan bibirnya ke arah telinga Akash, ia harus sedikit menjinjit sebenarnya tinggi mereka yang tidak terpaut jauh. "Harganya mahal," bisik Alle kepada Akash.

Diam.

Lalu, Akash kembali membisikan sesuatu pada gadis itu.

"Nggak apa. Saya udah mau beli ini dari jauh hari untuk kamu, tapi kemarin kamu belum suka saya," bisik Akash membuat telinga Alle sedikit geli akibat suaranya yang sangat menetralisir detak jantungnya.

Alle tidak bisa lagi menahannya, ia meninju perut Akash dengan kepalan tangannya.

"Awh! Nggak sakit,"

Alle menganga. "Nggak sakit?"

"Nggak. Karena yang sakit itu ditinggal pas lagi sayang-sayangnya sama kamu,"

Keterlaluan. Alle hanya bisa menggeleng heran saja saat ini. Lelaki itu selalu saja bertingkah semaunya. Berucap sesukanya. Alle jadi tak karuan sendiri, kan, jadinya.

"Ini gimana?" tanya Akash pada Alle, ia mengambil salah satu dari banyak boneka yang cukup mencuri perhatiannya.

"Terserah kamu," kini, Alle tidak lagi melihat wajah Akash. Ia hanya menatap kaca yang memperlihatkan jalan raya.

Akash mendekati Alle. Lalu menarik wajah gadis itu. "Kalau ditanya, liat orangnya. Memang ada siapa di sana? Abang-abang ojol yang kedip-kedipin matanya ke kamu?" tanya Akash dengan memegang boneka pilihannya di tangan kiri.

Alle menggeleng. "Ada-ada aja kamu!"

Setelahnya, Akash pergi ke meja kasir untuk membayar boneka rajutan berwarna merah maroon tersebut. Alle sebenarnya suka, ia bahkan sedari tadi sudah melihat boneka itu. Simple tetapi terlihat anggun. Bahkan Alle sekarang tanpa mulai sedikit tertarik dengan berbagai macam boneka warna-warni yang ada di sini.

Tiba-tiba, tangan Alle digandeng oleh Akash. Lelaki itu membawanya keluar dari toko yang cukup kecil ini.

"Mau kamu yang pegang atau aku?" tanya Akash sambil mengangkat satu plastik berwarna putih dengan tulisan nama toko di bagian depan plastik.

Tanpa berpikir panjang, Alle langsung mengambil plastik itu dari tangan Akash. "Aku," ucapnya. Tetapi satu detik kemudian, Alle menanyakan sesuatu. "Tapi ini mahal. Aku nggak pantas punya boneka ini. Kasih ke yang lain aja..," Alle menyerahkan kembali boneka itu pada Akash.

Tentu saja Akash tidak menyetujui ucapan Alle barusan. "Siapa yang bilang kamu nggak pantas punya itu?"

"Eum, aku bayar aja gantinya ke kamu. Ini," Alle mengeluarkan uang hasil hadiah nya beberapa hari yang lalu.

Akash langsung menggeleng, ia menjauhkan tangan Alle darinya yang hendak memberi beberapa lembar uang berwarna merah.

"Pakai ini buat sesuatu yang lebih bermutu untuk kamu. Kita pergi sekarang,"

"Tapi, Kas—"

Akash meletakkan jari telunjuknya di bibir tipis dan berwarna sedikit pink milik gadis itu.

"Naik," suruh Akash saat ia berjalan ke arah motornya.

-TBC-

Lanjut baca sampai selesai, ya ❣️

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang